"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH SATU
Sandra sudah berganti pakaian, kali ini ia tidak berdandan, hingga wajahnya tampak pucat, tak secantik tadi. Sandra sengaja menghapus makeup di wajahnya karena dia pikir sebentar lagi akan memakai rangkaian skincare malam.
"Kamu udah makan?." Tanya Alfian yang juga baru berganti pakaian.
"Udah. Kamu?." Tanya balik Sandra.
"Belum." Jawab Alfian.
"Ya udah. Makan dulu sana." Titah Sandra.
"Kalau gitu ayo temenin aku." Ajak Alfian.
"Maaf mas. Kamu makan sendiri aja ya. Hari ini aku capek banget." Jawab Sandra menolak ajakan suaminya.
"Ya udah, kamu istirahat saja." Kata Alfian lalu dia pergi ke ruang makan.
Art di rumah itu langsung menyiapkan makanan untuk majikannya. Banyak sekali lauk yang tersedia di meja makan, dan semuanya tampak sangat lezat dan nikmat. Namun sayangnya Alfian tidak merasakan kenikmatan itu saat memakannya. Semua masakan yang ia coba terasa hambar, padahal dari tampilannya, semuanya tampak menggugah selera, tapi nyatanya rasanya tak seenak yang dia bayangkan.
Alfian sungguh tak berselera, tapi dia tetap harus makan demi kesehatannya, apalagi akhir-akhir ini Sandra jarang memujinya saat mereka selesai bercinta. Mungkin saja dia memang kurang energi, karena belakangan ini dia selalu merasa tidak enak makan.
Kata-kata Sandra saat dikamar mandi tadi yang menyebutnya lemah benar-benar menggangu pikirannya. Apa benar dirinya lemah dan tidak bisa memuaskan Sandra?. Karena penasaran, malamnya dia kembali mengajak Sandra bercinta, tapi Sandra menolak.
"Buat apa kalau kamu gak kuat lama. Kamu puas, aku gondok sendiri." Kata Sandra.
"Aku janji sayang, kali ini aku kan bikin kamu puas." Balas Alfian.
"Kamu yakin?." Tanya Sandra.
"Yakin." Jawab Alfian.
"Oke. Kalau gitu buktikan kalau malam ini kamu bisa bikin aku puas." Tantang Sandra, seraya beranjak dari tempat tidur, lalu membuka baju Alfian dengan cepat dan tidak sabar, setelah itu membuka bajunya sendiri. Dia mencumbu Alfian dengan rakus, membuat milik Alfian langsung berdiri tegak. Kali ini Sandra sangat agresif, beda sekali dengan tadi sore. Dia begitu semangat mencumbui tubuh Alfian, membuat Alfian seolah terbang melayang.
Alfian tak kuat menahannya lagi, bagian bawahnya semakin menegang dan ingin dituntaskan. Alfian yang terlentang segera bangun dan menarik tubuh Sandra, Membalikkan tubuh Sandra kebawah dan kini dia diatas, mengarahkan senjata miliknya ke sasaran.
Saat Alfian hendak melakukannya, Sandra menghentikannya.
"Jangan curang. Tadi kamu bilang mau bikin aku puas kan?." Tanya Sandra
"Iya sayang. Tentu saja." Jawab Alfian dengan suara parau, dan memburu.
"Kalau gitu, cumbu aku dulu. Jangan buru-buru pengen masuk." Titah Sandra.
Tanpa menunggu lama, Alfian pun mencumbui Sandra seperti keinginannya. Dia mencumbui area-area sensitif yang membuat hasrat Sandra semakin memuncak. Sandra menggeliatkan badan, dan terus mengerang merasakan kenikmatan yang diberikan Alfian.
Alfian yakin Sandra pasti sudah sangat terangsang. Dia kembali mengarahkan miliknya, tapi lagi, Sandra mengatakan jangan dulu, karena ia masih ingin Alfian mencumbunya.
Karena ingin membuktikan ucapannya, Alfian menuruti semua keinginan Sandra yang memintanya melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan. Tapi sayangnya semua yang dilakukan malam itu tidak membuat Sandra merasa terpuaskan. Walau malam ini Sandra mendapatkannya, tapi dia tetap merasa tidak puas.
"Kamu senang sayang?." Tanya Alfian.
"Biasa aja." Jawan Sandra lalu memunggungi Alfian.
