Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKAN MALAM
Tinggal ditempat baru, memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Suasana baru tak serta merta membuat kita merasa langsung nyaman. Seperti itu juga yang dirasakan Romeo. Sudah hampir tengah malam, matanya masih cerah saja. Tak ada tanda tanda mengantuk meski seharian ini tidak tidur.
Romeo menatap langit langit kamar berwarna putih itu. Malam setelah pernikahan akan menjadi malam istimewa untuk setiap pasangan, tapi tidak bagi Romeo dan Rere. Tidak ada yang spesial dengan malam ini, bahkan mereka tidur dikamar yang berbeda.
Kamar tidur Romeo berada dilantai 1, sedangkan Rere dilantai dua. Tak ada fasilitas kamar mandi didalamnya, membuat Romeo yang ingin buang air kecil terpaksa keluar kamar meski tengah malam.
"Rere." Romeo kaget melihat Rere ada didapur dijam ini.
Rere menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya.
"Kau sedang apa?" tanya Romeo.
"Aku tidak bisa tidur, lapar." Kehamilannya membuat Rere mudah merasa lapar.
Romeo berjalan mendekati Rere. Dia melihat ada mie instan didekat kompor, dan panci berisi air diatas kompor yang menyala.
"Mie instan?" Romeo mengernyitkan dahi.
"Hem." Rere mengangguk. Dia tak menemukan makanan apapun didapur. Makanan sisa hajatan tadi sudah dibagi bagikan oleh Jia kepada tetangga sekitar. Bukannya Rere tak bisa masak, hanya saja, dia malas dan mencari mudah saja dengan memasak mie instan.
"Gak baik buat ibu hamil." Romeo mematikan kompor sebelum air didalam panci mendidih.
"Tapi aku lapar, tak ada makanan apapun."
Romeo membuka kulkas, ada beberapa bahan masakan disana. Dan didalam magigcom yang sudah dimatikan, ada sedikit nasi.
"Apa kau mau nasi goreng, aku bisa memasakkannya untukmu?" tawar Romeo.
"Kau yakin?" Rere terlihat ragu. Mungkinkah pria yang terlihat kaku dan dingin seperti Romeo bisa memasak?
"Sangat yakin. Aku rasa kau belum lupa jika aku tinggal di Jepang bertahun tahun sendirian. Aku sangat pandai memasak. Bahkan chef Juna aja belajar masak dariku."
Rere terkekeh pelan mendengar guyonan Romeo. "Ya aku percaya. Cepat buatkan aku nasi goreng yang lebih nikmat dari buatan Bang Sobri."
"Bang Sobri?"
"Penjual nasi goreng yang sering lewat, langganan mama."
"Oh...."
Rere minggir dari dekat kompor, memberi ruang gerak lebih luas pada Romeo untuk memasak. Dia memilih menunggu dimeja makan yang letaknya memang satu ruangan dengan dapur.
"Tunggu sebentar." Rere mengerutkan kening melihat Romeo yang tiba tiba berlari terbirit birit meninggalkan dapur. Ternyata pria itu menuju kamar mandi. Sejak awal tujuan Romeo memang kamar mandi. Tapi karena bertemu Rere didapur, dia jadi menahannya.
Selesai urusan kamar mandi, Romeo kembali kedapur. Tak lupa mencuci tangan lebih dulu sebelum mulai mengeksekusi bahan makanan. Meski laki laki, tapi Romeo sangat handal didapur karena dia sudah terbiasa memasak sendiri saat di Jepang. Mulai dari mengupas bawang, memotong sayur, hingga menumbuk bumbu, semua bisa di lakukan dengan baik.
Rere menatap Romeo sambil bertopang dagu. Dari belakang, Romeo terlihat sangat mirip dengan Haikal. Sebenarnya tak hanya dari belakang, wajah mereka juga mirip. Rere yang memang sedang merindukan Haikal, jadi membayangkan jika pria itu yang sekarang ada dihadapannya, memasak nasi goreng untuknya.
