Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.
Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.
Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Rembulan, wanita berpenampilan anggun dengan rambut hitam yang selalu rapi, berdiri di sudut ruangan sambil memperhatikan setiap gerak-gerik Jian An. Wajahnya tampak penuh rasa ingin tahu bercampur dengan sedikit rasa iri. Sejak awal, tujuan Bulan bekerja di galeri ini adalah agar bisa mendekatkan dirinya kepada Saka. Ia selalu terpukau oleh ketegasan dan aura kepemimpinan yang dimiliki pria itu. Namun, selama ini usahanya tampak sia-sia. Saka terlalu sibuk dengan pekerjaannya, seolah tidak pernah menyadari keberadaan Bulan.
Ketika Jian An muncul di galeri, perhatian Saka tampak teralihkan. Mata pria itu sering kali melirik ke arah Jian An, dan ia bahkan memperlakukan Jian An dengan cara yang berbeda dibanding karyawan lainnya. Hal ini membuat Bulan semakin gelisah. "Siapa sebenarnya dia?" pikirnya. Ia mencoba menggali informasi dari rekan-rekannya, namun tak satu pun yang tahu banyak tentang Jian An. Kehadirannya di galeri terasa seperti teka-teki yang sulit dipecahkan.
Bulan mendekati Jian An dengan senyuman kecil di bibirnya, mencoba untuk bersikap ramah. "Hai, kamu kelihatannya baru di sini. Aku Bulan, salah satu staff di bagian desain. Kamu pasti orang spesial ya, bisa datang bersama Pak Saka," ucapnya dengan nada ramah namun menyiratkan rasa penasaran.
Jian An, yang tidak terlalu paham dengan intrik di kantor, hanya membalas dengan senyuman canggung. "Oh, aku hanya… membantu di sini," jawabnya dengan ragu. Ia tidak tahu harus menjelaskan apa, terlebih karena dirinya memang tidak memiliki peran jelas di tempat ini. Namun, Jian An dapat merasakan bahwa Bulan memperhatikannya dengan cara yang sedikit aneh, seolah ada sesuatu yang sedang ia cari.
Sementara itu, di ruangan lain, Saka menyadari bahwa Bulan mungkin mulai mencurigai hubungan dirinya dengan Jian An. Ia menghela napas panjang. Meski tidak pernah berniat menjelaskan apapun kepada siapapun, ia tahu bahwa kehadiran Jian An di galeri ini bisa menjadi bahan pembicaraan. Namun, entah kenapa, Saka tidak peduli. Baginya, menjaga Jian An adalah hal yang lebih penting daripada memikirkan pendapat orang lain.
Hari itu suasana kantor galeri batik milik keluarga Saka tampak lebih sibuk dari biasanya. Ruangan meeting yang luas dipenuhi dengan para staff dan dokumen-dokumen yang berserakan di meja panjang. Di tengah kesibukan tersebut, Saka duduk dengan tenang di kursi kepala, menandatangani kontrak kerja sama dengan seorang desainer ternama. Nama yang tertulis di kontrak itu adalah Radja, desainer muda yang terkenal dengan inovasi modern yang tetap menghormati nilai tradisi.
Radja hadir dengan gaya santainya yang khas. Kemeja putih polos yang dipadukan dengan celana kain hitam memberikan kesan sederhana namun berkelas. Sambil tersenyum, ia menerima salinan kontrak dari Saka. "Proyek enam bulan ini pasti akan menjadi kolaborasi yang luar biasa," ucap Radja penuh percaya diri. Ia melirik sekeliling, melihat berbagai karya batik yang dipajang di galeri. "Kalian memiliki warisan seni yang luar biasa. Saya akan pastikan sentuhan saya menambah nilai lebih tanpa mengurangi esensinya."
Saka mengangguk sambil menyimpan kontrak di map khusus. "Saya percaya pada reputasi dan keahlian Anda, Radja. Kita akan menciptakan sesuatu yang berbeda untuk pasar Australia," ucapnya tegas. Namun, pandangan Radja sempat terhenti saat ia melihat Jian An yang berdiri di sudut ruangan, tampak terpesona dengan salah satu lukisan batik di dinding.
