NovelToon NovelToon
Boneka Maut

Boneka Maut

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Rumahhantu / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:679
Nilai: 5
Nama Author: Rika ananda

seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bruno diasingkan dan dibuang

Bu Ratna tampak kejang-kejang, matanya menerawang kosong. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya menegang. Jelas sekali Bu Ratna sedang kesurupan, roh ibunya, Angelica, menguasai tubuhnya. Suasana di ruangan itu tegang, dipenuhi dengan bisikan cemas dari warga yang berkumpul.

Lalu, Pak Candra datang. Dengan tenang, ia mendekati Bu Ratna. Raut wajahnya serius, namun tangannya bergerak lembut, menepuk-nepuk pelan lengan Bu Ratna. Ia mulai membacakan doa-doa dan mantra, suaranya mengalun lembut namun berwibawa, menenangkan suasana yang mencekam.

Perlahan tapi pasti, gerakan Bu Ratna mulai melemah. Kejangannya mereda, napasnya mulai teratur. Matanya yang tadinya kosong, kini mulai berkedip-kedip. Setelah beberapa saat, Bu Ratna terduduk, menarik napas panjang. Ia tampak bingung, melihat sekeliling dengan tatapan yang masih sedikit linglung.

"Mama...?" gumam Bu Ratna, suaranya lemah. Pak Candra tersenyum simpul, menenangkannya. "Sudah tenang, Bu. Arwah Ibu Angelica sudah kembali," ujarnya lembut. Bu Ratna memejamkan mata sejenak, kemudian membuka matanya, seolah-olah beban berat telah terangkat dari pundaknya. Ia tampak lega, dan syukur terpancar dari wajahnya. Suasana tegang tadi kini berubah menjadi haru dan lega.

Di sebuah desa yang tenang, terdapat sebuah boneka yang dikenal dengan nama Bruno. Boneka ini memiliki reputasi yang menyeramkan, konon ia adalah "pencabut nyawa" yang bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya. Warga desa mulai merasa cemas dan takut, terutama setelah mendengar cerita-cerita mengerikan tentang boneka tersebut.

Pak Candra, seorang dukun desa yang dihormati, memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia mengumpulkan warga dan membacakan mantra-mantra kuno dengan harapan bisa menetralkan kekuatan jahat Bruno. Namun, ketika mereka mencoba membakar boneka itu, sesuatu yang aneh terjadi. Api tidak mau membakar Bruno, seolah-olah boneka itu dilindungi oleh kekuatan misterius.

Warga desa menjadi semakin panik. Mereka mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk membuang Bruno jauh dari desa mereka. Dengan hati-hati, mereka mengemas boneka itu dan mengirimnya ke desa yang sangat jauh, berharap agar Bruno tidak akan pernah kembali dan mengganggu kehidupan mereka lagi.

Setelah membuang boneka itu, desa kembali tenang. Namun, di malam hari, beberapa warga mulai merasakan kehadiran yang aneh, seolah-olah Bruno masih mengawasi mereka dari jauh. Meskipun boneka itu telah dibuang, rasa takut dan misteri yang mengelilinginya tetap menghantui pikiran mereka.

Sinar matahari pagi menyinari permukaan Sungai Brantas yang tenang. Seorang ibu, sebut saja namanya Ibu Aminah, sedang asyik mencuci pakaian di tepi sungai. Air mengalir deras, membasahi kain-kain yang ia rendam. Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu yang hanyut terbawa arus—sesuatu yang tampak seperti boneka.

Boneka itu tampak cukup unik, dengan pakaian yang sedikit lusuh namun masih terlihat menarik. Rasa ingin tahu menguasai Ibu Aminah. Ia meraih boneka itu, menariknya ke tepi sungai. Boneka itu basah kuyup, namun wajahnya yang pucat tampak cukup menawan. Ibu Aminah mengusap boneka itu, mencoba membersihkannya dari lumpur yang menempel. Ia sama sekali tak menyadari bahwa boneka yang baru saja ia selamatkan dari arus sungai itu adalah Bruno, boneka pencabut nyawa yang terkenal menyeramkan. Ia hanya melihatnya sebagai boneka yang cantik, yang mungkin saja terjatuh dari perahu atau hilang dari pemiliknya. Senyum simpul terukir di bibir Ibu Aminah, menganggap boneka itu sebagai temuan berharga yang akan ia berikan kepada anaknya. Ia tak menyangka, sebuah petualangan baru akan segera dimulai.

Setelah membersihkan Bruno, Ibu Aminah memberikan boneka itu kepada anaknya, seorang gadis kecil bernama Aisyah. Aisyah sangat senang menerima boneka baru itu. Ia langsung memeluk Bruno erat-erat, matanya berbinar-binar. Bruno tampak begitu menarik dengan pakaiannya yang sedikit usang, namun tetap terlihat misterius. Aisyah pun langsung menjadikan Bruno sebagai teman bermainnya. Ia mengajak Bruno kemana-mana, bahkan tidur bersama boneka itu.

Namun, sejak Bruno hadir di rumah mereka, malapetaka mulai terjadi. Awalnya hanya hal-hal kecil, seperti barang-barang yang tiba-tiba hilang atau lampu yang sering mati mendadak. Aisyah juga mulai sering sakit-sakitan, demam yang tak kunjung sembuh. Ibu Aminah awalnya mengira itu hanya penyakit biasa, namun kejadian aneh itu semakin sering terjadi dan semakin memburuk. Tidur Aisyah menjadi tidak nyenyak, ia sering meracau dan menangis di tengah malam. Suasana rumah menjadi mencekam, dipenuhi dengan rasa takut dan misteri. Ibu Aminah mulai merasa gelisah, sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, dan ia mulai curiga kepada Bruno, boneka yang ia temukan di sungai itu. Ia belum menyadari sepenuhnya bahaya yang mengintai keluarganya, tetapi firasat buruk telah mulai mengusik hatinya.

