selingkuhan suamiku merampok semua hartaku dan papaku, suamiku berubah saat bertemu wanita iblis bernama Syifa, aku tidak menyangka perubahan sikap yang ditunjukkan oleh suamiku karena pengaruh guna-guna wanita iblis bernama Syifa itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kembalinya Richard kerumahnya di sambut hangat oleh ibunya
"Bu, maaf, saya mau ngomong sesuatu," ucap Richard, sedikit gugup. Ia menatap Ibu Kontrakan dengan wajah penuh penyesalan. "Sebenarnya, saya gak jadi ngontrak rumah ini. Saya ada urusan mendadak dan harus langsung pergi."
Ibu Kontrakan mengerutkan kening, "Loh, kok tiba-tiba? Kemarin kamu bilang udah pasti mau ngontrak."
"Iya Bu, saya juga gak nyangka kalau urusan ini mendadak banget. Saya udah bayar DP, tapi maaf, saya gak bisa tinggal di sini."
"Ya, udah, gak papa. Nanti saya kembalikan sebagian uangnya. Tapi, gimana sama kunci rumah ini?" tanya Ibu Kontrakan.
"Kunci rumah ini saya titipkan saja di Bu. Nanti saya hubungi kalau saya mau ngontrak lagi di sini," kata Richard.
"Ya sudah, gak papa. Saya mengerti."
Ibu Kontrakan kemudian menyerahkan uang kembalian pada Richard. Richard menerima uang itu dengan rasa bersalah. "Makasih Bu, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."
Ibu Kontrakan mengangguk mengerti. "Ya sudah, hati-hati di jalan."
Richard meninggalkan rumah kontrakan itu dengan perasaan lega. Ia berharap ibu kontrakan bisa memahami situasinya. Ia berjanji pada diri sendiri akan menghubungi Ibu Kontrakan kembali nanti jika ia ingin ngontrak di rumah itu lagi.
Andre menghela napas panjang, matanya menatap Richard yang duduk di bangku taman di depan rumah kontrakan. Richard terlihat lelah dan gelisah, ia masih merasa bersalah atas perbuatannya.
"Richard," panggil Andre, suaranya lembut. "Ayo pulang. Kamu gak usah ngontrak di sini lagi. Mama dan Anita kangen kamu."
Richard terkejut. Ia tak menyangka Andre akan mengajaknya pulang. "Mas Andre," ucap Richard, "Saya gak pantes pulang. Saya udah nyakitin Anita dan Mama."
"Udahlah, Richard. Kita semua udah memaafkan kamu," kata Andre. "Saya tahu kamu juga kesalahan kamu. Yang penting, kamu sudah berani mengakui kesalahan kamu."
Richard masih terdiam, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Tapi saya tetap merasa bersalah."
Andre mendekati Richard dan menepuk bahunya dengan lembut. "Semua orang bisa berbuat salah, Richard. Yang penting adalah kita belajar dari kesalahan itu dan berusaha menjadi lebih baik."
Richard mengangguk, matanya meneteskan air mata. "Terima kasih, Mas Andre. Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk pulang."
Andre tersenyum dan mengajak Richard kembali ke rumahnya. Mereka meninggalkan rumah kontrakan itu dengan hati yang lebih tenang.
Di jalan, Andre mencoba menenangkan Richard. "Kamu gak usah khawatir. Kita semuanya sudah memaafkan kamu. Yang penting kamu jangan lagi berulah seperti itu."
Richard menangguk setuju. Ia bertekad untuk menjadi lebih baik dan tidak lagi menyakiti orang-orang yang mencintainya.
"Kita akan selalu ada untukmu, Richard," kata Andre, menepuk bahu Richard. "Jangan pernah lupakan itu."
Richard mengangguk lemah, hatinya terasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata Andre. Ia mengingat betapa beruntungnya ia memiliki teman yang sangat menyayanginya.
Pintu rumah terbuka lebar, menyambut Richard dengan suasana hangat. Mama Richard berdiri di ambang pintu, wajahnya mencerminkan kebahagiaan dan kelegaan.
"Richard, sayang!" seru Mama Richard, menarik Richard ke dalam pelukannya. "Mama senang kamu pulang."
Richard menangis di pelukan Mamanya. Ia merasa sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk pulang ke rumah.
"Mama kangen kamu," bisik Mama Richard, mengusap rambut Richard dengan lembut.
"Richard, kamu udah pulang!" teriak Nino, adik Richard, berlari mendekati Richard. Nino menyerbu Richard dan memeluknya erat.
"Kak, aku senang kamu pulang," kata Nino, suaranya bergetar sedikit. "Mama terus menangis sejak kamu pergi."
Richard mengusap kepala Nino dengan lembut. "Aku maaf, Nino," bisik Richard. "Aku salah udah meninggalkan kalian."
Nino mengangguk mengerti. "Gak papa, Kak. Yang penting kamu sudah pulang."