"Aku tahu punggungku sangat seksi. Tapi jangan menatap seperti itu, takut kamu jatuh cinta." Ujar Romeo tanpa menoleh kebelakangan
Rere seketika tersadar dari lamunannya. Tak seharusnya dia masih memikirkan Haikal saat ini. Bagaimanapun, dia sudah menikah sekarang. Dia harus menghormati Romeo, pria bak malaikat yang dikirim Tuhan untuk mengobati lukanya. Tak tahu diri sekali jika dia masih memberikan ruang dihatinya untuk Haikal, setelah semua yang dilakukan Romeo untuknya.
Begitu bumbu mulai ditumis, aroma sedapnya sudah mulai mengusik indra penciuman. Tak pelak Rere menjadi semakin lapar. Dan setelah semua bahan masuk kedalam kuali, aromanya sungguh luar biasa. Mengalahkan nasi gorang buatan Bang Sobri. Penjual nasi goreng paling femes di komplek perumahan ini.
Sebelum menghidangkannya kedepan Rere, Romeo lebih dulu mencicipinya. Setelah semuanya dirasa pas, segera dia bawa nasi goreng spesial buatannya kehadapan Rere.
"Cobalah, tapi jangan minta nambah kalau kurang. Nasinya sudah habis."
Aromanya sangat sedap, tampilannya juga begitu menggoda seperti platingan chef terkenal. Tapi untuk rasa, Rere belum yakin sebelum mencicipi sendiri.
"Kau yakin ini enak?"
"Sangat yakin. Aku berani bertaruh jika kau akan menyukainya dan ketagihan."
"Bagaimana kalau tidak enak?"
"Aku ajak kau cari makan diluar. Meski sudah lama tak di Jakarta, aku yakin tengah malam masih banyak penjual makanan disini."
Rere mulai mencicipi nasi goreng buatan Romeo. Luar biasa, ternyata rasanya sangat enak, bahkan lebih enak dari buatan Bang Sobri dan mamanya. Dia sampai menyendok lagi dan lagi.
Melihat Rere yang tampak lahap memakannya, Romeo tersenyum puas. Semoga saja dengan perhatian perhatian kecil seperti ini, Rere bisa membuka hati untuknya.
"Kau mau?" Setelah setengah porsi habis, Rere baru ingat untuk menawari Romeo. Malu juga rasanya, seperti tak tahu diri, Romeo yang masak, tapi dia yang menghabiskannya sendiri.
"Aku sudah kenyang hanya dengan melihatmu makan."
"Heis...apa aku terlihat rakus makannya?"
"Tidak, itu wajar bagi ibu hamil."
Diam diam Rere mengagumi sosok Romeo. Ternyata selain baik, menyenangkan dan tampan, Romeo juga pandai memasak. Pria seperti itu, pasti banyak sekali ditaksir wanita. Apalagi karier Romeo juga bagus di Jepang. Setelah lulus kuliah disana lewat jalur beasiswa, Romeo langsung diterima kerja disalah satu perusahaan besar disana. Tiba tiba Rere terpikirkan sesuatu.
"Apa kau punya pacar?"
Romeo terkekeh pelan mendengar pertanyaan lucu itu. Seorang istri bertanya pada suaminya, apakah dia punya pacar? Terdengar menggelikan sekali.
"Aku punya istri." Jawab Romeo telak.
"Maksudku...astaga." Rere garuk garuk kelaka "Seperti apa aku harus menjelaskan." Rere bingung sendiri. Pernikahan ini tidak direncakan, jadi ada kemungkinan jika Romeo memiliki pacar.
"Aku terlalu sibuk bekerja. Sampai sampai aku lupa untuk berpacaran."
"Sayang sekali, harusnya kau lebih menikmati masa muda. Akan lebih indah jika hari hari kita seperti pelangi, tak hanya monocrom. Aku yakin, pria sepertimu tak akan sulit mendapatkan pacar. Pasti banyak sekali wanita yang mau."
"Apa kau termasuk?"
Rere hampir saja tersedak saat Romeo membalikkan kata katanya. Tak mau ketahuan salah tingkah, dia langsung menunduk dan melanjutkan makan seolah oleh tak pernah mendengar pertanyaan Romeo.
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik