Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.
Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.
Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dusta
Sinar matahari masuk melalui gorden yang terbuka, entah siapa yang membukanya tidak ada yang tahu tapi yang pasti Eliana terbangun dengan rasa sakit diseluruh tubuh. Ringisannya terdengar, tanda merah kebiruan terdapat di bagian depan dadanya.
Eliana melihat ke belakang, mungkin saja pria yang baru tidur dengannya masih tidur namun sayangnya sudah tidak ada. Dia sendirian di kamar itu, tidak ada siapa pun. Eliana berusaha untuk bangun sambil menahan rasa sakit di sela kedua paha. Perih, dia masih bisa merasakannya.
Pria itu tidak bersikap lembut sama sekali padahal itu adalah pengalaman pertamanya dan pengalaman pertama yang menyakitkan itu tidak akan dia lupakan. Tangannya meraba ranjang, di mana bercak darah terdapat di sana. Kotor, dia merasa tubuhnya sudah kotor bahkan dia tidak tahu rupa pria yang sudah tidur dengannya. Apakah rupanya jelek? Ataukah tampan.
Eliana memeluk dirinya, dia merasa tidak jauh berbebeda jauh dengan seorang ja*ang yang menjual dirinya. Apa yang dia lakukan sepadan? Dia bertanya dalam hatii, dia harap sepandan. Sebaiknya dia tidak menyesal apalagi dia yang memutuskan tanpa ada yang memaksa dirinya.
Lebih baik dia segera membersihkan diri dan pergi dari sana. Dia harus pergi ke rumah sakit dan pergi bekerja. Sambil menahan rasa perih, Eliana beringsut ke sisi ranjang. Malam pertama yang akan dia ingat untuk seumur hidup. Eliana hendak mengambil gaun tipis yang dia kenakan semalam di atas lantai namun perhatiannya tertuju pada selembar cek yang ada di atas meja.
Eliana mengambil cek itu, senyum menghiasi wajahnya. Jumah yang cukup besar, dia bisa mencicil biaya rumah sakit ibunya dengan cek yang dia dapatkan. Dia jadi ingin tahu, apa dia akan mendapatkan selembar cek setiap kali dia sudah melayani pria itu? Semoga saja, dengan begini biaya rumah sakit ibunya dapat dia lunasi sebelum satu minggu. Sekarang dia merasa pengorbanannya tidaklah sia-sia meskipun rasa sakit akibat percintaan liar pria itu masih bisa dia rasakan.
Ibunya pasti senang, sebaiknya dia segera bergegas. Cek yang dia dapat disimpan ke dalam tas, Eliana melangkah menuju kamar mandi sambil meringis. Sial, seberapa besar milik pria itu sampai membuatnya kesakitan? Sekalipun dia ingin tahu tapi sayangnya dia tidak bisa melihatnya.
Saat Eliana keluar dari kamar mandi, Eliana mendapati pakaian di atas ranjang. Apa itu untuknya? Dia rasa demikian jadi Eliana menggunakannya tanpa ragu.
Seorang wanita tua sudah menyambutnya, wanita itu tersenyum melihat Eliana yang menuruni anak tangga dan terlihat cantik menggunakan pakaian yang memang disediakan untuknya.
"Mor-Morning," sapa Eliana dengan wajah tersipu.
"Kau terlihat cantik, Nona," puji wanita tua tersebut.
"Thanks, aku sudah harus pergi, Nyonya."
"Panggil aku Gretha, aku sudah membuat sarapan. Tuan Muda berkata kau harus sarapan terlebih dahulu sebelum pergi."
"Oh," Eliana tampak bingung. Baju disediakan, sarapan pun disediakan. Dia merasa pria itu tidaklah jahat. Sebaiknya dia tidak banyak berpikir karena mereka hanya dua orang yang asing saja.
Eliana mengikuti langkah Greta menuju dapur. Sarapan memang sudah terhidang di atas meja namun dia harus menikmati sarapan itu sendirian. Entah kenapa dia jadi membayangkan sosok pemuda tampan sedang duduk di hadapannya dan makan dengannya.
"Apa yang kau inginkan untuk makan malam, Nona??" tanya Greta.
Eliana tersenyum, dia hampir lupa jika dia harus kembali lagi nanti malam untuk menjalankan tugasnya sampai dia hamil. Selama menjalankan tugasnya, dia harap dia bisa menahan diri utuk tidak mencari tahu siapa pria yang sudah menghabiskan malam bersamanya.