Mama Richard menarik Richard dan Nino ke dalam rumah. "Ayo, masuk. Kita makan malam bersama," ajak Mama Richard.
Mereka bertiga duduk di meja makan malam. Suasana di rumah itu meriah dan hangat. Richard merasa sangat bahagia bisa berada di rumah bersama keluarganya.
"Terima kasih, Mama, Nino," bisik Richard, menatap Mama dan Nino dengan mata yang bersinar. "Aku senang bisa pulang."
Mama Richard mengusap pipi Richard dengan lembut. "Kami juga senang kamu pulang, Richard," bisik Mama Richard. "Jangan pernah meninggalkan kami lagi."
Richard menangguk setuju. Ia bertekad untuk tidak lagi meninggalkan keluarganya. Ia mengingat betapa beruntungnya ia memiliki keluarga yang sangat menyayanginya.
Andre menyerahkan sebuah kotak berisi kunci mobil dan dompet Richard pada Richard. "Ini mobil dan dompet kamu, Richard. Semua barang kamu sudah papa kembalikan."
Richard menerima kotak itu dengan tangan gemetar. Ia masih terkejut dengan perlakuan baik Andre padanya.
"Papa," ucap Richard, "Aku gak nyangka Papa baik banget sama aku." padahal aku Sudah memalukan keluarga ini dengan video Aku dan wanita itu.
Andre tersenyum dan menepuk bahu Richard. "Kamu tetap anak ku, Richard. Aku gak mau melihat kamu susah. Dan aku tahu, kamu juga menyesal atas perbuatan kamu."
Richard mengangguk, matanya meneteskan air mata. "Iya, pa. Aku menyesal udah menyakiti Alice. Aku juga menyesal udah mengkhianati kepercayaan Alice."
"Sekarang, kamu fokus saja untuk memperbaiki hubunganmu dengan Alice," kata Andre. "Aku yakin, Alice masih menyayangimu. Dia hanya kecewa dengan perbuatanmu."
Richard menangis lagi. Ia masih sangat mencintai Alice dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Namun, ia takut Alice tak akan memaafkannya.
"Aku takut, pa," bisik Richard. "Aku takut Alice gak akan memaafkan aku."
"Jangan takut, Richard," kata papanya menepuk bahu Richard dengan lembut. "Kamu harus berani berjuang untuk mendapatkan kembali cinta Alice. Kamu harus menunjukkan pada Alice bahwa kamu sungguh-sungguh menyesali kesalahanmu."
Richard mengangguk setuju. Ia bertekad untuk menunjukkan pada Alice bahwa ia sungguh-sungguh menyesali kesalahannya dan ingin memperbaiki hubungan mereka.
"Terima kasih, Pa," ucap Richard, suaranya bergetar. "Aku akan berusaha memperbaiki semuanya."
Andre tersenyum. "Aku percaya kamu bisa, Richard."
Richard kemudian melangkah keluar dari rumah Andre. Ia memikirkan langkah apa yang harus ia ambil untuk memperbaiki hubungannya dengan Alice. Ia tahu, jalan yang harus ia tempuh tidak akan mudah, tetapi ia akan berusaha dengan segala kekuatannya.
Richard berdiri tegak di depan Andre, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran dan keputusasaan. "Mas Andre," ucap Richard, "Aku ingin menemui Alice. Aku ingin meminta maaf padanya dan mencoba memperbaiki hubungan kita."
Andre menatap Richard dengan tatapan yang penuh kehangatan. "Kamu berani menghadapi Alice?" tanya Andre.
Richard mengangguk tegas. "Aku harus mencoba, Mas. Aku sangat mencintai Alice. Aku tidak mau kehilangan dia."
Andre menggeleng kepala dan tersenyum. "Aku tahu kamu sangat mencintai Alice," jawab Andre. "Tapi, kamu harus bersiap menghadapi konsekuensinya. Alice mungkin masih marah padamu."
Richard mengangguk mengerti. "Aku tahu, Mas. Tapi aku akan berusaha meminta maaf padanya dan menunjukkan bahwa aku sungguh-sungguh menyesali perbuatanku."
"Oke, Richard," kata Andre. "Kamu bisa menemui Alice. Tapi, jangan paksakan dirimu jika Alice masih marah padamu. Beri dia waktu untuk menenangkan diri."
Richard mengangguk setuju. "Terima kasih, Mas Andre."
"Kamu harus berani berjuang untuk mendapatkan kembali cinta Alice, Richard," kata Andre, menepuk bahu Richard dengan lembut. "Aku percaya kamu bisa."
Richard menangguk tegas. Ia bertekad untuk berjuang mendapatkan kembali cinta Alice. Ia akan menunjukkan pada Alice bahwa ia sungguh-sungguh menyesali kesalahannya dan ingin memperbaiki hubungan mereka.
Richard kemudian berpamitan pada Andre dan berjalan menuju rumah Alice. Ia berharap Alice akan memberikan kesempatan padanya untuk memperbaiki hubungan mereka.