Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21.
“Mbak, tapi rumahku macam begini. Balai balai buat tidur cuma satu itu pun tidak ada kasur. Kemarin aku mau beli kasur tidak jadi Mbak, uang terpakai buat modal. Sekarang sudah ada uang tapi aku harus hati hati Mbak karena juga masih mulai usaha baru. Kalau ada larangan masuk hutan ternak lebah juga baru mulai hari ini.” Ucap Mawar Ni dengan nada serius..
“Ni, macam kamu tidak tahu rumah ku saja. Kan sama saja.. Ayu dan Bagas kalau ngantuk tidur di atas tikar di lantai juga merem.. Di rumah ada kasur bisa dibawa ke sini Ni, kalau kamu mau.” Ucap Jumilah yang sangat berharap Mawar Ni mau dititipi Ayu dan Bagas meskipun dia juga paham itu akan sangat merepotkan Mawar Ni..
“Maaf ya Ni, pasti akan merepotkan kamu aku tidak punya saudara dan juga yatim piatu macam kamu, Nenek Kakek aku sudah tidak punya.. ada saudara bapak nya Ayu dan Bagas tapi aku khawatir Ni, Ayu juga tidak mau dititipkan di sana.. hiks... hiks... hiks...” ucap Jumilah dan kembali terisak isak menangis..
“Iya Mbak Ni, aku tidak mau ikut saudara bapak, mereka suka bentak bentak dan memukul.” Ucap Ayu sambil menatap Mawar Ni..
Hati Mawar Ni pun tidak tega melihat dua anak balita itu..
“Baiklah Mbak Jum, biar Ayu dan Bagas di sini.” Ucap Mawar Ni
“Asyyyiiiiikkkkkk.” Teriak Ayu sambil memeluk tubuh Mawar Ni dengan erat..
“Terima kasih ya Ni. Ayu sudah bisa mengurus keperluan sendiri dan adiknya. Mandi memakai baju menyuapi, menceboki Bagas juga sudah bisa sudah bersih..” ucap Jumilah dan air mata masih terus meleleh..
“Aku juga sudah bisa mencuci baju ku dan adik Mbak Ni..” ucap Ayu yang sorot mata berbinar binar menatap Mawar Ni..
“Sama sama Mbak Jum..” ucap Mawar Ni sambil mengusap kepala Ayu.. Dia waktu seumuran Ayu juga sering membantu Nenek mencuci baju nya sendiri, meskipun mungkin tidak benar benar bersih hasilnya karena tangan dia masih kecil. Tapi dia senang saja waktu itu bermain main air dan buih deterjen..
Di saat mereka masih berbincang bincang muncul sosok Dito dan Rian yang sudah sangat kenyang..
Setelah menyapa Jumilah dan kedua anaknya Jumilah, Dito dan Rian pun pamit untuk pergi ke hutan lagi, mereka akan memanen padi istimewa lagi agar tidak diambil oleh orang lain..
“Ni, Nek, Mbak Jum aku dan Dito mau ke hutan lagi memanen lagi padi istimewa agar tidak kedahuluan orang lain.” Ucap Rian
“Ni, karung karung madu belum dibuka loh..” ucap Dito sambil menatap Mawar Ni..
“Iya Dit, habis ini mau aku kerjakan..” ucap Mawar Ni..
“Ni, Nek kalau begitu aku juga pamit ya.. nanti aku ke sini lagi ambil baju baju dan keperluan anak anak..” ucap Jumilah yang masih menggendong Bagas.
“Mak, aku ditinggal di sini saja ya.. aku mau bantu Mbak Ni..” ucap Ayu sambil menatap Emaknya..
“Kamu jangan nakal ya Yu, kamu bantu Mbak Ni atau Nenek nunggu padi itu.” Ucap Jumilah sambil bangkit berdiri..
“Iya Yu, kamu bantu Nenek saja duduk di sini, Nenek ngantuk nih..” ucap Nenek yang mengantuk duduk bersandar di dinding sambil kaki selonjor di tanah.
