Di tengah pertanyaan yang sangat memuakkan 'kapan nikah?' Erzan Akhtar Ranendra malah dipertemukan dengan teman masa kecilnya yang kini begitu cantik, seksi, petakilan dan bar-bar. Aruna Cyra Sachikirani, perempuan yang pernah mengucapakan janji bersama Erzan untuk menikah ketika dewasa kelak.
Namun, sikap dan penampilan Cyra sekarang sangat jauh berbeda dari Cyra yang pernah dia kenal dan sukai semasa kecil.
Akankah janji mereka untuk menikah ketika dewasa akan terealisasi? Atau hanya ucapan janji yang tak tahu arti dari dua anak berusia dini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kesal
Setelah unboxing hadiah besar yang isinya membagongkan, Aruna yang sudah selesai memakan mie segera masuk ke dalam kamar. Erzan terus memantau Aruna. Matanya tak lelah terus menatap layar ponsel sambil menyandarkan tubuh di kepala ranjang.
Erzan tersenyum ketika dia melihat Aruna seperti orang kebingungan di depan meja rias. Skincare merk ternama sudah Erzan siapkan untuk perawatan wajah di rumah. Semuanya atas rekomendasi sang mami.
Helaan napas kasar keluar dari bibir Erzan ketika Aruna mulai merebahkan tubuh di tempat tidur tanpa mematikan lampu. Masih ada takut di dalam diri Aruna.
"Tempat ini akan menjadi tempat ternyaman dan teraman untukmu Cyra."
.
Sudah rapi dan bersiap untuk ke kantor. Erzan tak lupa melihat Aruna dari cctv. Perempuan cantik itu masih bergumul di bawah selimut. Langkah Erzan menuju kamar utama yang memang sengaja tak Erzan berikan kunci.
Perempuan yang sudah menjadi istrinya masih berada di bawah selimut. Erzan sudah berdiri di samping tempat tidur dengan mata yang tertuju pada wajah cantik natural. Dia berhati-hati ketika duduk di pinggiran tempat tidur agar tak membangunkan istrinya. Dibenarkannya rambut yang menutupi wajah Aruna. Senyum pun tersungging di bibir Erzan.
"Nyenyak sekali tidurmu, Cyra," ucapnya sangat pelan.
Nalurinya membawanya untuk mencium kening Aruna begitu dalam. Sebuah kalimat pun keluar dari bibir Erzan tanpa dia sadari.
"Saya berangkat."
Pintu kamar pun ditutup dengan begitu pelan. Meninggalkan Aruna yang masih terlelap. Di luar pun orang berbadan tegap sudah berjaga.
"Jaga istri saya!"
Tiga orang itupun mengangguk. Mereka adalah bodyguard terbaik yang Erzan tugaskan untuk menjaga Aruna.
"Jangan sampai terlihat oleh istri saya."
"Siap, Bos."
Sesekali Erzan selalu mengecek cctv kamar utama disela pekerjaannya. Sang istri ternyata masih belum bangun juga. Bukannya marah, Erzan malah tersenyum bahagia.
Dia mendengar dari sang Tante, jikalau Aruna sulit untuk tidur karena selalu dihantui rasa takut. Tapi, tidak untuk sekarang. Aruna begitu nyenyak tidur di unit apartment-nya.
Jam sepuluh pagi Aruna baru membuka mata. Terduduk sembari mengumpulkan nyawa. Matanya mulai mencari jam dinding dan betapa terkejutnya ketika dia melihat angka yang tertera di sana.
"Jam-nya gak ngaco kan?"
Aruna meraih ponselnya yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur. Umpatan pun keluar dari mulutnya yang ditujukan untuk dirinya sendiri. Dia terdiam untuk sesaat. Lalu, membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Maafkan aku, Er."
Mata Aruna masih tertuju pada pesan yang sudah dia kirim, tapi belum dibaca. Aruna menghela napas kasar dan memilih untuk membersihkan tubuh. Baru saja keluar dari kamar mandi, ponselnya berdering dan nama sang suami tertera di sana.
"Buka pintu. Security sudah di depan bawain makanan buat kamu sarapan."
Belum juga menjawab, panggilan itupun diakhiri secara sepihak oleh Erzan. Aruna segera keluar kamar sambil berdecak kesal. Sebelum membuka pintu, dia mengintip terlebih dahulu dan benar security sudah membawa goody bag dari restoran ternama.
"Makasih, Pak."
Aruna segera menutup pintu kembali karena dia ingat pesan Erzan semalam. Jikalau dia tidak boleh keluar dari unit apartment, kecuali bersama Erzan atau keluarga Erzan.
Sungguh Aruna dibuat tak bisa berkata dengan apa yang dilakukan Erzan pagi menjelang siang ini. Lelaki itu terkadang menyebalkan, tapi juga begitu penuh dengan kejutan. Aruna mulai mengirimkan gambar makanan yang Erzan berikan.
"Makasih, Mas Er."
Hanya sebuah kalimat biasa, tapi membuat Erzan melengkungkan senyum begitu lebar. Dan mimik wajah Erzan itu tak luput dari pandangan Harsa. Ya, Harsa sudah datang dan duduk bersama Erzan dengan alasan membahas pekerjaan.
"Apa yang membuat bibir Anda tersenyum cerah seperti itu, Pak?" tanya Harsa.
"Apakah Anda sedang jatuh cinta?"
Kepala Erzan menegak. Rautnya seketika berubah. Menatap nyalang ke arah Harsa.
"Apa tersenyum cerah identik dengan jatuh cinta?"
