Seorang gadis keturunan Eropa yang berambut sebahu bernama Claudia. Sebagai anak ketua Mafia kejam di bagian eropa, yang tidak memiliki keberuntungan pada kehidupan percintaan serta keluarga kecil nya. Beranjak dewasa dia harus memilih jalan kehidupan yang salah mengikuti jejak ayah nya sebagai mafia, di karenakan orang tua nya bercerai karena seseorang masuk ke dalam kehidupan keluarga nya sebagai Pelakor. Akibat perceraian orang tua nya, dia menjadi gadis yang nakal serta bar bar dan bergabung menjadi mafia. Dia memiliki seorang kekasih yang hanya mencintai diri nya karena n*fsu semata. Waktu terus berjalan membuat dia muak, karena percintaan yang toxic & pengkhianat dari orang terdekat nya. Dia mencoba untuk merubah diri nya jadi lebih baik, agar mendapatkan cinta yang tulus dari pria yang bisa menerima semua kekurangan dan masa lalu buruk nya serta melindungi diri nya. Akan kah ada pria mencintai dan menerima gadis ini dengan tulus? Yuk ikuti setiap bab nya! Happy reading semua 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pramesti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pahlawan Kesiangan!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...--------Rumah Tua--------...
(Hanya Ilustrasi)
Di perjalanan, Alvin terus fokus mengemudi walau pun dirinya merasa kesal karena kebisingan dari tangisan Claudia terus menerus sepanjang jalan.
Mobil Alvin sudah jauh dari pusat perkotaan. Ia membawa Claudia menuju hutan belantara. Banyak pepohonan menjulang tinggi di sepanjang jalan.
Alvin menuju ke rumah tua yang ada di hutan belantara itu. Rumah tua itu adalah peninggalan rumah kakek neneknya dan di tempati oleh mereka pada masa muda Davina, yaitu ibunya.
"Turun!" bentak Alvin menarik tangan Claudia dengan kasar.
"Enggak!"
Claudia melawan dan berusaha memberontak. Tapi,
PLAAAKKKK!
Sebuah tamparan melayang di pipinya. Alvin menampar Claudia dengan amarah yang tidak bisa di kontrol lagi.
Kali ini Alvin sudah berani memperlakukan Claudia kekasihnya itu secara kasar, berbeda seperti dulu.
Claudia terdiam saat tamparan keras itu mendarat dari sang kekasih.
"Alvin, kau....!" lirih Claudia memandang dirinya sambil memegangi pipi yang sudah panas.
"Turun Claudia!"
"Atau aku akan menyiksamu lebih dari tamparan itu!" ucap Alvin dengan nada tinggi.
Claudia tak menanggapi ucapannya, tapi Alvin malah menyeretnya lagi dan di bawa masuk ke rumah tua itu.
Banyak debu yang menempel di seluruh dinding rumah tua itu, beberapa kaca jendela sudah ada yang pecah bahkan retak. Sarang laba-laba juga ada di setiap sudut ruangan, bahkan pondasi rumah itu juga tak layak di huni lagi.
"Alvin lepasin....!"
"Aku mau pulang!"
"Kenapa kau membawaku kesini?" ucap Claudia melihat sekeliling rumah tua yang tampak menyeramkan.
Alvin terus menyeretnya sampai ke lantai dua rumah tua itu. Ia membuka pintu kamar yang di dalamnya ada sebuah ranjang masih layak di pakai.
(Hanya Ilustrasi)
Alvin melempar Claudia keranjang tersebut.
"Alvin, kamu kenapa bawa aku kesini?"
"ini rumah siapa?" ucap Claudia bertanya dengan suara gugup.
Alvin tak menanggapi pertanyaan itu, tapi dirinya kini menatap lekat ke arah Claudia.
"Ke-kenapa kau menatapku seperti itu?" buncah Claudia dengan nada gugup dan ketakutan yang terpancar dari wajahnya.
Alvin melangkah maju lebih dekat dan menatap Claudia dengan penuh h*srat. Claudia mencoba mundur dari atas ranjang itu.
"Apa kau tau sayang?" tanya Alvin yang terus melangkah maju, sehingga wajahnya kini semakin dekat dan suaranya berubah menjadi bisikan menyeramkan.
"Kau tau Clau, dari dulu aku sangat menyukai tubuhmu ini. Sehingga akhirnya rencanaku saat itu berhasil telah memilikimu seutuhnya!" bisik Alvin sambil tersenyum puas dan menatap Claudia dengan lekat serta penuh gairah.
Claudia mendengarkan itu langsung membulatkan matanya.
"Jadi...., kau memang sengaja menjebakku malam itu di markasku?" lirih Claudia dengan nada kecewa dan penuh amarah yang terpancar dari sorot matanya.
