Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Semua urusan kepindahan Ayuna ke kediamannya Lara dan Ibra telah rampung dilakukan kemarin. Tidak hanya disediakan kamar yang besar dan mewah, Ayuna juga mendapatkan banyak hal lainnya seperti rangkaian skincare secara cuma-cuma dari Lara. Bukankah wanita ini begitu baik hati?
Kalau kalian pikir urusan mereka sudah selesai sampai di sana, salah besar. Karena setelah ini Ayuna masih harus melakukan medical check up secara menyeluruh di hari berikutnya.
Ayuna pikir ia akan pergi sendirian ke rumah sakit yang telah Lara tentukan, namun ternyata Lara juga ikut pergi bersama dengan dirinya.
Dari pukul sembilan pagi mereka berada di sana dan saat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas mereka baru bisa keluar dari bangunan tinggi itu bersama dengan laporan yang berada digenggaman Lara saat ini.
"Kok aku yang deg-degan ya ini? Padahal kan ini punya kamu." Mungkin Lara sedang bermaksud untuk memecah keheningan yang ada di dalam mobil ini dengan melemparkan candaan yang tak mendapatkan sambutan berupa tawa sama sekali.
"Sebenarnya nggak ngaruh juga sih lihat laporan ini, soalnya kan tadi si dokter udah ngejelasin juga semuanya." Benar, jadi kenapa pula Lara harus merasa berdebar tak karuan seperti ini?
"Aku kaget banget loh Yu waktu tau kalau berat badanmu cuma segitu." Bagi orang lain ucapan Lara barusan akan terdengar sebagai pujian, tetapi Ayuna justru malu mendengarnya.
"Iya Mba, soalnya aku juga bukan tipikal orang yang suka makan jadi ya gitu." Bohong sekali, jelas-jelas Ayuna itu jarang makan demi menghemat pengeluarannya. Dalam sehari saja Ayuna hanya sekali memakan nasi.
"Oke, kalau gitu mulai sekarang makanan kamu mulai hari ini aku yang urus ya." Keberuntungan apalagi kali ini? Tidak cukupkah Lara hanya memberinya tempat yang besar dan nyaman itu?
Ah, mengenai hasil pemeriksaan yang Ayuna lakukan, ia dinyatakan sehat dan keadaan rahimnya juga sangat bagus. Ditambah lagi dokter mengatakan kalau Ayuna akan mudah jika ingin memiliki buah hati.
Mendengar hal itu tentu saja membuat Lara yang menemaninya senang bukan main sampai-sampai ia sudah bisa membayangkan di dalam kepalanya kalau ia akan segera menggendong bayi yang sangat lucu dalam beberapa bulan ke depan.
Namun ada satu hal yang menjadi masalah di sini, Ayuna dinyatakan kekurangan gizi karena yang gadis itu konsumsi selama ini sangat tidak sehat sama sekali. Bagaimana mau sehat kalau yang Ayuna makan mayoritasnya adalah makanan cepat saji?
Untuk itu dokter meminta pada Ayuna agar ia lebih memperhatikan asupan makanan yang akan masuk ke dalam tubuhnya, dokter itu juga sudah memberikan beberapa saran makanan yang bisa Ayuna konsumsi nantinya.
"Oh iya Ayuna, kalau ada makanan atau buah yang kamu suka, tolong kasih tau ke aku ya. Nanti aku bakalan kasih tau ke orang yang biasa belanja buat belikan juga." Itu adalah kalimat terakhir yang Lara sampaikan padanya sebelum akhirnya mereka harus turun dari mobil karena memang telah sampai.
"Mba Lara, aku izin keluar sebentar ya. Mau ketemu sama teman lama." Sembari mendorong kursi roda milik Lara dengan sangat hati-hati, Ayuna juga menyampaikan sesuatu yang ingin ia lakukan setelah ini.
"Iya boleh, nanti perginya bareng Pak Rudi aja ya." Wah, kalau begini terus, Ayuna sudah seperti tuan rumah betulan. Padahal kan dirinya hanya menumpang demi suatu keperluan saja.
"Oh iya Ayuna." Belum lagi Ayuna sempat melontarkan penolakannya pada Lara, tangannya disentuh oleh wanita itu sehingga Ayuna segera menghentikan dorongannya.
