Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CINTA YANG TERPENDAM
Leon dan Frans tak bisa kembali ke Indonesia. Perusahaan di Eropa tidak bisa Gabe kelola sendirian, walau banyak yang membantunya. Tapi keberadaan Frans dan Leon sangat berpengaruh dalam roda bisnis.
Lusy menatap meja yang biasanya Leon pakai untuknya bekerja. Gadis itu menyentuh meja dengan ujung jarinya.
''Tuan ... aku rindu,'' bisiknya lirih.
Keberadaan pria selama empat bulan kemarin membawa romansa pada gadis itu. Terlebih, Leon pernah memeluknya. Lusy merasakan kehangatan dan kenyamanan.
Khasya yang tadinya hendak memanggil sekretarisnya itu, tiba-tiba terdiam melihat tingkah Lusy yang menyentuh meja di mana Leon berada. Bibirnya tersungging senyum manis.
Perlahan Khasya mendekati Lusy. Perempuan itu mendengar helaan napas berat yang keluar dari mulut sang gadis.
"Apa kau merindukannya?" tanya Khasya.
Gadis itu tak menjawab. Tapi, anggukan kepalanya menandakan jika ia memang merindukan pria itu.
"Saya rindu pelukannya," aku Lusy. "Hangat dan menenangkan hati."
Khasya menarik dua sudut bibirnya. Lusy belum sadar jika atasannya lah yang tengah bersamanya.
"Andai saya antar kamu ke tempatnya. Apa kau mau mengurus dan merawatnya?" pancing wanita itu.
Lagi-lagi Lusy mengangguk tegas. Ia memang sudah menaruh hati pada pria yang semestinya ia panggil kakek itu.
"Kau sangat mencintainya?"
Lusy menoleh. Ia terkejut bukan main ketika melihat atasannya lah yang bertanya padanya.
"Nyonya," cicitnya langsung menunduk takut.
"Hei ... kenapa takut? Tidak apa-apa," ujar Khasya langsung meraih bahu gadis itu yang mundur.
"Maaf nyonya ... saya ...."
"Tidak apa-apa, jika kau memang mencintai Daddy Leon, aku akan meminta Terra mengirimmu ke Eropa dan membantu Leon," sahut Khasya.
Lusy menunduk. Pikirannya kalut sesaat ketika Khasya mengirimnya ke Eropa hanya sekedar membantu pria itu. Lalu ia tersadar, dirinya hanyalah gadis biasa, tidak mungkin masuk dalam daftar gadis pilihan pria terkaya di Eropa.
"Hmmm ... kau tau aku tak memintamu menikah dengan pria itu?" Lusy menggeleng.
"Usianya sudah tujuh puluh tahun lebih, kemungkinan mau delapan puluh. Apa kau masih mau dengan seorang pria yang bisa menjadi Kakekmu?" Lusy diam.
Usia yang nyaris berbeda jauh lima puluh tahun. Lusy menunduk. Ia sebatang kara di sini, ibunya sudah lama meninggalkannya tiga hari setelah ditinggalkan ayahnya.
"Jika nyonya mengijinkan saya merawat Tuan Leon. Saya bersedia," jawabnya.
"Menjadi istrinya?' Lusy mengangguk tegas.
Khasya tersenyum. Ia mengusap bahu gadis itu.
"Yang sabar ya, aku mencoba mengatakan hal ini pada keluargaku, persiapkan dirimu. Tapi ingat, aku tak menjanjikan apa pun!' tekan wanita itu.
Lusy mengangguk, ia sangat paham. Leon adalah ayah semua anak Dougher Young, tentu bukan hal mudah untuknya masuk dan tiba-tiba menjadi ibu mereka.
Sementara itu Rion tengah mempersiapkan presentasinya. Pemuda itu begitu sangat dominan dalam meeting siang ini. Banyak mata memandangnya penuh kekaguman atas sosok pemuda yang sangat belia.
"Jadi seperti itu kiranya ... ada pertanyaan?" ujarnya ketika selesai presentasi.
Semua melakukan salut pada pemuda tampan yang sudah menguarkan sejuta pesona itu. Sangat jelas dan begitu terperinci membuat semuanya paham dan mengerti.
"Review anda baik sekali Tuan muda Hugrid Dougher Young!" puji salah satu pebisnis senior.
"Baru kali ini saya menghadiri meeting dengan prestasi terbaik yang pernah saya dengar. Memang ada satu dua error dan bahkan anda sendiri mengakui error itu. Tapi, kami memaklumi, usia anda yang sangat belia dan belum lama berkecimpung di dunia pengusaha!" lanjutnya dengan nada membanggakan.
