"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12. Mereka Sudah Saling Kenal
Keesokan harinya, saat bangun pada pukul enam pagi, Kimberly terbangun dengan William berada di sisinya. Dengan perlahan, dia menatap leher William yang terhampar dengan bercak-bercak merah, membuatnya tersadar akan sesuatu yang tak biasa.
Tidak! Kimberly langsung merasa emosi saat melihatnya. Pikirannya langsung dipenuhi oleh Dania. Sepertinya bercak merah di leher William ini adalah jejak dari permainan mereka semalam.
Kimberly langsung bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Saat ia sampai di luar, ia menyadari bahwa rumah dalam keadaan sepi. Tampaknya Dania atau siapa pun itu masih terlelap dalam tidurnya.
"Sepi banget. Nggak ada yang bangun nih," Kimberly terus melirik ke segala arah, mencari tanda kehadiran siapa pun di sekitarnya. Namun, tak seorang pun terlihat. Akhirnya, dengan langkah hati-hati, Kimberly turun ke tangga, hendak menuju dapur untuk mengambil minum.
Namun, setibanya di pintu dapur, ia melihat pintu gudang yang letaknya tidak jauh dari sana terbuka. Awalnya, Kimberly acuh tak acuh dan tidak berniat untuk menutupnya. Namun, seakan ada dorongan yang menggerakkannya, akhirnya Kimberly memutuskan untuk menutup pintu tersebut.
Ketika jemarinya menyentuh pegangan pintu gudang, Kimberly terkejut melihat sejumlah buku berbalut desain kupu-kupu dan warna pelangi yang begitu unik di dalamnya. Selama ini, gudang selalu terabaikan olehnya, sehingga buku-buku menarik itu tidak pernah terlihat oleh Kimberly sebelumnya.
Setelah sekilas melihatnya, Kimberly jadi penasaran. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalam gudang dan mengambil buku tersebut. Entah ingin membacanya atau sekadar melihat isinya.
Kimberly duduk di tepi jendela, mencari cahaya yang bisa menerangi halaman buku yang ingin dia baca. Saat jari-jari rampingnya membuka buku tersebut, aroma khas buku tua langsung menyapanya, mengungkapkan bahwa buku ini telah lama tidak tersentuh.
"Anetta Lexaria Dania," saat halaman pertama dia buka, Kimberly menemukan nama mamanya, Dania, terpahat dengan jelas dan menonjol di sana. Di bagian atasnya, terdapat beberapa ornamen kecil yang menghiasi sekitar nama tersebut.
Kimberly lanjut membuka halaman kedua. Begitu halaman tersebut terbuka, dia disuguhi beberapa foto yang terlihat agak usang, namun tetap mampu menggambarkan momen yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebagian besar foto, bahkan hampir semua, Kimberly melihat mamanya sedang berpegangan tangan atau merangkul mesra seorang lelaki yang tidak asing baginya.
William
Laki-laki di foto ini Kimberly yakin adalah William. Tapi jika benar, bagaimana bisa William ada di foto ini, sementara disini tertulis tahun yang cukup lampau, tahun di mana Kimberly belum mengenal William?
"No! ini mama sama mas William?!! mereka udah saling kenal dari dulu? terus kalo gitu gimana ceritanya mama bisa santai aja sewaktu aku bilang mau nikah sama mas William dulu? nggak. Ini nggak bisa dibiarin. Masa lalu udah masa lalu. Mungkin mama dulu udah milikin mas William, tapi sekarang mas William itu milik aku ...,"
"Mama yang udah berani rebut dia, bakal h4bis di tangan aku. Lihat aja, sampai mana mama berani godain mas William." Kimberly cepat menutup buku tersebut dan meninggalkan gudang. Tanpa menunggu lama, dia bergegas ke dapur untuk mengambil minuman.
Ketika Kimberly selesai menyeruput minumannya dan meletakkan gelas dengan lembut di atas meja, dia memutar tubuhnya. Saat matanya kembali menatap sekeliling, tiba-tiba terperangah melihat Dania tersenyum manis di hadapannya.
"Udah bangun dari tadi Kim?" tanya Dania basa-basi.
Kimberly tidak sedikit pun tersenyum saat itu. Dia melangkah pergi dari Dania tanpa membalas ucapannya.
"Kok Kimberly jadi cuek gitu ke aku. Kenapa ya? aku ada salah sama dia?" gumam Dania bingung dengan sikap Kimberly yang berubah dingin dan cuek kepadanya.
Sejak pulang dari makan di luar bersama Tasya kemarin, sikap dan ekspresi muka Kimberly berubah dingin dan cuek. Seperti ada masalah dan masalah itu tidak Dania ketahui sebelumnya. Atau tidak dia sadari.
Kimberly dengan cepat memasuki kamarnya, dia ingin rebahan lagi karena hari ini kantornya libur, tidak ada kerjaan. Saat masuk ke dalam kamarnya, dia kaget melihat bahwa William tidak berada di sana. Bahkan setelah mencari ke kamar mandi, Kimberly tetap tidak menemukannya.
Dengan wajah yang memerah karena amarah, Kimberly segera keluar dari kamar dan menuju ke kamar Dania. Saat akan membuka pintu, terdengar suara seorang laki-laki dari dalam kamar tersebut.