"Keluarga aku sama keluarganya Mas Ibra nggak ada yang tau kalau kita berdua pakai Ibu pengganti. Jadi, aku mau minta tolong sama kamu jangan sampai ada yang lihat kamu di rumah ini selain para pelayan ya." Ayuna ini sudah seperti wanita simpanan saja yang harus disembunyikan serapat mungkin.
Tapi Ayuna tentu tidak bisa menyalahkan pilihannya Lara juga karena bisa jadi keluarga mereka tidak akan mau menerima keturunan yang berasal dari rahim orang lain dan bukannya dari Lara langsung.
"Semisal nanti ada keluarga yang mau datang ke sini, aku pasti langsung ngabarin kamu kok. Tolong ya, Ayu?" Kepalang sudah kecebur, biarlah Ayuna berenang sekalian. Lagipula Ayuna juga tak bisa menolak sama sekali, ingat dia itu sudah dibayar.
"Iya, Mba." Iya, benar. Jawaban seperti inilah yang seharusnya Ayuna ucapkan pada wanita baik hati yang telah menolongnya ini.
Kepulangan mereka tentu saja disambut oleh beberapa orang pelayan yang ternyata sedang membersihkan beberapa furniture yang ada di ruang tamu sana.
Senyuman cerah mereka berikan pada Lara, namun senyuman itu luntur begitu saja saat mereka menemukan sosok Ayuna yang masih setia mendorong kursi roda sang nyonya.
Tidak perlu dikatakan pun Ayuna sudah tahu kalau orang-orang ini pasti sangat membencinya. Semuanya terlihat dengan sangat jelas dari bagaimana cara mereka memandang ke arah gadis belia itu.
"Aku mau di sini aja, Yu. Udah gih sana kamu siap-siap, katanya mau ketemu sama temen." Secara otomatis langkah kaki Ayuna langsung berhenti, ia juga sudah tak lagi menggenggam pegangan yang ada di belakang kursi rodanya Lara.
"Aku langsung pergi aja, Mba. Ayu pamit ya, Mba Lara." Pemandangan ini terlihat lucu. Alih-alih menjadi pengganti Lara di rumah ini, Ayuna malah lebih terlihat seperti adik kandungnya Lara saat tengah berpamitan.
Tubuh mungil Ayuna langsung berbalik, namun ia masih bisa merasakan tatapan tidak suka yang dilayangkan oleh orang-orang yang ada di sana dan ia sangat tidak nyaman karenanya.
Sebenarnya siang ini Ayuna bukannya mau bertemu dengan teman, tetapi ia mau pergi ke cafe dimana dirinya bekerja paruh waktu. Ayuna akan datang sebagai pelanggan untuk terakhir kalinya, karena hari ini ia akan menyerahkan surat pengunduran diri.
Siang malam Ayuna memikirkan hal ini dan sebenarnya ia juga merasa sangat berat harus meninggalkan pekerjaan ini. Apalagi rekan kerja sekaligus atasannya yang ada di sana sangatlah baik pada dirinya.
"Mari Non, saya antarkan." Ayuna hampir saja melompat karena Pak Rudi—supir pribadinya Lara yang tiba-tiba saja muncul entah darimana.
Hanya lelaki dewasa inilah yang tidak menatap ke arahnya dengan penuh kebencian. Malah sebaliknya, Rudi menatapnya dengan begitu lembut dan selalu akan memberikan senyuman terbaik pada Ayuna.
"Eh, nggak usah Pak. Saya pergi sendiri aja, Bapak istirahat aja di dalam." Karena memang tidak membutuhkan jasa Rudi saat ini, Ayuna memilih untuk menolaknya. Ia juga sudah terbiasa menggunakan transportasi umum selama ini, jadi akan sangat aneh kalau ada yang akan mengantar dan menjemputnya seperti ini.
"Kebetulan sayanya juga belum cape, terus juga saya lebih suka jalan-jalan daripada diem aja di rumah. Jadi, ayo biar saya antarkan kemanapun Non mau pergi." Rudi juga pekerja pertama yang mau berbicara di rumah ini dengan Ayuna disaat yang lainnya justru sangat membenci dirinya.
Tolong ingat ini, Ayuna memiliki hati yang sangat lembut hingga pada akhirnya ia memilih untuk mengalah dan menerima tawaran Rudi barusan. Sepertinya Ayuna harus membiasakan diri mendapatkan pelayanan yang luar biasa seperti ini di kehidupannya yang baru.
Entah Ayuna bisa melakukannya dengan baik, atau malah sebaliknya.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/