"Katakan saja apa makanan yang Nona mau, aku akan menyiapkannya," ucap Greta.
"Terima kasih, Greta. Makanan apa saja yang kau sajikan akan aku makan," jawabnya sambil tersenyum.
"Jika begitu aku akan menyiapkan makanan bergizi untukmu agar kau cepat hamil."
Eliana mengangguk, yeah.. Itu jauh lebih baik. Semoga dia cepat hamil agar tugas yang sedang dia jalani cepat selesai.
Setelah menghabiskan sarapannya, Eliana pamit pergi. Greta mengantarnya sampai di depan pintu, sebuah mobil yang akan menantarnya ke rumah sakit sudah disiapkan. Tidak buruk, setidaknya dia diperlakukan dengan baik. Greta masuk ke dalam kamar untuk membersihkan ranjang, kepalanya menggeleng ketika melihat bercak darah di sprei yang putih.Gadis cantik yang baik, entah apa yang membuatnya mau melakukan hal seperti itu.
Eliana melihat cek yang dia dapat disepanjang jalan menuju rumah sakit. Dia seperti tidak percaya. Eliana mampir sebentar untuk membeli buah dan juga bunga kesukaan ibunya. Masalah sudah terpecahkan walau dia harus berkorban dan dia tidak menyesal.
Biaya rumah sakit yang membengkak dibayar menggunakan cek itu, walau hanya beberapa persen namun sudah sedikit mengurangi jumlahnya. Setelah membayar, Eliana bergegas menuju ruangan ibunya dan memperlihatkan wajah ceria. Ibunya sampai heran karena Eliana tidak pernah menunjukkan wajah ceria seperti itu.
"Apa yang membuatmu begitu senang, Eliana?"
"Aku sudah mendapatkan pinjaman uang, Mom," dustanya.
"Benarkah?" untuk kesekian kali ibunya tidak percaya karena dia tahu tidak mudah meminjam uang dengan jumlah yang begitu banyak.
"Tentu saja, semua biaya rumah sakit akan segera lunas," jawab Eliana seraya memberikan bunga yang dia beli saat di jalan.
"Ini untuk Mommy," ucapnya.
Ibunya mengambil bunga itu, dia masih curiga dan tidak percaya apalagi pakaian yang sedang digunakan oleh Eliana terlihat mahal.
"Eliana, kau tidak meminjam dari renternir, bukan??" sungguh dia takut putrinya melakukan hal itu. Selain meminjam dengan renternir, dari mana lagi putrinya bisa mendapatkan uang yang begitu banyak jumlahnya dalam waktu singkat? Dia harap tidak karena meminjam dengan Renternir bukanlah solusi terbaik untuk keluar dari masalah yang sedang mereka hadapi saat ini.
"Tidak, Mom. Aku tidak melakukan hal itu. Renternir bodoh mana yang mau meminjamkan uang padaku? Kita tidak memiliki apa pun, bahkan rumah yang aku tempati hanya rumah sewa. Tidak akan ada renternir yang memiliki nyali ntuk meminjamkan uangnya padaku."
"Lalu kau dapat uang dari mana, Eliana? Ayahmu saja tidak peduli!"
"Sudah aku katakan, aku meminjamnya dari bosku. Aku sudah mengambil pekerjaan tambahan jadi Mommy tidak perlu khawatir. Gaji yang aku dapat akan dipotong untuk melunasi hutangku," dustanya. Eliana berharap ibunya percaya agar ibunya tidak bertanya lagi dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk melunasi biaya rumah sakit dengan jumlah fantastis itu.
"Baiklah, Mommy hanya tidak mau kau meminjam uang dengan renternir karena Mommy tidak mau kau terlibat masalah dengan mereka," ucap ibunya.
"Mommy tidak perlu khawatir, aku tidak mungkin melakukannya," Eliana membawa buah yang dia bawa untuk dipotong. Dia bergegas agar ibunya tidak tahu kebohongan yang sedang dia ucapkan. Saat ibunya tahu, dia menjual diri untuk mendapatkan biaya rumah sakit, apakah ibunya akan kecewa? Sebaiknya ibunya tidak tahu dan semoga saja tidak tahu. Dia akan menutup rahasia itu dengan rapat sampai perannya selesai.
Eliana kembali menghampiri ibunya dengan buah yang sudah dia potong. Melihat senyuman ibunya, dia benar-benar tidak menyesali apa yang dia lakukan namun banyak rintangan yang harus dia lakukan selama dia menjadi wanita bayaran dan tentunya rintangan itu tidaklah mudah.