Alvin tertawa mendengarkan ucapan kekasihnya, ada kepuasan tersendiri saat melihat Claudia terlihat kecewa dari nada bicara dan sorot mata hazelnya itu.
"Hahaha, iya!"
"Kamu benar sekali Clau sayang..., aku memang sengaja menjebakmu menggunakan obat tidur yang aku taburkan di jus kesukaanmu!" kata Alvin.
Claudia meremas sprei yang terlihat sudah usang, karena merasa geram dan amarahnya meningkat setelah tau kebenaran dari mulut Alvin.
"Tega kamu Alvin!"
"Nyesal aku berpacaran dengan kamu!"
"Padahal aku sangat tulus mencintaimu, tapi kau mencintaiku hanya karena tubuhku saja!" pekik Claudia dengan sangat keras mengarahkannya ke wajah Alvin.
Alvin kembali tertawa dengan terkekeh mendengarkan ocehan kekasihnya itu.
"Tulus mencintaiku, katamu?" ucap Alvin merubahkan ekspresinya menjadi sangat marah sambil mendelikkan matanya.
"Jika kau tulus, tidak mungkin berselingkuh dengan dua pria sekaligus!" timpal nya dengan nada tinggi.
"Enggak Alvin, aku tidak berselingkuh! Kamu salah paham!" sahut Claudia membela dirinya sendiri.
"Aku bisa jelasin Alvin!"
"DIAM....!!!" bentak Alvin memegangi pipi Claudia secara agresif.
"Aku tidak butuh penjelasanmu!"
"Aku hanya butuh kau tidak melawan dan menuruti keinginanku, atau video itu akan ku sebari!" Ancam Alvin.
"Jangan!"
"Jangan sebarin video itu, aku mohon!" lirih Claudia yang sulit berbicara karena pipinya dipegangi secara kasar.
"Jika kau tak ingin aku sebarin, maka kau harus nurut atas semua keinginanku!" ucap Alvin melepaskan pipi Claudia yang sudah memerah.
Claudia tertegun, dia sedikit bimbang atas jawaban terpaksanya itu. Wajahnya tampak bingung dan khawatir jika Alvin malah meminta hal yang tak senonoh lagi.
"A-aku..., akan turuti ta-tapi jangan minta hal yang tak se-!" ucapan Claudia terhentikan. Ia begitu gugup saat Alvin menatapnya dengan lekat.
Namun Alvin malah menggenggam kedua tangan Claudia dengan gerakan begitu gesit darinya membuat tubuh Claudia tertindih olehnya.
"Sekarang kau harus aku hukum, karena sudah berani selingkuh!" ucap Alvin yang sudah menggenggam tangan Claudia dengan kuat dan berada di atas kepalanya.
"Hu-hukum gimana maksudmu.....?" Claudia menelan salivanya dengan penuh rasa ketakutan.
"Hukum seperti ini!" tukas Alvin dengan cepat ia ingin menaikin rok lipit yang dikenakan oleh Claudia.
"Ja-jangan Alvin!"
"Aku mohon jangan lakuin hal tak senonoh itu lagi!"
"Aku bukan boneka pemuas n*fsu mu....!" teriak Claudia yang ingin memberontak tapi kedua tangannya di tahan kuat menggunakan sebelah tangannya. Sebelahnya lagi Alvin berusaha menaikkan rok lipit Claudia untuk dibuka bagian dalamnya.
"Diam!"
"Tak ada gunanya kau berteriak Clau! Karena ini kawasan hutan belantara dan tak ada satupun manusia lain yang akan memasuki kawasan ini!" ucap Alvin.
Namun tiba-tiba dari arah tak terduga, seseorang datang menendang Alvin dengan sangat keras di bagian bok*ngnya. Membuat Alvin terpental jatuh ke samping Claudia yang hendak ia cab*li.
Claudia yang sangat terkejut melihat seorang pria tak asing menyelamatkan dirinya yang hampir di jadikan budak n*fsu Alvin.
Dia bangkit dari ranjang itu sebelum Alvin menahan dirinya lagi karena kini genggaman keras tangan Alvin terlepas begitu saja.
"Zen!"
Claudia memperhatikan wajah orang tersebut yang sudah menyelamatkan dirinya.
Zen meraih tangan Claudia dengan sigap membawa gadis itu menjauh dari Alvin.
Namun, Alvin berhasil menarik tangan Claudia kembali. Dia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku celananya dan mengarahkan ke leher Claudia.
"Kau mau gadis ini?" tanya Alvin dengan nada marah.