"Si4lan! berani macem-macem dia!" Kimberly segera membuka pintu dan terkejut melihat William sedang tertidur nyenyak dengan selimut yang meliputi tubuhnya di atas tempat tidur milik Dania.
"Mas!" Panggilan dari Kimberly membuat William terkejut. Dengan keringat bercucuran, William segera memalingkan wajahnya ke arah Kimberly.
"Kim-Kimberly, kamu kenapa ada di sini?" tanya Wiliam gugup.
Kimberly tidak memberikan jawaban, melainkan dengan langkah cepat menuju William. Dengan tatapan tajam yang penuh intimidasi, dia menatap pria itu, yang hanya memandangnya dengan mata membola sempurna.
"Aku yang harusnya nanya mas. Kamu ada urusan apa di kamar mama?! sejak dulu aku nggak pernah diijinin masuk kamar ini, bahkan sewaktu papa masih hidup aja nggak pernah. Tapi kamu .. kamu bisa dengan bebasnya masuk kamar ini tanpa di omelin sama mama." jeda Kimberly. Dia segera menepuk tangannya dengan keras.
"Hebat banget ya kamu. Ada urusan apa kamu sama mama mas?! akhir-akhir ini kalian kelihatan aneh tau nggak. Aku curiga, kamu sama mama pasti ada sesuatu kan?!" tanya Kimberly dengan tegas dan tajam. Dia hampir saja ingin menampar wajah William, namun kedatangan Dania menghentikan niatnya.
"Kamu kenapa Kim? kok marah-marah? William ada di sini karena mama yang suruh. Mama minta William buat check hp mama, tadi error waktu mama mau buka wa. Suka lag gitu terus mati ...,"
"Kamu kok kayak gitu responnya. Mama nggak ada macem-macem sama William. Udah deh kamu bawa aja suami kamu keluar sana, daripada ribut aja di kamar mama," Dania mendorong William dan Kimberly keluar dari kamarnya dengan tegas.
Saat keduanya telah pergi, Dania cepat-cepat menutup pintu dengan keras, hingga menimbulkan suara.
Brakk ...
Kimberly segera pergi ke kamarnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Saat tiba di sana, dia melangkah menuju ranjangnya yang nyaman dan mengambil ponsel yang terletak dengan anggun di atas nakas kayu. Dia ingin menghubungi temannya, Jennifer dan mengajaknya bertemu.
(Jen, gue libur hari ini. Bisa ketemuan nggak?)
(Ada yang mau gue ceritain sama Lo)
(Ini masih hal yang kemaren. Gue pengen cerita lagi sama Lo)
(Yaudah, kayaknya Lo masih tidur. Nanti kalo Lo baca wa ini, Lo bales gue ya, gue tunggu)
Setelah menyadari bahwa Jennifer belum membaca pesan yang dia kirim, Kimberly dengan santai menutup ponselnya. Masih terlalu pagi, mungkin Jennifer masih terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.
Dengan beragam emosi yang mengalir di dalam benaknya, Kimberly meletakkan ponselnya kembali dengan lembut di atas nakas dan melangkah ke kamar mandi di dalam kamarnya untuk menyegarkan diri dengan mencuci wajahnya.
........................
Wajah Kimberly terlihat cukup cemberut saat ia melangkah masuk ke dalam cafe yang sudah disepakati sebagai tempat pertemuan dengan temannya, Jennifer. Dengan langkah cepat, ia menuju meja tempat Jennifer sudah duduk menunggu.
"Kenapa muka cemberut banget sih, Kim?" tanya Jennifer begitu Kimberly duduk di hadapannya.
Kimberly menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Gue lagi kesal sama suami dan nyokap gue, Jen. Mereka berulah lagi kemaren dan pagi ini kayaknya mereka mau beraksi. Cuma keburu Gue masuk kamar mama, jadi rencana mereka buat perang gagal deh."
Jennifer mengangguk mengerti sambil menyodorkan menu cafe kepada Kimberly. "Yaudah-yaudah Kim, Lo tenangin pikiran Lo dulu. Pesan minuman yang Lo suka dan ceritain semuanya sama gue soal apa aja yang udah Lo tau dari mereka. Lo udah lakuin apa yang gue suruh kan?"
Kimberly tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. "Makasih, Jen. Gue akan pesen cappuccino, Lo?"
Jennifer mengangguk dan memesan cappuccino juga untuk dirinya. Mereka duduk bersama sambil menikmati minuman mereka, sambil Kimberly menceritakan apa saja yang sudah di dapatnya dari pengintaiannya terhadap Dania dan William akhir-akhir ini.
"Lo lakuin apa yang gue kasih tau di wa lusa kemaren Kim. Lo lakuin itu malam ini dan buktiin ke suami Lo kalo Lo itu nggak kalah dari nyokap Lo dan jauh lebih s3ksi. Lo lakuin semuanya, termasuk sama pakaian yang gue kasih. Lo pakai juga, oke," saran Jennifer.
Kimberly mengangguk setuju. "Gue akan coba malam ini, Jen. Thanks buat sarannya. Semoga malam ini suami gue bisa jauh lebih terpikat sama gue,"
Mereka melanjutkan obrolan mereka dengan tawa dan cerita-cerita ringan lainnya. Meskipun awalnya cemberut, wajah Kimberly kini sudah bersemangat dan ceria berkat kehadiran Jennifer di sampingnya dan segala saran terbaik yang telah diberikan.
Bersambung ...