Di tengah dunia magis Forgotten Realm, seorang pemuda bernama Arlen Whiteclaw menemukan takdir yang tersembunyi dalam dirinya. Ia adalah Pemegang Cahaya, pewaris kekuatan kuno yang mampu melawan kegelapan. Bersama sahabatnya, Eira dan Thorne, Arlen harus menghadapi Lord Malakar, penyihir hitam yang ingin menaklukkan dunia dengan kekuatan kegelapan. Dalam perjalanan yang penuh dengan pertempuran, pengkhianatan, dan pengorbanan, Arlen harus memutuskan apakah ia siap untuk mengorbankan segalanya demi kedamaian atau tenggelam dalam kegelapan yang mengancam seluruh Forgotten Realm.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orionesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Gelap Relik
Setelah berhasil melewati ujian kegelapan di dalam Lembah Bayangan, Arlen, Eira, dan Finn mendapati diri mereka berdiri di depan sebuah altar tua yang dipenuhi simbol-simbol misterius. Di atas altar, tergeletak sebuah batu hitam mengkilap yang memancarkan aura kelam. Batu itu tak lain adalah Relik Gelap yang selama ini mereka cari.
Arlen mendekati altar dengan hati-hati. “Ini dia, Relik Gelap. Kita akhirnya menemukannya.”
Eira mengamati batu itu dengan mata penuh keraguan. “Apakah kita benar-benar siap untuk ini? Kekuatan Relik Gelap tidak boleh dianggap enteng.”
Finn mengangguk setuju, meskipun matanya bersinar penuh ambisi. “Eira benar. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Tanpa Relik Gelap, kita tidak akan bisa melawan Malakar.”
Arlen mengulurkan tangan, merasakan aura dingin dari batu tersebut. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan getaran energi yang hampir menusuk kulitnya. “Kita di sini bukan untuk kekuasaan, tapi untuk melindungi Dunia Tersembunyi. Kita harus percaya pada niat kita.”
Tiba-tiba, saat Arlen menyentuh Relik Gelap, bayangan hitam melesat keluar dari batu itu, melingkari mereka bertiga dengan cepat. Kabut hitam itu menciptakan ilusi, mengubah pandangan mereka hingga dunia di sekitar mereka terasa jauh berbeda. Mereka kini berada di sebuah tempat yang asing—sebuah dunia gelap di mana bayangan dan kegelapan saling melintasi.
Eira menoleh dengan cepat. “Apa ini? Kita ada di mana?”
Bayangan gelap tiba-tiba membentuk sosok manusia yang tinggi dan berjubah hitam. Sosok itu tampak seperti penjaga Relik Gelap, matanya merah menyala dan tatapannya tajam, seolah-olah menilai mereka dengan penuh curiga.
“Siapa di antara kalian yang siap menerima Relik Gelap?” Suaranya berat, dalam, dan penuh ancaman. “Kalian harus memilih satu dari kalian. Relik ini tidak akan memberikan kekuatannya pada lebih dari satu orang.”
Finn tampak terkejut. “Apa maksudnya hanya satu? Kita datang bersama untuk tujuan yang sama!”
Sosok berjubah hitam itu menggeleng. “Hanya satu hati yang kuat, hanya satu yang siap memikul beban kegelapan ini. Jika kalian gagal memilih, kalian semua akan hancur di sini.”
Arlen menatap Eira dan Finn dengan wajah penuh keraguan. “Kita tidak bisa meninggalkan satu dari kita. Ini bukan cara yang benar.”
Eira menyahut, nada suaranya tegas. “Arlen, jika kita tidak memilih, kita akan mati di sini. Seseorang harus melangkah maju.”
Arlen menatap Finn, mencoba membaca pikirannya. “Finn, bagaimana menurutmu?”
Finn ragu sejenak, namun ia akhirnya menghela napas panjang. “Aku… aku bersedia. Jika itu artinya kita bisa menyelamatkan Dunia Tersembunyi, aku akan menerimanya.”
Eira mendekati Finn, memegang tangannya dengan lembut. “Finn, kau yakin? Ini bukan sesuatu yang bisa kau batalkan. Relik Gelap akan mengikatmu selamanya.”
Finn menatap Eira, berusaha tersenyum. “Aku tahu, tapi aku sudah siap. Aku tahu risikonya. Kalian adalah keluarga bagiku. Jika ini yang harus aku lakukan, aku rela.”
Sosok berjubah hitam itu mendekat, mengulurkan tangannya pada Finn. “Jika kau benar-benar yakin, berikan tanganmu dan terimalah kekuatan Relik Gelap.”
Finn mengulurkan tangannya, namun tepat saat ia akan menyentuh Relik Gelap, Eira tiba-tiba menarik tangannya kembali. “Tunggu!”
