'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
🌾 🌾 🌾 🌾 🌾 🌾
"Apakah sejauh itu tempat yang akan kita tuju?" tanya Xannia.
"Hmm," sahut Davendra
"Kita akan berhenti sebentar di restoran atau cafe untuk makan. Dan belilah sesuatu untuk kau makan selama di perjalanan nanti," kata Davendra.
Xannia membuka kaca jendela mobilnya dan merasakan hembusan angin yang masuk kedalam mobilnya, pandangannya menelisik setiap jalan yang di laluinya.
"Kau pernah tinggal di Itali?" tanya Xannia.
"Ayahku memiliki darah Itali. Tentu saja aku pernah tinggal disini," sahut Davendra
"Apa tempat yang akan kita datangi sangat bagus?" tanya Xannia lagi.
"Ya, ada banyak perkebunan anggur dan juga pantai," jawab Davendra.
"Kita harus melewati tujuh kota untuk sampai di Ischia. Dan kita harus sampai sebelum malam," kata Davendra
"Ischia?" ucap Xannia dan di angguki oleh Dave.
"Aku baru mendengarnya. Mungkin karna aku jarang keluar negeri apalagi Italia," pungkas Xannia.
"Kau akan suka tempat itu, disana cocok untuk kita mencicil anak," kata Davendra.
Xannia mencubit lengan suaminya yang sedang menyetir.
"Kau pikir anakku apa bisa di cicil," ujar Xannia mencebik.
"Berapa hari kita disini?" tanya Xannia.
"Satu bulan," jawab Dave datar.
"What?!!," Seru Xannia yang merasa terkejut dengan jawaban suaminya.
'Apa pria ini gila? Satu bulan hanya untuk honeymoon?' pikir Xannia.
"Apa itu tidak terlalu lama? Ma-maksudku, satu bulan hanya untuk honeymoon?" tanya Xannia.
Dave menganggukkan kepalanya.
"Lalu pekerjaanmu?" tanya Xannia.
"Aku bisa mengontrolnya dari jauh. Lagi pula ada Rafa dan Rendy yang akan mengurusnya," kata Davendra.
"Ck... Kau memberatkan pekerjaanmu pada mereka, sementara kau bersenang-senang disini," cibir Xannia.
"Setelah pulang nanti kau harus memberikan mereka cuti selama empat hari karna sudah membantu pekejaanmu," kata Xannia.
"Itu terlalu lama," sahut Davendra.
"Empat hari tidak lama, kau harus memberikan mereka waktu berlibur sama seperti kita," ujar Xannia.
Davendra memberhentikan mobilnya di tengah-tengah perjalanan mereka.
"Kita sudah sampai. Keluarlah," kata Davendra dan melepas sabuk pengamannya.
Xannia keluar dari mobil dan melihat sebuah restoran.
Davendra menggandeng tangan istrinya untuk masuk kedalam restoran tersebut.
Xannia dapat melihat beberapa keluarga yang terdiri dari anak, ayah, dan ibu sedang menikmati makanan mereka sembari bergurau.
"Sangat kental akan suasana kekeluargaan," kata Xannia.
"Restoran ini memang di desain untuk keluarga," sahut Davendra.
"Kau sering kesini?" tanya Xannia sembari mendudukan bokongnya di kursi yang di tarik oleh Davendra
"Hmm, lumayan. Ayah dan ibuku sering mengajakku kemari jika kita sedang berada di Roma," jawab Dave
Davendra mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan dengan istrinya.
"Kau punya rumah di Roma?" tanya Xannia
"Kami memiliki satu mansion disini, tapi tempat itu jarang di datangi," sahut Davendra.
Dave memanggil seorang pelayan, dan yang datang adalah seorang pelayan.
Pelayan itu bahkan melihat Davendra seperti akan meneteskan air liurnya, apalagi kemeja yang di kenakan suaminya itu terbuka dua kancing di atasnya hingga memperlihatkan sedikit dada bidangnya.
"Kau mau pesan apa?" tanya Davendra pada Xannia.
Wanita itu belum menjawab dan masih melihat-lihat buku menu.
Pelayan wanita itu beralih pada Xannia untuk mencatat pesanannya.
Xannia menatap tajam pelayan itu saat mata mereka saling bertemu.
Pelayan itu pun pergi setelah Dave dan Xannia menyebutkan pesanan mereka.
Xannia beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri suaminya.
Wanita itu mengancingkan kemaja suaminya sampai yang teratas, hingga akan mencekik leher Davendra.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Davendra sambil melepas kancing teratas kemeja miliknya.
"Membunuhmu," jawab Xannia random.
