Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganti Rugi
Beberapa bulan lalu
Brak!
Seorang Ibu bersama kedua anaknya di buat kaget karena pintu rumah mereka tiba-tiba di buka kasar.
Masuklah seorang pria matang nan gagah berdiri di ikuti para pengawal nya yang berjejer rapi di belakang.
"Ibu Luna. Rumah ini di sita dan di ambil alih untuk membayar sedikit kerugian yang telah suami anda lakukan."
Kenzo, pria yang berdiri di samping Tuanya, mengeluarkan kata-kata yang sangat membuat Luna, Ibu dari tiga orang anak itu nampak syok dan kaget. Ia segera meninggalkan anak-anak dan mendekati orang-orang tersebut.
"Tuan, apa kalian tahu di mana suami saya berada? Dia belum pulang, dan juga apa yang tadi anda maksud mengenai kerugian yang suami saya perbuat?"
Nampak Kenzo melirik sang Tuan yang saat ini menatap nyalang pada Luna. Luna sendiri sedikit takut saat orang asing itu melihat dirinya seakan ingin menelan Luna hidup-hidup.
Apakah Ia salah dalam berkata? Karena Luna memang beberapa hari ini tidak bisa menghubungi sang Suami. Tidak biasanya juga suaminya itu tidak pulang.
Luna sangat cemas memikirkan suami nya, biasanya Ia akan memberitahu Luna jika ada pekerjaan di luar yang tidak bisa membuat dirinya pulang.
"Hendra sudah mati bunuh diri."
Luna terkejut sampai tidak merespon apa-apa saat mendengar perkataan Tersebut.
Apa maksud suami nya mati bunuh diri, bagaimana itu mungkin?
"Apa maksud anda berkata seperti itu, Tuan?"
Luna memegang tangan Daru meminta penjelasan yang lebih detail. Tidak mungkin Hendra bunuh diri, tidak mungkin!
"Cih, sudah jelas dia itu berkhianat dan menghindari tanggung jawab atas perbuatannya!" kata Daru sambil menghempaskan tangan Luna yang menurut nya kotor.
"Kalian harus bertanggung jawab menggantikan nya. Ken, urus mereka."
Daru segera berlalu Dari sana setelah memberi perintah pada Kenzo. Sedangkan Luna masih diam terpaku tidak percaya.
"Tidak mungkin...," lirihnya lemah, tidak terasa air mata wanita itu menetes. Ia tidak mau percaya kalau suami nya sudah mati. Luna menggeleng pelan.
Wanita itu teringat pada anaknya dan segera mendekati mereka serta memeluk ke dua anaknya itu. Kebetulan anak sulungnya juga telah pulang dari sekolah, Luna sampai lupa menjemput anak itu.
Untung nya sekolah tidak jauh dari kediaman mereka, sehingga Luna hanya bisa bersyukur saat ia tiba dengan selamat.
"Ibu...?"
Dengan wajah bingung, Rio mendekati Luna bersama dengan mata polos nya melihat orang-orang dewasa yang berada di dalam rumah mereka.
"Tuan, tolong beri saya penjelasan akan semua ini."
Kenzo sebenarnya merasa Iba pada mereka, hanya saja dia tidak bisa berbuat apa-apa dan juga perbuatan Hendra sudah sangat kelewatan.
"Mari ikut saya, Ibu Luna. Kita akan bahas kesempatan yang Tuan Daru minta," ujar Kenzo dengan suara formalnya.
"Tapi....."
Luna ragu sejenak jika harus pergi dan meninggalkan anak-anak nya di tengah kondisi seperti ini.
"Anda tidak perlu cemas, mereka akan di jaga oleh para pengawal sehingga tidak akan kemana-mana," kata Kenzo lagi yang sepertinya mengerti mengapa Luna enggan untuk ikut dengan nya.
Akhirnya Luna pun memberikan perkataan pada anak-anaknya agar tidak kemana-mana, ia juga mengatakan akan kembali dengan cepat. Luna tidak bisa mempercayai orang-orang itu begitu saja dan berusaha menyerahkan anak-anak nya yang lebih kecil kepada putra sulungnya, Rio.
______________________
"Tapi, saya punya permintaan. Bisakah ini di jadikan hal di luar kesempatan yang kejam ini? Putri ku masih kecil, jika saya tidak menghasilkan uang, bagaimana saya bisa merawatnya yang selalu sakit-sakitan," kata Luna dengan lirih.