Bu Aminah memeluk erat Aisyah, menenangkannya. Ia menatap Bruno dengan tatapan penuh amarah dan ketakutan. "Kau tidak akan menyakiti anakku lagi!" desisnya, suaranya bergetar. Ia mengambil Bruno, membuangnya ke dalam tong sampah di sudut halaman dengan kasar. "Tinggallah di sana! Jangan berani-berani mendekat ke Aisyah lagi!"

Bu Aminah berharap dengan membuang Bruno, malapetaka yang menimpa keluarganya akan berakhir. Ia menidurkan Aisyah, mengusap lembut rambut anaknya. Aisyah masih gemetar ketakutan, namun perlahan-lahan matanya mulai terpejam. Bu Aminah pun ikut tertidur, lelah setelah menghadapi malam yang menegangkan.

Namun, ketika semua tertidur lelap, sesuatu yang aneh terjadi. Bruno, boneka yang dibuang ke dalam tong sampah, tiba-tiba beranjak dari tempatnya. Ia bergerak perlahan, seolah-olah dihidupkan oleh kekuatan gaib. Dengan perlahan, Bruno merangkak keluar dari tong sampah, lalu melayang ke udara. Ia terbang dengan tenang, mengarah ke kamar Aisyah.

Bruno memasuki kamar Aisyah dengan mudah, menembus jendela yang terbuka sedikit. Ia melayang di atas tempat tidur Aisyah, matanya yang kosong menatap wajah Aisyah yang sedang tertidur. Senyum menyeramkan terukir di wajahnya. Bruno berbisik pelan, "Aku akan kembali, Aisyah.

Kita akan bermain bersama selamanya."

Aisyah tersentak bangun. Matanya membulat sempurna saat melihat Bruno berdiri di sampingnya, wajahnya yang pucat diterangi cahaya remang-remang dari lampu tidur. "Bu...!" Aisyah berteriak, suaranya bergetar ketakutan. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Ibu Aminah yang tertidur di sampingnya.

"Ibu... bangun! Bruno... Bruno ada di sini!" Aisyah menarik-narik lengan ibunya, matanya tertuju pada Bruno yang berdiri tegak di dekat tempat tidur.

Ibu Aminah terbangun dengan kaget. Ia terduduk, menatap sekeliling dengan pandangan yang masih mengantuk. "Aisyah, kenapa kau berteriak?" tanyanya, suaranya sedikit serak.

"Bruno... Bruno ada di sini, Bu!" Aisyah menunjuk ke arah Bruno dengan jari gemetar. "Dia... dia kembali!"

Ibu Aminah menoleh ke arah yang ditunjuk Aisyah. Matanya membelalak ketika melihat Bruno berdiri di samping tempat tidur, menatap mereka dengan tatapan kosong. "Tidak mungkin!" Ibu Aminah berteriak, suaranya penuh ketakutan. "Aku sudah membuangnya ke tong sampah!"

"Dia... dia terbang, Bu!" Aisyah menunjuk ke arah jendela yang terbuka sedikit. "Dia masuk dari sini!"

Ibu Aminah berdiri, mendekati Bruno dengan hati-hati. Ia menatap boneka itu dengan penuh amarah dan ketakutan. "Kau tidak akan menyakiti anakku lagi!" Ia berteriak, mengangkat Bruno dan melemparkannya ke lantai. "Pergilah! Pergilah dari sini!"

Bruno terjatuh ke lantai dengan keras, namun ia langsung bangkit kembali. Ia menatap Ibu Aminah dengan tatapan yang mengerikan, seolah-olah menantang. "Aku tidak akan pergi!" Bruno berbisik dengan suara serak, "Aku akan selalu bersama Aisyah!"

Ibu Aminah tersentak. Ia menyadari bahwa Bruno bukan hanya boneka biasa. Boneka itu memiliki kekuatan yang mengerikan, dan ia bertekad untuk melindungi Aisyah dari bahaya yang mengancam. "Tidak!" Ibu Aminah berteriak, "Kau tidak akan pernah mendapatkan Aisyah!"

Ibu Aminah mengambil sebuah pisau dapur yang ada di dekatnya. Ia mengarahkan pisau itu ke arah Bruno, siap untuk melakukan apa saja untuk melindungi anaknya. "Pergilah!" Ia berteriak, "Pergilah dari sini sebelum aku melukai dirimu!"

Bruno terdiam, matanya menatap Ibu Aminah dengan tajam. Ia seolah-olah menimbang-nimbang kekuatan Ibu Aminah. Namun, setelah beberapa saat, Bruno menghilang dengan cepat, meninggalkan Ibu Aminah dan Aisyah dalam ketakutan.

Ibu Aminah menarik Aisyah ke dalam pelukannya, menenangkannya. "Tenang, Aisyah. Aku akan melindungi mu." Ia berbisik, suaranya bergetar. "Aku tidak akan membiarkan Bruno menyakitimu lagi."

Namun, Ibu Aminah tahu bahwa pertempuran mereka belum berakhir. Bruno akan kembali, dan ia harus siap menghadapi ancaman yang mengerikan itu.

1
Anjar Sidik
keren kk 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!