Setelah meninggal nya kedua orang tua, Niko Dinata tinggal bersama Tante nya, dia menjadi pemuda yang urakan dan pemalas, selalu saja berbuat onar dengan memalak pedagang pasar yang ada di dekat rumahnya.
**
bertemu dengan Eca Permatasari, gadis
manis yang di kenal dengan segudang prestasi nya, tak perlu banyak tebar pesona untuk membuat para cowok bertekuk lutut padanya, dia hanya mencintai satu pria yang bernama Hanif, cowok yang selalu setia menemani nya di kampus.
**
Bagaimana jadinya kalau sang ayah tiba-tiba menjodohkan Eca dengan Niko dan langsung menikahi nya, pria yang dipandang rendah oleh Eca, tapi kenyataan dapat di andalkan dalam segala sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Dijodohkan Dan Tunangan
Selain mendadak bersuara melengking seperti burung beo, kedua bola mata Eca juga nyaris menggelinding.
Kedua orang tua Eca nampak serius dengan perjodohan nya, untuk menebus dosa besar yang telah mereka lakukan sampai membuat kedua orang tua Niko meninggal dunia.
"Um tidak mau hidup kamu menderita, semua fasilitas kerjaan, tempat tinggal, dan akomodasi lainnya nanti biar um yang urus, itulah kenapa alasan um jodohin kamu dengan anak um" Kata Pak Roby.
"Pah, gimana dengan kuliah Eca nanti, Eca harus fokus menyusun proposal skripsi pah, belum lagi nanti ada KKN, terus Eca juga harus nyari lowongan intership buat magang kerja, tugas kuliah Eca banyak pah!" Protes Eca.
"Saya bantu" Langsung di jawab Niko.
Eca melirik Niko "Emang kamu bisa? kamu juga nganggur kan? Ga tau menahu tentang pendidikan kuliah"
"Cukup sampai situ bicaranya kamu eca, kalau Niko ga bisa apa-apa kenapa perusahaan papah bisa maju" Tukas Pak Roby.
Kiara sedikit mengerut kening "Maaf pak, saya sedikit lancang bertanya, perusahaan apa ya?" Katanya.
"Ini perihal perusahaan saya bu, yang menawarkan produk sepatu kekinian, dulu Niko membantu perusahaan saya sampai omset penjualan perusahaan meningkat sangat pesat"
Kiara dengan wajah terkejut dan bangga langsung menoleh ke Niko, lalu langsung menyetujui perjodohan nya dengan Eca.
"Saya setuju dengan perjodohan nya, karena Niko sendiri kalau tidak ada yang memberinya kasih sayang, dia akan semakin malas, takutnya potensi dalam dirinya hilang" Begitu kata Kiara yang mulutnya sangat licin untuk mengatakan itu.
Eca menunduk kepala malas setelah mendengar perkataan tantenya Niko.
Tiffany mengangkat tangan "Fany juga setuju"
"Ibu setuju" Ini kata Bu Susilowati.
Niko mengangguk dengan senyum ketika Pak Roby melihatnya. "Niko setuju um"
"Oke um juga setuju"
Setelah semua keluarganya setuju, mau gak mau Eca harus menerima kenyataan tentang perjodohan dari orang tuanya.
"Eca setuju pah" Kata Eca.
Tak lama berselang Pak Roby menyuruh Tiffany untuk mengambil sepaket cincin pertunangannya.
Ya, beliau satu ini emang dari dulu sudah merencanakan perjodohan anak gadis bungsu nya dengan orang yang beliau hancur kan hidupnya.
"Ini pah" Kata Tiffany memberi sebuah kotak kecil yang di dalam nya ada cincin emas seberat 4 gram untuk wanita, dan untuk pria sendiri beratnya 7 gram.
"Um ini berapa harga cincinnya, Niko yang bayar mumpung Niko masih nyimpan uang lebih sepeninggalan orang tua" Kata Niko.
