Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah baru
Sementara jantung Kinara yang sudah berdetak kencang karena membayangkan yang tidak tidak ketika langkah kaki Kafeel semakin mendekat, sedangkan Kafeel hanya tersenyum kala melihat tingkah Kinara yang menurut Kafeel aneh, padahal Kafeel belum menyadari sepenuhnya alasan di balik kenapa Kinara memintanya untuk tidak mendekat ke arahnya.
Kafeel yang seakan acuh lantas terus berjalan mendekat ke arah Kinara, kemudian menarik tangan Kinara untuk mengikis jarak diantara keduanya.
"Menunduklah sedikit biar aku membantu mu." ucap Kafeel sambil menuntun Kinara ke arah wastafel berniat ingin membantu Kinara membilas rambutnya yang masih penuh dengan busa sampo.
"Ada apa dengan hatiku? kenapa lembek sekali, bukannya kemarin aku sungguh mengatakan membenci seseorang yang berhati hangat dan penyayang? lalu ada apa ini? kenapa berubah?" batinnya dalam hati.
Kafeel kemudian lantas menuntun Kinara ke arah wastafel kemudian menyiram rambut Kinara dengan air mineral secara pelan sambil memijat perlahan rambut Kinara.
Sedangkan Kinara hanya terdiam mengikuti arahan Kafeel tanpa banyak protes apapun, pikiran Kinara kini benar benar terbagi, perasaannya begitu tidak terkendali membuat dirinya sering sekali goyah bila berada di dekat Kafeel.
"Apakah semua akan lebih baik jika orang yang aku cintai adalah Kafeel?" pertanyaan itu terus berputar di kepala Kinara, hingga membuat dinding yang sudah ia bangun kokoh kala hari di mana penghianatan Geffie terungkap, kini perlahan mulai retak dan berjatuhan seakan akan hancur jika Kafeel terus bersikap lembut kepadanya.
Cklik
Lampu ruangan perlahan menyala membuat pikiran Kinara yang tadinya melayang lantas langsung kembali kala sinar cahaya yang berasal dari lampu masuk ke dalam retinanya.
Kafeel menghentikan gerakannya kala baru menyadari apa yang di kenakan Kinara, kini ia baru memahami akan maksud dari ucapan Kinara tadi yang menyuruhnya untuk tidak mendekat.
"Kenapa dia sangat se*y jika memakai handuk kimono itu." batinnya dalam hati.
Kafeel segera menepis pikiran kotornya jauh jauh, ia kemudian dengan spontan langsung berbalik badan untuk mengatur ritme jantungnya yang mulai berdetak kencang seiring menyalanya lampu seluruh ruangan barusan.
"Listriknya sudah menyala, kamu bisa melanjutkannya di kamar mandi." ucap Kafeel namun dengan memunggungi Kinara.
Kinara yang mendengar hal itu lantas langsung berbalik dan melihat ke arah Kafeel yang tengah memunggunginya. Seulas senyum terbit di wajah Kinara kala melihat Kafeel yang ternyata masih menghargai dirinya sebagai perempuan, tadinya ia mengira bahwa Kafeel akan berbuat yang macam macam padanya namun nyatanya Kafeel lebih memilih untuk berbalik badan tepat ketika listrik menyala.
"Aku akan ke atas." ucap Kinara kemudian melenggang pergi dari sana dengan wajah yang berbunga.
Kafeel mengintip sekilas ke belakang memastikan apakah Kinara sudah naik atau belum, setelah kepergian Kinara dengan spontan Kafeel lantas mengibaskan bajunya karena mendadak suhu di ruangan itu menjadi sangat panas baginya.
"Kenapa panas sekali? apakah AC nya mati?" ucapnya pada diri sendiri kemudian melenggang pergi menuju ke kamarnya.
*********
Di rumah Geffie.
Terlihat Geffie melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan raut wajah yang muram, sambil menarik dasinya ke kanan dan ke kiri kemudian melemparnya ke sembarang arah.
"Baru pulang kamu Gef?" tanya sebuah suara yang lantas membuat Geffie terkejut mendengarnya.