Arlen dan Finn menatap Eira dengan bingung. “Eira, ada apa?” Arlen bertanya.
Eira tampak ragu, namun ia akhirnya berkata, “Ini bukan soal siapa yang berani. Kita semua harus yakin bahwa orang yang menerima Relik Gelap adalah yang paling siap. Finn, kau kuat, tapi kau juga impulsif. Bagaimana kalau Relik Gelap membuatmu kehilangan kendali?”
Finn tampak terpukul mendengar itu. “Eira, aku tidak akan menyerah pada kegelapan. Aku bersumpah!”
Sosok berjubah hitam itu tampak tak sabar. “Waktu kalian hampir habis. Jika kalian tidak segera memilih, kalian semua akan binasa.”
Arlen menggigit bibirnya, terjebak dalam dilema yang tak terbayangkan. Ia tahu bahwa satu langkah salah bisa membawa mereka semua ke dalam malapetaka. Akhirnya, ia maju dan berkata, “Kalau begitu, aku yang akan mengambil Relik Gelap. Biar aku yang memikul beban ini.”
Eira dan Finn menatap Arlen dengan terkejut. “Arlen, kau yakin?” Eira bertanya dengan nada penuh kekhawatiran.
Arlen mengangguk pelan. “Aku tidak tahu apakah aku benar-benar siap. Tapi aku tahu satu hal, aku akan melakukan apa pun demi kalian dan demi Dunia Tersembunyi.”
Finn ingin menolak, namun sosok berjubah hitam itu segera menyela. “Pilihan telah dibuat. Arlen, bersiaplah untuk menerima Relik Gelap.”
Sosok berjubah itu melayang mendekat, kemudian memasukkan Relik Gelap ke dalam tangan Arlen. Seketika, Arlen merasakan gelombang energi yang dahsyat mengalir melalui tubuhnya, membuatnya terjatuh berlutut di lantai. Bayangan-bayangan kegelapan tampak merasuki pikirannya, membawa bayangan dan ketakutan yang hampir tak tertahankan.
Eira dan Finn segera berjongkok di sampingnya. “Arlen, kau baik-baik saja?” Eira bertanya panik.
Arlen menggenggam Relik Gelap erat-erat, suaranya bergetar. “Ini… berat. Kegelapan ini hampir membuatku kehilangan akal.”
Finn menggenggam bahu Arlen, mencoba memberi dukungan. “Kau kuat, Arlen. Kau bisa mengendalikannya.”
Namun, saat itu juga, sosok berjubah hitam mulai memudar dan perlahan menghilang, meninggalkan Arlen, Eira, dan Finn sendirian di dalam ruangan yang mulai redup. Suara yang dalam dan menyeramkan terdengar untuk terakhir kalinya sebelum semuanya menjadi sunyi.
“Ingat, Relik Gelap akan selalu menguji hatimu. Jangan biarkan dirimu dikuasai oleh kegelapan, atau kau akan menjadi sama seperti musuh yang kalian lawan.”
Begitu suara itu hilang, mereka bertiga tiba-tiba tersadar kembali di Lembah Bayangan, tepat di depan pintu batu tempat mereka pertama kali masuk. Seolah semua itu hanyalah mimpi buruk. Namun, Arlen masih merasakan kehadiran Relik Gelap di genggamannya—berat, dingin, dan penuh misteri.
Eira melihat Arlen dengan tatapan prihatin. “Arlen, apa kau benar-benar merasa baik-baik saja?”
Arlen mengangguk, walaupun dalam hatinya ia tahu bahwa beban ini akan menjadi ujian berat. “Aku… aku baik-baik saja. Kita sudah mendapatkan Relik Gelap. Sekarang, kita punya kesempatan melawan Malakar.”
Finn tersenyum lelah. “Kalau begitu, ayo kita keluar dari lembah ini. Aku merasa tempat ini semakin menyesakkan.”
Namun, saat mereka berbalik untuk pergi, kabut tebal tiba-tiba menyelimuti jalan keluar. Dari dalam kabut, terdengar suara langkah-langkah yang mendekat, menggema di antara batu-batu. Mereka bertiga menegang, menyadari bahwa sesuatu, atau seseorang, telah menunggu mereka di luar Lembah Bayangan.
Arlen memegang Relik Gelap lebih erat. “Siap-siap. Sepertinya kita belum sepenuhnya bebas dari bahaya.”
Eira dan Finn bersiap dengan wajah penuh kewaspadaan. Ketegangan di udara semakin terasa, dan di balik kabut, bayangan besar perlahan muncul, menandakan ancaman baru yang tidak terduga.