Dia tidak punya pilihan lagi selain menerima, bahkan jika menjual seluruh organ nya juga tidak akan sanggup melunasi kerugian yang suaminya lakukan.
Tetapi Putri nya juga memerlukan perawatan jika semua penghasilan mereka ambil tanpa terkecuali.
Ia bahkan tidak di beri kesempatan untuk mengetahui di mana keberadaan Hendra, Suaminya. Jika memang sudah betul meninggal seperti apa orang yang bernama Kenzo ini katakan..., setidaknya Luna ingin melihat jasad atau kuburan nya pun tidak mengapa.
Namun dia tidak bisa, bahkan dia malah di ancam dengan anak-anaknya jika tidak segera setuju.
"Baik, keluhan ini akan saya sampaikan pada Tuan Daru. Anda hanya perlu menyiapkan diri untuk segera menikah secepatnya," lanjut Kenzo tanpa ampun.
"Tapi Tuan, jika secepat itu.... Bagaimana bisa. Saya bahkan belum resmi bercerai dengan suami ku. Tidak mungkin harus langsung menikah_"
"Jika pasangan mati, menurut ku tidak perlu ada perceraian lagi. Harap kerjasama nya Ibu Luna, jangan menyulitkan diri sendiri dengan masih berdalih ini itu."
Luna belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Kenzo sudah memotong lebih dulu yang membuat Luna hanya bisa bungkam.
Luna juga tidak bisa memilih untuk mengakhiri hidupnya, bagaimana dengan anak-anaknya jika mereka harus ikut kehilangan Ibu? Bahkan Luna yang kehilangan orang Tua di masa remaja saja sangat tahu bagaimana rasanya, apalagi anak-anaknya yang masih sangat kecil-kecil itu.
"Tuan, apakah saya tidak bisa di perlihatkan makam suami saya?" tanya Luna sekali lagi.
Ia tidak mau melakukan hal nekat ini jika suami nya ternyata masih hidup. Luna juga tidak percaya dengan apa yang Kenzo katakan mengenai semua keburukan yang sudah Herman lakukan.
"Ibu Luna, anda seperti nya masih ragu dengan semua kejahatan yang telah Hendra lakukan. Bahkan, jika di bawa ke hukum pun, anda tidak akan mendapatkan apa-apa. Kami memiliki semua bukti penipuan serta perencanaan pembunuhan pada Tuan Besar."
"Anda tinggal pilih, setuju atau ganti semua kerugian detik ini juga, serta kembalikan kondisi Tuan Besar seperti sedia kala."
Luna mematung setelah mendengar kalimat terakhir. Kedua pilihan itu sungguh sangat berat, Ia tidak mungkin memilih salah satunya, akan tetapi Luna juga tidak punya pilihan lain.
"Sebenarnya kalian harus bersyukur karena Tuan Daru masih memberikan kesempatan untuk hidup. Jika Tuan mau, bahkan Tuan Daru tidak akan segan untuk memusnahkan kalian semua."
_____________________
"Cih, wanita itu masih berani meminta sesuatu setelah apa yang Hendra lakukan?"
Daru tidak percaya setelah mendengar perkataan Kenzo.
Saat ini pria itu dengan gagah duduk di kursi kebesaran nya. Mata runcing nya menatap tajam pria yang selalu setia di sampingnya itu.
"Tidak peduli apa yang dia katakan, tidak ada penolakan ataupun harus memenuhi permintaan nya. Aku harus membuat mereka menderita untuk melunasi perbuatan Suami dan Ayah mereka. Anak-anak itu juga harus berada dalam kendali ku," katanya dengan dingin memerintah. Kenzo mengangguk untuk menjalankan perkataan sang Tuan. Akhirnya Ia keluar dari ruangan itu untuk mempersiapkan semuanya.
_____________________
Jangan lupa kembali malam nanti untuk membaca kelanjutannya. Langsung ikuti cerita ini agar tidak ketinggalan jam Update 🤗
Jika cerita di atas menarik minat kalian, semoga berkenan meninggalkan jejak berupa Like👍
Jika berkenan Author juga meminta agar teman-teman semua mau meng share cerita ini pada yang lain agar semakin banyak yang membaca dan membuat cerita ini berkembang dengan baik.
Maaf bila merepotkan dan Terimakasih atas bantuannya 🙏