"Mama? bagaimana mama bisa..." tanya Geffie dengan bingung karena ketika dirinya baru pulang Geffie sudah mendapati mamanya duduk di sofa ruang tamu.
"Kamu kira hanya persoalan kunci rumah mama tidak bisa mengetahuinya? melihat dari muka mu yang kunyuk itu saja mama sudah dapat menebaknya." ucap Sila ibu Geffie.
Mendengar hal itu tentu saja Geffie langsung mati kutu, pikirannya langsung ambyar karena mengira ibunya sudah mengetahui segalanya walau ia sudah berusaha untuk menutupinya.
"Mama tidak mungkin mengetahuinya bukan?" batinnya dalam hati.
Melihat raut wajah anaknya yang berubah memucat, Sila lantas tersenyum sinis seakan merasa bahwa tebakannya benar.
"Kemana isteri dan anak mu?" tanya Sila langsung to the point sambil bangkit dari sofa dan melihat sekitar.
"Em Kinara sedang keluar mengajak Delisha jalan jalan." ucap Geffie berdalih karena ia tidak ingin memperpanjang masalah ini, akan sangat gawat jika Sila sampai mengetahui segalanya terlebih lagi Geffie lah yang bersalah di sini.
Mendengar ucapan Geffie barusan, lantas membuat Sila tersenyum karena ia tahu putranya berbohong, Sila jelas jelas melihat Delisha sedang berada di taman bersama Ani tadi. Jika sudah begitu hanya ada dua kemungkinan yang sedang terjadi, pertama Geffie dan Kinara bertengkar atau Kinara yang sedang pergi dinas ke luar kota.
"Baiklah jika seperti itu, datanglah ke rumah minggu depan! tidak ada alasan untuk kamu dan Kinara menolaknya, jangan lupa ajak Delisha juga." ucap Sila kemudian melenggang pergi dari sana.
"Apa mama tidak ingin makan malam dulu?" tanya Geffie kala melihat ibunya pergi.
"Tidak perlu, benahi rumah mu! terlalu banyak debu di mana mana." ucap Sila sambil terus berjalan tanpa melihat ke arah Geffie sama sekali.
Setelah kepergian ibunya Geffie lantas terduduk lemas di sofa ruang tamu. Geffie sadar betul apa yang di maksud kunjungan oleh ibunya, mungkin bagi sebagian orang mengunjungi rumah orang tua mereka hanyalah sebagian dari silahturahmi, namun sayangnya bagi Geffie hal itu bukanlah sekedar silahturahmi karena pasti akan ada hal buruk yang terjadi ketika berkunjung ke sana. Terakhir kali Geffie dan Kinara berkunjung ke rumah orang tuanya tepatnya 5 tahun yang lalu ketika tahun pertama pernikahan Geffie dan Kinara, waktu itu Geffie ingat betul bahwa setelah pulang dari rumah orang tuanya Kinara menjadi sangat murung dan sering menangis secara diam diam, jika di tanya ada apa? Kinara selalu saja berkata baik baik saja tanpa memberinya penjelasan.
Hingga kemudian ia baru mengetahui penyebab Kinara murung adalah karena desakan ibunya yang menyuruh Kinara untuk segera hamil, karena jika tidak Kinara harus merelakan Geffie menikah lagi dengan wanita lain.
Geffie menghela nafasnya panjang kala mengingat hari itu, tangisan Kinara begitu membekas kala itu apalagi mengingat pernikahan keduanya masih di bilang baru dan sedang hangat hangatnya. Bagaimana bisa ibunya mengatakan hal itu dengan sangat kejamnya kepada Kinara.
Geffie memijat pelipisnya perlahan, Geffie sungguh bingung bagaimana cara mengatakan kepada Kinara kali ini, di tambah lagi dengan hubungan keduanya yang saat ini tengah merenggang, pasti akan sangat canggung bagi keduanya ketika berada di sana.
"Argh apa yang harus ku lakukan?" ucapnya dengan kesal sambil sedikit menendang sofa kecil di depannya. "Masalah satu saja belum selesai dan kini masalah baru sedang menanti, benar benar membuat ku gila!" ucap Geffie lagi lagi dengan kesal sambil mengacak acak rambutnya dengan kasar.
Bersambung