"Lain kali pakailah kaos. Aku tidak mau selama kita menikah ada gangguan apapun dari orang luar, jika pun ada aku akan mendorongnya kejurang atau menenggelamkannya ke dasar laut," kata Xannia sinis.
"Ya Tuhan," gumam Davendra.
Tak berselang lama makanan mereka pun datang, dan yang mengantarkannya adalah wanita yang tadi mencatat pesanan mereka.
Saat akan menyerahkan makanan Davendra, wanita mengeluarkan senyum terbaiknya dengan sorot mata yang tidak lepas dari Davendra pelayan itu bahkan tidak perduli jika ada Xannia di sana.
"Kondisikan pandangan mu, nona!! Atau istriku akan melemparkan pas bunga yang ada di hadapannya padamu," kata Davendra dingin dan datar.
Saat pelayan itu beralih pada Xannia, ternyata pelayan itu Sedang memperhatikannya dengan mata tajamnya.
"Hai nona!! Jaga matamu, bola matamu hampir copot," tegur Xannia sambil menunjuk ke arah mata pelayan dengan pisau di tangannya.
Pelayan itu langsung memundurkan langkahnya dan pamit dari hadapan mereka.
"Kau terlihat seperti seorang psikopat," kata Davendra.
"Aku hanya mempertahankan posisiku sampai aku melahirkan anak laki-laki untukmu. Jadi, selama aku masih menjadi istrimu aku tidak akan memberikan celah sedikit saja untuk para wanita itu masuk dan mengacaukan semuanya," sahut Xannia.
Hingga tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka, Xannia dan Dave terlihat fokus dengan makanan yang merek makan.
Setelah Dave membayar makanan yang mereka makan, akhirnya pengantin baru itu keluar dari restoran.
"Aku ingin ke minimarket itu dulu," tunjuk Xannia pada minimarket aya ada di sebrang jalan.
"Aku akan menunggu disini," kata Davendra.
"Hmm," sahut Xannia.
Xannia berjalan dan menyebrang jalan untuk sampai ke minimarket, dan untungnya jalanan yang mereka lewati tidak terlalu ramai oleh kendaraan, hanya ada pejalan kaki dan pengguna sepeda.
Setelah sampai, Xannia langsung mengambil keranjang belanjaan dan mulai memilih apa saja yang akan di bawanya untuk perjalanan kali ini.
Xannia membeli beberapa snack, coklat, air minum dan ice cream untuk di makannya di dalam mobil.
Xannia bahkan mengambil enam bungkus snack dengan ukuran besar.
Setelah di rasa sudah cukup Xannia membawa keranjang belanjaan itu ke kasir.
"Oh my God!! Aku lupa membawa dompetku," gumam Xannia menepuk jidatnya.
"Permisi," kata Xannia dengan sopan pada seorang kasir yang kira-kira usianya lebih tua dari Xannia.
"Iya nona? Ada apa?" tanya kasir tersebut yang merupakan seorang wanita.
"Aku lupa membawa dompetku. Boleh aku meminjam ponselmu? Aku ingin menelpon suamiku yang ada di sebrang jalan sana," kata Xannia sambil menunjuk kearah luar.
"Tentu saja," ucap penjaga kasir tersebut dan memberikan ponselnya.
"Hitung saja jumlahnya," kata Xannia.
Xannia mulai mengetikan nomer ponsel Davendra yang memang di hapalnya di luar kepala.
Panggilan pertama tidak di angkat, dan Xannia mencobanya lagi.
"Halo, siapa ini?" tanya Dave dari seberång telepon.
"Honey, ini aku. Aku lupa membawa dompetku dan aku harus membayar belanjaanku, bisakah kau kemari?" kata Xannia.
"Hmm," sahut Davendra dan langsung mematikan panggilannya.
Xannia menghapus riwayat panggilannya pada ponsel itu dan memberikannya kembali pada sang pemilik.
"Terima kasih, bibi," ucap Xannia memperlihatkan senyumannya.
"Sama-sama, nona," balasnya dengan tersenyum pula.
Sembari menunggu Davendra datang, Xannia kembali mengambil beberapa camilan lainnya.
Tak lama kemudian Davendra masuk kedalam minimarket dan mendapati istrinya sedang bercengkrama dengan penjaga kasir.
"Kau sudah selesai?" tanya Davendra yang membuat Xannia menghentikan obrolannya.
"Hmm, hanya tinggal membayarnya," kata Xannia.
"Berapa bibi?" tanya Davendra pada penjaga kasir sembari merogoh saku celananya.
"28 Euro, tuan," sahut penjaga kasir itu.
Davendra memberikan uang dengan nominal lima puluh Euro.
"Ambil saja kembaliannya," kata Davendra dan mengambil dua kantung belanjaan milik istrinya.
"Ayo," ujar Davendra.