Zen melihat pisau yang kini di arahkan ke leher Claudia, membuat dirinya kebingungan untuk mencari cara agar bisa menyelamatkan Claudia.
"Lepaskan Claudia!" ucap Zen melangkah maju, tapi Alvin mendekatkan lagi ujung pisau itu tepat mengenai bagian kulit leher jenjang Claudia.
"Satu langkah kau maju..., maka leher gadis ini akan terluka!" seru Alvin mengancam Zen.
Claudia menengadahkan kepalanya agar pisau itu tidak menembus kulit lehernya.
Zen mengepalkan tangannya, dia merasa geram karena cara Alvin yang begitu kriminal.
Sedangkan Alvin tersenyum dan sangat menikmati Claudia yang sedang ketakutan.
Kemudian, ia menghirup aroma tubuh Claudia dengan sangat dalam sambil memejamkan matanya serta pisau masih ada di arahkan ke bagian sebelah leher Claudia.
"Aku sebenernya sangat ingin menikmati dirimu lagi sayang. Tapi, pahlawan kesiangan mu ini malah menggagalkan aksiku!" bisik Alvin yang membuat bulu kuduk Claudia berdiri.
Zen yang melihat gelagat Alvin yang tengah mencium aroma tubuh Claudia merasa jijik, tapi mata tajamnya kini menatap sekelilingnya mencari apa saja yang bisa ia gunakan untuk menyelamatkan Claudia dari laki-laki liar seperti Alvin.
Sorot matanya melihat sebuah Lampu tidur yang ada di dekatnya. Ia perlahan berjalan mundur menuju lampu tidur yang terletak di atas meja terlihat usang itu.
Dengan cekatan Zen meraih lampu tidur itu dan melemparkan ke arah Alvin dengan sangat keras.
Lemparan itu tepat sasaran mengenai bagian kepala Alvin sehingga mengeluarkan bunyi seperti benturan keras. Beruntung Claudia sempat menghindar dan akhirnya ia terlepas dari kelakuan agresif kekasihnya itu.
"Aaoowwww...., akkkhhh!" pekik Alvin memegangi kepalanya. Matanya menatap tajam ke arah Zen, namun tubuhnya terlihat kaku seakan tak bisa gerak dan pisau yang dia pegang tadi juga jatuh ke lantai yang sangat kotor itu.
Claudia berlari ke arah Zen disaat dirinya melihat Alvin tengah lengah menahan kesakitan dan dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan menjauh dari Alvin.
Zen meraih tangan Claudia kembali untuk pergi dari rumah tua di hutan belantara itu.
Alvin ingin mengejar mereka, namun kepalanya terasa linglung. Terlihat cairan merah mengalir di kepalanya.
"F*ck!" umpat nya.
"Beraninya kau kabur dari ku Clau!"
Tangan Alvin mengepal sangat kuat, dia meninju angin dengan rasa sangat kesal karena aksinya kali ini digagalkan oleh pahlawan kesiangan itu.
"Lihat saja kau Claudia, kau akan menyesal karena tak menuruti keinginanku!" gumam Alvin yang tengah menahan cairan merah mengalir terus di kepalanya.
Di lain sisi, Zen dan Claudia kini sudah keluar dari rumah tua itu.
"Zen, kenapa kamu bisa tau aku ada disini?" tanya Claudia.
"Aku berhasil mengikuti kalian tadi, tapi kita harus segera pergi dari tempat ini!" jawab Zen yang menghidupkan motornya.
"Iya Zen, bagaimana dengan kondisi Sky? Apa dia baik-baik saja?" Claudia bertanya lagi karena dirinya tiba-tiba teringat soal Sky yang ia lihat tadi di depan mata kepalanya jika Sky sengaja di tabrak oleh Alvin.
"Entahlah Clau, ibuku sudah membawanya ke rumah sakit. Semoga dia baik-baik saja!" lirih Zen.
Claudia menundukkan kepala dengan wajah sedih, ia merasa bersalah atas kejadian menimpa Sky.
"Clau, ayok naik!" pinta Zen karena melihat Alvin yang tengah berjalan sempoyongan menghampiri mereka.
Claudia langsung duduk di belakang kursi motor Zen, dirinya sadar dan sempat melirik ke arah Alvin yang hampir mendekati mereka.
Zen langsung menancapkan gas motornya dengan kencang dan Claudia langsung memeluk Zen tanpa aba-aba dan di minta agar dirinya tidak terjatuh.
"Aaaakkkkhhhhh, sial!" teriak Alvin saat melihat Zen dan Claudia sudah melaju kencang pergi dari kawasan rumah tua itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
...bersambung.........
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
🥰🥰🥰🥰🥰
🥰🥰🥰🥰🥰