Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Alana tengah sibuk mencari merek makeup yang sering ia gunakan. Sebab ada beberapa makeup yang dia pakai sudah habis. Sambil memilih, Alana diikuti oleh kedua asisten Arthur.
" Kevin, kalau boleh tahu umur pak Arthur berapa?" tanya Alana sambil melihat-lihat merek lipstik.
" Sekitar 30-an nona." jawab Kevin.
" Umurnya sudah begitu. Dan tidak bisa dikatakan anak muda lagi..tapi kenapa hal sekecil saja sudah membuat dia marah." ujar Alana yang merasa heran dengan tingkah laku Arthur yang terkadang seperti anak kecil. Setiap masalah kecil selalu dibawa emosi olehnya.
Akan tetapi dia asisten Arthur tersebut hanya diam tidak mengatakan apapun. Hal itu membuat Alana kesal dan menatap mereka berdua. " Kalian ini enggak pernah membicarakan tentang bos kalian ya?"
Kevin dan Edgar hanya tersenyum ketika Alana mengatakan itu. Alan melihat merek suncreen terbaru, Alana ingin mengambil namun tingginya tidak mencukupi sebab suncreen tersebut terletak di rak paling atas. Tanpa banyak bicara Kevin langsung membantu dan mengambilnya.
" Enggak usah, aku bisa sendiri." ucap Alana.
Namun Kevin tetap membantu mengambil suncreen tersebut.
" Kamu ini enggak dengar, aku udah bilang enggak usah. Kenapa mesti bantu juga sih!" tukas Alana yang kesal lalu pergi duluan.
Kevin dan Edgar hanya saling memandang, kemudian mereka berdua tersenyum sambil berjalan mengikuti langkah Alana yang sudah melangkah jauh di depan mereka.
Arthur tengah menikmati segelas kopi hangat di cafe, dekat mall tersebut. Namun tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. Arthur melirik orang tersebut dengan wajah datar. Orang tersebut sempat dicegah oleh Bagas untuk tidak mendekati Arthur. Namun Arthur membiarkan Bagas mempersilahkan orang tersebut untuk duduk disampingnya.
" Hai, pak Arthur. Aku Daniel." ucap Daniel memperkenalkan dirinya. Dibelakangnya ada seorang pengawal yang mengikuti. Daniel mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Arthur.
Arthur menatapnya datar dan tidak mau menyentuh tangan Daniel sama sekali.
" Kebetulan sekali kita bertemu disini." ucap Daniel.
" Senang rasanya kita bertemu satu sama lain disini. Tapi, sebaiknya kita tidak bertemu disini." ucap Arthur.
" Ngomong-ngomong, kenapa kamu minum kopi sendirian disini?"
" Lalu bagaimana denganmu? Apa yang sudah membawa mu kesini? Atau, kamu kesini untuk minum kopi sendirian juga?"
" Tidak, aku hanya ada urusan disekitar sini. Aku melihat mu secara kebetulan jadi aku ingin menyapamu."
" Kamu ingin menyapaku? apa kamu mengenalku?"
Arthur melihat wajah Daniel yang kesal ketika dirinya melontarkan pertanyaan semacam itu pada Daniel. " Kamu memasang wajah seperti itu, apa kamu tidak puas dengan sesuatu?"
" Tidak, kalau begitu aku permisi dulu. Aku tidak ingin mengganggu waktu mu lagi."
" Tidak masalah." ucap Arthur lalu kembali meminum kopinya.
Daniel beranjak, namun dia dengan sengaja menabrak bahu Alana yang baru saja masuk ke dalam cafe. Sontak Arthur berdiri, melihat kekasihnya itu ditabrak oleh Daniel.
" Kenapa kamu menabrak ku dan tidak meminta maaf?" tanya Alana yang kaget sambil memandangi Daniel.
" Aku minta maaf kalau begitu. Untuk menebus kesalahan, ini.." Daniel memberikan kartu namanya.
" Alana." Arthur segera memanggil kekasihnya.
Alana langsung mendekati Arthur tanpa menyentuh kartu nama dari Daniel. Seketika Daniel langsung keluar dari cafe di ikuti oleh pengawalnya.
" Siapa dia? Apa kamu kenal dengannya?" tanya Alana kepada Arthur.
" Aku tidak mengenalinya. Apa kamu lapar? Ayo kita cari makan."
Alana mengangguk sambil tersenyum.
Mereka berdua menikmati makanan di sebuah restoran China. Sesekali mereka makan sambil mengobrol. Namun tanpa mereka sadari sebuah pasang mata tengah memandangi mereka dengan benci.
Daniel mengajak adik sepupunya, Cintia untuk makan di restoran yang sama dengan Arthur. Daniel sengaja melakukannya hanya untuk memastikan apakah adik sepupunya itu masih mencintai pria yang merupakan musuh bisnisnya.
" Mereka terlihat saling jatuh cinta. Iya, kan, Cintia?" tanya Daniel yang sengaja ingin memancing rasa cemburu dari adik sepupunya itu.
" Menurut ku, ini hanya hubungan sementara. Pria seperti Arthur, tidak mungkin perempuan seperti itu sebagai kekasihnya." jawab Cintia namun pandangan matanya masih memandangi Arthur dan Alana.
" Aku juga berpikir begitu. Seharusnya dia memilih orang yang cocok dengannya. Seperti adikku yang cantik, kamu yang paling cocok untuknya."
" Apa yang kamu inginkan?" tanya Cintia yang merasa jika Daniel merencanakan sesuatu.
" Tidak ada. Aku hanya ingin adikku yang cantik ini bahagia." jawab Daniel.
" Kalau kakak menginginkan begitu, seharusnya kakak enggak membawaku kesini. "
" Tenang dulu, adikku yang cantik. Aku membawamu kesini hanya ingin memastikan apa kamu masih mencintai Arthur?"
" Lalu kenapa?" tanya Cintia yang mulai curiga.
" Kalau kamu mencintainya. Maka kamu harus membantu kakakmu ini. Aku janji, jika aku berhasil, Arthur akan membalas cintamu. Dan kita dengan mudah menyingkirkan Alana."
Mereka berdua memandangi pasangan yang tengah bermesraan itu. Cintia awalnya berpikir apakah dia harus menerima tawaran itu atau tidak. Namun melihat kemesraan Arthur dan Alana, membuatnya semakin cemburu.
" Jadi, apa yang perlu aku lakukan?"