"Bye, bibi," kata Xannia melambaikan tangannya pada penjaga kasir tersebut.
"Terima kasih," sahut sang penjaga kasir.
Xannia dan Davendra berjalan beriringan menuju mobil
Yang terparkir di depan restoran tempat mereka makan tadi.
"Kau membeli sebanyak ini, apa kau akan makan terus sepanjang jalan," kata Davendra.
"Hmm," sahut Xannia.
Davendra menaruh belanjaan Xannia di kursi belakang.
"Tolong ambilkan ice cream ku, aku ingin memakannya sekarang," kata Xannia yang sudah duduk di dalam mobil.
Davendra mencari ice cream yang di maksud istrinya, setelah mendapatkannya di langsung memberikannya pada Xannia.
Pria itu masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Kau mau?"tanya Xannia sambil menyodorkan satu sendok kecil ice cream pada Davendra.
"Tidak," jawab Davendra.
"Ya sudah," sahut Xannia dan memakannya sendiri.
Davendra kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, agar mereka dapat melihat pemandangan kota-kota yang di laluinya.
"Aku suka suasana yang seperti ini," kata Xannia saat mobil Davendra melewati sebuah desa dengan yang di penuhi rerumputan hijau.
"Aku ingin menghabiskan masa tuaku di tempat yang seperti ini," ujarnya lagi.
Davendra tak menanggapi perkataan Xannia, dan membiarkan wanita itu terus bicara.
"Apa kita tidak bisa berhenti sebentar disana?" tanya Xannia.
"Tidak bisa, perjalanan kita masih panjang," sahut Davendra.
Xannia langsung mencebik setelah mendengar jawaban suaminya.
"Aku ingin snack yang tadi kau beli," kata Davendra.
"Snack mana?" tanya Xannia.
"Kentang," sahut Dave.
Xannia mengambil bungkusan plastik yang ada di kursi belakang dan mengambil snack yang di inginkan Davendra.
"Ini," kata Xannia sambil menyerahkan snack itu.
"Suapi aku. Kau tidak lihat jika aku sedang menyetir," sahut Davendra.
"Ck..." decak Xannia dan membuka bungkusan itu.
Xannia menyodorkan kentang itu pada Davendra, dan ia pun memakannya dari tangan Xannia, pria itu bahkan menjilati jari Xannia.
"Terlalu banyak mengandung MSG," kata Davendra.
"Ya, kalau begitu jangan di makan," sahut Xannia dan memakan snack yang ada di pangkuannya.
.
.
.
Perjalanan mereka sudah memakan waktu dua jam, dan itu tak membuat mereka berdua bosan, Xannia bahkan sudah menghabiskan tiga Snack, dan dua coklat.
Malah Xannia sangat senang melihat pemandangan dan rumah-rumah pedesaan yang mereka lewati.
Seolah-olah Xannia sedang menyeleksi tempat-tempat itu untuk di tinggali-nya di masa tua nanti.
"Kau mau bergantian menyetir?" tawar Xannia yang merasa kasihan jika Davendra harus menyetir selama empat jam lebih.
"Tidak perlu, aku masih bisa," jawab Davendra.
"Apa kita perlu berhenti sebentar? Sudah dua jam kau menyetir," kata Xannia
"Kita akan berhenti di depan sana," ujar Davendra.
Dan Xannia pun tidak bertanya lagi karna Davendra menurutinya untuk beristirahat sebentar.
Davendra memberhentikan mobilnya di sebuah danau besar yang letaknya tidak jauh dari pemukiman.
"Wow," ujar Xannia kagum melihat air danau yang berwarna biru dan terlihat berkilau karna terkena sinar matahari.
Davendra keluar dari dalam mobil sambil meminun bir yang tadi beli oleh Xannia dari minimarket.
"Disini sangat indah," kata Xannia.
"Aku akan memasukannya ke dalam list hari tuaku," lanjutnya.
"Kau benar-benar akan tinggal di tempat seperti ini?" tanya Davendra yang sudah ada di belakang Xannia.
"Hmm, jauh dari perkotaan akan sangat menyenangkan, aku bisa berkebun untuk mencari kegiatan," jawab Xannia.
Davendra meminum habis birnya dan masih memegang bekas kalengnya.
Pria itu menumpu dagunya di bahu Xannia dan mengecup leher wanita itu.
Xannia menyikut perut Davendra yang ada di belakangnya.
"Kalau begitu aku akan membelikan-mu rumah di area pedesaan," kata Davendra.
"Benarkah?" tanya Xannia dan berbalik menghadap suaminya.
"Hmm," sahut Davendra.
"Sebagai kompensasi," ujar pria itu dan mengecup bibir Xannia.
.
.
Bersambung.........