Erzan malah melontarkan pertanyaan kepada Harsa yang mulai terdiam. Jimmy hanya bisa menghela napas kasar. Harsa selalu saja membangunkan singa yang sedang anteng.
"Saya kalau sedang jatuh cinta pasti seperti itu, Pak," jawab Harsa tanpa ragu.
"Tapi, cinta saya sedang layu sekarang. Wanita yang saya cintai pergi tanpa meninggalkan jejak. Saya terus mencarinya karena saya yakin dia akan kembali kepada saya. Dia cinta mati kepada saya."
Tangan Erzan mengepal dengan keras. Rahangnya pun ikut mengeras mendengar kalimat yang diucapkan oleh Harsa.
"Cinta mati katanya?"
"Yang ada lu yang akan mati di tangan gua."
Urat tangan Erzan sudah mulai terlihat. Menandakan dia tengah menahan luapan amarah. Dan untuk kesekian kalinya Jimmy menghela napas kasar.
Suasana sedang panas, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan senyum manis seorang wanita terukir di sana. Jimmy langsung berdiri dan menghadang Aera yang ingin menerobos masuk.
"Minggir! Aku pengen ketemu Erzan!"
"Kita sedang rapat," ucap Jimmy dengan penuh ketegasan.
"GAK PEDULI!"
Aera terus menerobos bahkan mendorong tubuh Jimmy dengan sangat kasar. Senyumnya memudar ketika melihat lelaki yang ada di depan Erzan.
"Harsa!"
"Aera."
Dua manusia itu ternyata saling mengenal. Erzan hanya diam dengan mata yang terus memperhatikan interaksi Harsa dan Aera.
"Kok ada di sini?"
"Kebetulan perusahaan aku kerja sama dengan perusahaan Erzan."
"Wah! Keren!"
Harsa pun tersenyum mendengar pujian dari Aera. Beda halnya dengan Erzan yang masih terdiam. Aera hendak duduk di samping Erzan, tapi Jimmy lebih dulu menyerobot. Decakan kesal pun keluar dari bibir Aera.
"Sekretaris kamu ke mana, Er? Kok gak ada di depan."
"Sekretaris? Emang Pak Erzan punya sekretaris?"
Jimmy hendak menjawab, tapi dilarang oleh Erzan.
"Punya."
"Kok aku gak pernah lihat?"
"Buat apa kepo sama cewek murahan yang hobinya menggoda atasan."
"Bukankah semua sekretaris seperti itu?"
Brak!!
Meja yang berisi air mineral, kopi juga buah-buahan digebrak penuh tenaga dalam oleh Erzan. Matanya tertuju pada Aera.
"Ngaca sebelum berbicara!" tekan Erzan dengan sorot mata penuh amarah.
"Jika, sekretaris saya murahan. Lalu kamu apa?" tekan Erzan penuh emosi.
"Ngaku-ngaku sebagai calon istri saya? Juga berkoar kepada keluarga kamu jikalau saya ini adalah kekasih kamu. APA KAMU MASIH BISA DIBILANG WARAS?"
Wajah Erzan sudah merah padam. Dia tidak terima Aruna direndahkan oleh Aera dan juga Harsa. Urat-urat kemarahannya sudah terlihat jelas.
"Hubungi security dan seret dua orang yang ada di depan saya. Saya MUAK melihat mereka."
Harsa mulai ketar-ketir karena sudah pasti ini akan berpengaruh pada kerjasamanya dengan Erzan. Sedangkan perusahaannya sudah mengeluarkan uang cukup banyak karena perusahaan Erzan tidak mau mengeluarkan uang lebih dahulu sebelum semuanya selesai.
.
Pintu unit ditutup dengan cukup kencang. Aruna segera keluar kamar dan Erzan sudah pulang. Namun, raut wajahnya sudah sangat berbeda. Tangannya pun melepas dasi di leher dengan sangat kasar. Juga terdengar helaan napas yang sangat kasar.
Aruna mulai mendekat. Dia duduk di samping Erzan yang tengah memejamkan mata.
"Er," panggil Aruna dengan begitu lembut.
Mata Erzan pun terbuka dan dia melihat senyum yang begitu manis terukir di wajah Aruna. Namun, itu tak metubah mimik wajah Erzan. Aruna meyakini jika ada yang tengah membuat Erzan kesal. Tangan Aruna menangkup wajah Erzan. Kecupan singkat Aruna berikan dan mampu memberikan kehangatan untuk Erzan.
"Better?"
Erzan masih terdiam. Wajahnya tak berubah sama sekali. Aruna kembali ingin memberikan kecupan di bibir Erzan, tapi Erzan lebih dulu melahap bibir Aruna.
Silaturahmi yang cukup erat dan lama pun terjalin. Saling membalas dengan penuh kelembutan membuat mereka terlena akan sebuah kenikmatan.
Setelah puas dan sedikit sulit bernapas, Erzan menghentikan kokopan. Ibu jarinya mengusap bibir Aruna yang basah karenanya.
"Makasih," ucapnya.
"Kalau kamu tengah kesal, aku akan membantu kamu menghilangkan rasa kesal kamu."
"Caranya dengan ini?"
"Iya," balas Aruna sambil tersenyum.
"Atau kamu mau lebih dari ini?"
...*** BERSAMBUNG ***...
Ayo atuh dikomen ..
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
wkwkwkwkw
aleesa sepupu agha ya
jadi tuan sama reyn anak sepupuan
wkwkwkwkk
sultan cowok idaman
walaupun dari keluarga sultan kelakuan random pun masih ada, apalagi sifat jail pasti kurang siipp kalo gak jail sama salah satu anggota keluarganya 🤭