Haidar terharu. Ia merasa ilmunya tak sia-sia ia turunkan pada putranya itu. Bahkan Al tadi juga sangat ciamik dalam melaporkan hasil data perputaran saham.
"Tuan Pratama, saya sebagai pengusaha senior mengucap selamat pada anda, dua putra anda begitu luar biasa!" puji pria itu lagi.
Haidar menjabat tangan pria itu sambil mengucap terima kasih. Keberhasilan meeting siang ini terdengar di telinga Bram. Ia begitu bangga pada dua cucunya itu.
"Papa kenapa senyum-senyum begitu?' tanya Kanya.
Wanita itu mendekati dan langsung mendaratkan bokongnya di sisi sang suami.
"Ini dua baby kita berhasil membuat tercengang forum meeting siang ini!" lanjutnya.
"Oh ya?" Bram mengangguk.
"Ah ... memang turunan kita bukan kaleng-kaleng ya, pa!" sahut Kanya bangga.
Bram menatap wanita yang telah bersamanya lebih setengah abad ini. Masih cantik walau ada sedikit kerutan. Rambut Kanya yang kemerahan pun tak nampak uban di sana.
"Aku mencintaimu Kanya Luigi!"
Kanya terkejut. Tak biasanya sang suami berkata seromantis itu. Dua netra saling menatap. Bram memajukan wajahnya, tapi tiba-tiba satu telunjuk menghentikan laju itu.
"Puasa!" Kanya mengingatkan.
Bram terkekeh, ia nyaris membatalkan puasanya karena mencium istrinya, walau tidak mengapa jika suami mencium istri di bagian keningnya.
"Kau tau saja aku tak akan bisa menahan napsuku jika menciummu, walau di kening," ujar pria itu sedikit kesal.
Kanya terkekeh, ia pun bangkit dan menuju dapur, wanita itu akan menyiapkan makanan untuk berbuka. Hari ini semua keluarga akan memenuhi mansionnya.
"Sayang, jam berapa mereka akan datang?' tanya Kanya setengah berteriak.
Bram merengkuh pinggang sang istri hingga membuat Kanya terkejut bukan main.
"Astaghfirullah!"
"Jangan berteriak sayang. Aku ada di sini," ujar Bram.
Semua maid tertunduk dan mencuri pandang malu-malu. Kanya sampai memerah mukanya karena menahan malu.
"Sayang ... lepas, malu ih!' ujarnya dengan muka memerah.
"Kau belum mengungkapkan apa kau mencintaiku Kanya Luigi!"
"Ah ... iya-iya ... aku sangat mencintaimu Bram Hovert Pratama!" sahut wanita itu.
"Sungguh?" Bram mengendusi leher wanita itu.
Kanya kegelian. Ia terkikik dengan muka memerah sedang para maid pergi dari sana dan membiarkan majikan mereka bermesraan di bulan puasa.
Sedang di rumah sakit, Lidya masih menangani Ananda mengenai mental dan traumanya. Gadis kecil itu juga diperiksa ke dokter ahli gizi untuk perkembangan gizinya. Sang nenek juga mendapat perawatan penuh di sana.
"Bagaimana keadaan Aminah dok?" tanya Diro.
"Semuanya berkembang menjadi lebih baik. Asupan gizinya juga sudah menyebar bahkan imunnya juga mulai bereaksi," jelas dokter gizi.
"Bagaimana keadaan psikisnya?"
"Semakin hari semakin baik. Kejadian pelecehan itu juga tak lagi berdampak buruk pada Aminah, walau dukungan keluarga sangat dibutuhkan ketika ia dihadapankan memori trauma itu," jelas Lidya.
"Bagaimana dengan nenek?" tanya Diro lagi.
"Nenek sehat-sehat saja. Tak ada yang dikhawatirkan. Sepertinya nenek sangat memiliki daya tahan tubuh yang kuat," jelas dokter gizi.
Usai memeriksa keadaan Ananda atau Aminah. Lidya sudah bersiap untuk pulang. Putri juga sudah membereskan semua data ke file-file yang berjajar.
Tak lama Demian dan Jac datang. Mereka akan ikut untuk buka puasa bersama di mansion Bram.
Ketika keluar, ternyata Darren sudah menggandeng istrinya begitu juga Gio dan Aini beserta putra dan dua adiknya.
Sore ini, mansion Bram pasti penuh dengan manusia. Terlebih pasukan perusuh mereka.
"Pita atan hancultan lumah Tate Blam!" teriak Sky antusias.
bersambung.
ah ... kebayang deh rusuhnya seperti apa.
next?