***
Hari ini Razka sangat senang karena Arini benar-benar membelikannya sepeda. Sepeda roda empat berwarna biru muda, pilihan Razka sendiri. Dia langsung pergi bermain membawa sepeda barunya itu dengan hati gembira. Hati Arini jauh lebih bahagia, melihat senyum bahagia di wajah anaknya itu.
Sekarang yang harus dia pikirkan adalah cara agar bisa segera mengembalikan uang bu Dasima yang digunakan untuk membeli sepeda itu. Selain itu, sebentar lagi Razka harus masuk sekolah taman kanak-kanak, jadi pasti pengeluarannya akan semakin banyak .
Arini pikir dirinya harus mendapatkan penghasilan tambahan. Iya benar, dia harus mencari pekerjaan lain.
Arini putuskan untuk melamar kerja ke sebuah pabrik garmen, yang katanya sedang membutuhkan karyawan baru, tapi sayangnya di dia tidak terima, karena tidak lulus saat di tes menjahit.
Arini tak putus asa, dia melamar ke pabrik lain yang tak jauh dari sana, dari satu pabrik ke pabrik hingga menjelang sore, namun hasilnya sama, dia tidak diterima dan pulang kerumah dengan lemas.
"Gimana Arini?. Apa kamu keterima?." Tanya bu Dasima saat Arini pulang.
"Belum bu." Jawab Arini.
"Oh...ibu pikir kamu keterima dan langsung kerja."
"Tadi Arini melamar lagi ke pabrik lainnya bu, makannya pulang sore." Terang Arini.
.....
Arini terus memikirkan bagaimana agar dia bisa mendapat penghasilan tambahan, hingga satu ide muncul di kepalanya, saat melihat sayuran yang ada di dapur. Dia akan membuat gorengan dan menjualnya. Iya benar, itu ide yang bagus, mengingat di kampungnya tidak ada yang berjualan gorengan.
"Ibu sangat setuju dengan ide kamu Arini. Lalu... kapan kamu akan mulai berjualan?." Tanya bu Dasima.
"Besok bu. Besok pagi Arini akan memulainya." Jawab Arini antusias, lalu dia pergi ke sebuah grosir membeli tepung terigu, minyak goreng dan bahan lain yang akan dia gunakan. Arini memakai uang Razka, yang dia simpan selama ini. Uang tersebut adalah uang pemberian Tedi dan pak Hardiman, atau orang lain yang memberi untuk Razka.
...
Esoknya, jam empat pagi Arini sudah sibuk di dapur, memotong sayuran yang akan ia buat untuk membuat bakwan sayur. Selesai membuat adonan, dia langsung menggorengnya.
"Bismillah semoga gorengan ini laris manis. Aamiin" Do'a Arini saat dia menyimpan bakwan sayur itu di meja depan rumahnya.
Jam menunjukan pukul enam pagi saat itu. Di jam seperti ini, banyak pekerja atau buruh tani yang sudah berangkat ke sawah atau ladang mereka.
Arini menawari para pekerja itu, yang kebetulan selalu melewati rumahnya.
"Gorengannya bu. Mumpung masih panas." Tawar Arini pada tiga orang tetangga yang akan pergi ke sawah.
"Eh ....Arini. Kamu jualan gorengan?." Tanya salah satu dari mereka.
"Iya bu." Jawab Arini.
Ketiga ibu itu pun mendekati Arini.
"Wah...kayaknya enak ini. Saya mau dong.
Berapa harganya?." Kata salah satu dari mereka, lalu mengambil satu bakwan dan memakannya.
"Seribu an aja bu" Jawab Arini.
"Oh ....saya mau, lima ya."
"Baik bu."
"Saya juga mau. Bungkus ya lima."
Arini memasukan lima bakwan ke sebuah plastik lengkap dengan cabe rawit hijau segar, yang baru dia petik dari halaman rumahnya.
Dia tersenyum senang, karena sudah ada yang membeli gorengannya, dan sepertinya mereka menyukai gorengan buatannya.
Arini terus menawari setiap orang yang melewati rumahnya, hingga dalam sekejap gorengan buatannya habis terjual, bahkan ada pembeli yang ingin membeli lagi, tapi tidak kebagian. Dia tentu sangat senang. Jualan di hari pertamanya laris manis. Ini adalah awal yang baik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.
Bersambung 🌿🌿🌿
follow me ya thx all