"Ga perlu Niko, Simpan saja uangnya buat kehidupan kamu setelah menikah" Jawab Pak Rudy.
Kiara menyela obrolan "Niko mending kamu pakai uang nya sebagian buat mahar nya Eca"
"Oh iya" Kata Niko menatap wajah Kiara, lalu dia menatap wajah Eca "Eca maaf, untuk mahar kamu mau menerima berapa dari saya"
Tiffany menyenggol pinggang Eca dengan lutut tangannya. "5 miliar" Celotehnya dalam bisikan.
Eca berdecak lalu menatap serius ke Niko untuk menjawab pertanyaan nya "Uang dua juta rupiah dan perlengkapan alat sholat untuk Eca"
"Dan juga Eca ada sebuah permintaan untuk kamu Niko, kamu nanti akan jadi calon suami baik Eca, Eca gamau lihat penampilan kamu yang seperti ini, itu yang pertama"
"Yang kedua, kamu harus bisa bimbing Eca jika Eca berjalan ke jalan yang salah"
"Yang terakhir, kamu harus bantu ngerjain tugas kuliah Eca di kampus dari balik layar"
"Kamu sanggup?" Kata Eca.
"SANGGUP!" Tegas Niko tanpa memberi jeda untuk memikir.
Mendadak Pak Roby menepuk tangan, Tiffany , Bu Susilowati dan Tante Kiara juga ikut menepuk tangan.
"Itu baru cowok yang dapat di andalkan, jangan cuma bisa main game dan bermalas-malasan dirumah" Ini kata Kiara.
"Apa sih tante, ga di rumah ga disini ngomel mulu" Jawab Niko.
Sebelum Niko dan Kiara pulang ke rumah, mereka ditahan oleh Pak Roby yang sudah menyiapkan sebuah makan malam untuk syukuran kecil nya.
Niko memakan hidangan dengan penuh nikmat, Eca menoleh lalu mengerut kening.
"Sore tadi kamu beli dua nasi Padang sekarang makan lagi?, gak kenyang apa" Kata Eca.
Niko menggerakan bola matanya mengarah ke wajah Eca, lalu dia memilih ga menjawab apa-apa.
Karena Niko tidak mau kebaikan pada dirinya di umbar-umbar.
"Kenapa ga jawab sih aa" Kata Eca
Niko mengalihkan pembicaraan lain "Yang tadi pagi yang antar kamu ke kampus, cowok kamu?"
Mendadak sekali Niko berbicara seperti itu, sampai membuat Eca panik mengambil minuman yang ada di dekatnya karena sedang tersedak makanan.
"Eca hampir lupa tentang Hanif!!" Kata Eca.
Hanif Naufal nama panjangnya, teman-teman nya biasa memanggilnya Hanif, kekasih Eca yang hampir 2 tahun bersama.
Suatu moment tertentu membuat Eca melupakan kekasihnya, emang parah sekali gadis satu ini.
"Bisa kamu putusin, jangan lebay" Kata Tiffany.
"Bisa putusin? Teteh ih, hubungan neng ga seremeh itu, neng juga sudah dua tahun sama dia" Kata Eca.
Apit tak henti-henti nya tersenyum, karena dia sendiri belum saling kenal dengan keduanya, mendengar secara baik apa yang mereka bicarakan.
Sampai akhirnya, acara perjodohan selesai dia pun langsung pergi menuju rumah tante nya.
Eca tidak mencegah, hanya saja Tiffany yang sedikit mengejar kepergian nya untuk mengucapkan sesuatu.
"Maaf Niko, untuk masalah Eca, dia orang nya mudah tersinggung dan mudah marah — kadang juga cengeng, tapi dia paling mudah untuk di dekatin..."
"Hm gitu, thanks infonya" Jawab Niko yang begitu jutek, membuat Tiffany menggeleng kepala dengan senyuman.
bukan om,