“Iya Nek, kalau Nenek ngantuk nanti tidak lihat kalau padi nya dibawa orang atau dimakan ayam.” Ucap Ayu dan mau membantu Nenek..
“Terima kasih ya Ni..” ucap Jumilah lagi..
“Iya Mbak sama sama.. kalau aku bisa bantu aku akan bantu Mbak apalagi menjaga anak anak yatim semoga menjadi amal ibadah ...” ucap Mawar Ni sambil mengusap usap pundak Jumilah.. Jumilah pun segera menaiki sepeda nya dan segera meninggalkan rumah Mawar Ni..
“Yu, Mbak Ni mau kerja di belakang kamu kalau mau roti dan minum ambil sendiri di dalam ya.. dan temani Nenek ya.. “ ucap Mawar Ni sambil menatap Ayu yang duduk manis di samping Nenek yang tampak duduk bersandar dan kedua matanya terlihat sangat mengantuk..
“Iya Mbak Ni, nanti aku balik balik padi nya biar cepat kering ...” ucap Ayu sambil mendongak menatap Mawar Ni yang melangkah masuk...
“Anak pintar..” ucap Nenek yang kini kedua matanya terpejam...
Sementara itu di lain tempat, orang orang di sawah para pekerja Juragan Handoko kasak kusuk membicarakan padi berkilau kilau bagai emas yang dibawa oleh Dito.
“Benar Pak Mandor temannya Mawar Ni membawa padi seperti emas. Dari mana mereka dapat. Mawar Ni dan satu temannya membawa karung.”
“Yang aku tahu Mawar Ni jual madu hutan, mungkin mereka dari hutan..” ucap Pak Mandor sawah sambil berpikir pikir..
“Apa iya di hutan ada padi hutan juga.. pasti sangat istimewa itu padi.” Gumam Pak Mandor selanjutnya..
“Mahal ya Pak harga madu hutan?” tanya salah satu orang pekerja Juragan Handoko
“Iya.” Jawab Pak Mandor
“Meskipun mahal harga madu hutan tapi aku ogah buat mengambil nya, serem... salah salah bisa mati..”
“Bener tuh.. kalau tidak tahu teknik nya bisa mati disengat lebah. Kata istri ku kemarin di puskesmas ada dua orang disengat lebah untung cepat dibawa ke puskesmas tapi badannya sudah demam tinggi.”
“Tapi kalau panen padi hutan mungkin akan lebih mudah. Nanti kita pulang dari kerja mampir hutan apa kita cari padi itu.”
Sementara itu Rian dan Dito sudah sampai di lokasi hutan. Dua pemuda itu cepat cepat masuk ke dalam hutan agar bisa pulang sebelum maghrib tiba..
“Ayo Yan, cepat yang penting kita dapat tambah tambah lagi panen padi istimewa nya. Nanti jam lima sore kita keluar hutan hari masih terang..” ucap Dito yang melangkah di depan Rian..
“Iya Yan.. aku juga khawatir orang orang datang ke hutan. Mereka pasti ingin mendapatkan apa yang sudah Mawar Ni sambil.” Ucap Rian yang juga turut mempercepat langkah mengikuti Dito. Rian dan Dito membawa sabit milik Nenek dan Mawar Ni, sabit yang biasa digunakan untuk memanen padi..
Akan tetapi mereka sudah berjalan Beberapa menit di jalan yang tadi mereka lalui menuju ke lokasi padi istimewa, mata mereka berdua tidak lagi melihat padi padi yang berwarna yang berkilau kilau..
“Dit kita tidak salah jalan kan?” tanya Rian
“Tidak Yan, lihat ini bekas potongan bambu yang tadi dipakai untuk tongkat dan tali..” ucap Dito sambil menunjukkan sisa sisa potongan bambu yang masih ada di bawah di atas tanah yang ditumbuhi oleh rerumputan dan semak semak.
“Berarti tadi tanaman padi padi di sini ya.. apa sudah ada yang memanen?” gumam Rian dan tIba tiba bulu kuduknya meremang karena dia pun tidak melihat sisa tanaman padi yang sudah dipanen,. Yang dia lihat kini hanya tanaman semak belukar....