Radja mendekat dengan senyum ramah, "Dan siapa wanita ini? Sepertinya saya belum berkenalan," tanyanya sambil melirik Jian An. Jian An, yang merasa canggung dengan perhatian tiba-tiba itu, hanya tersenyum kecil dan melirik ke arah Saka seolah meminta arahan.
"Dia adalah..." Saka terdiam sejenak, mempertimbangkan apa yang harus ia katakan. "Asisten pribadi saya sementara ini," ucapnya akhirnya, mencoba memberikan jawaban diplomatis. Radja menatap Jian An dengan mata penuh rasa ingin tahu, namun tidak berkata lebih jauh. Dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari wanita itu, seolah membawa misteri yang sulit ditebak.
"Pak Joyo, tolong antar Mas Radja ke ruangannya," ucap Saka sambil menutup map kontrak dengan gerakan tegas. Matanya sempat melirik Jian An yang masih berdiri di sudut ruangan, tampak sedikit bingung. Saka mencoba tetap terlihat tenang meski di dalam hatinya ada sedikit keterkejutan. Siapa sangka desainer ternama yang baru saja diajaknya bekerja sama ternyata adalah pria yang pernah dia temui bersama Jian An di taman beberapa waktu lalu.
"Tentu, Den," jawab Pak Joyo sambil mengangguk sopan. Ia mengarahkan Radja keluar dari ruang rapat. Radja mengikuti dengan langkah santai, tetapi sebelum meninggalkan ruangan, ia sempat menoleh ke arah Jian An dan memberikan senyum tipis. Senyuman itu seolah menyiratkan bahwa ia mengingat pertemuan mereka sebelumnya.
Begitu pintu tertutup, Saka melepaskan napas panjang, mencoba mengendalikan pikirannya. Ia melirik ke arah Jian An, yang kini memandangnya dengan raut wajah yang penuh tanda tanya. "Kamu kenal Radja?" tanya Saka akhirnya, meskipun dia sudah tahu jawabannya.
Jian An mengangguk pelan. "Dia pria yang membantuku waktu di taman itu," ucapnya jujur, suaranya sedikit bergetar. Jian An merasa aneh dengan kebetulan ini, tetapi ia tidak ingin memperumit keadaan.
Saka mengangguk, namun ada sesuatu di dalam dirinya yang mulai merasa tidak nyaman. Radja bukan hanya seorang desainer ternama, tetapi juga pria yang tampaknya memiliki perhatian khusus pada Jian An. Dan untuk alasan yang tidak sepenuhnya ia pahami, Saka tidak menyukai hal itu.
Jian An tidak bisa menyembunyikan senyumannya saat keluar dari ruang rapat. Rasa senang memenuhi hatinya karena ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Radja, pria yang pernah menolongnya. Langkahnya terasa ringan saat ia berjalan ke arah ruang galeri, sementara pikiran dipenuhi oleh kenangan singkat mereka di taman.
"Dia benar-benar orang baik," gumam Jian An sambil menatap salah satu lukisan di dinding galeri. Ia mengingat bagaimana Radja membelanya dari pedagang es krim yang mencoba memanfaatkan ketidaktahuannya tentang uang. Senyumnya semakin lebar saat teringat ekspresi tegas Radja saat itu.
Saka yang diam-diam mengawasi dari balik pintu merasa terganggu melihat Jian An begitu ceria. Ia berusaha mengabaikan perasaan aneh itu, tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. "Apa yang membuatmu sebahagia ini?" tanyanya tiba-tiba, membuat Jian An terkejut.
Jian An menoleh dengan senyum yang masih merekah. "Aku hanya senang bertemu lagi dengan orang yang pernah menolongku. Radja itu benar-benar pria yang baik, Saka. Dia sopan dan ramah. Aku merasa lebih tenang saat dia ada."
Mendengar itu, Saka hanya mengangguk pelan, meski di dalam hatinya ada sesuatu yang terasa mengganjal. Ia tidak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan, tapi melihat Jian An begitu memuji pria lain di hadapannya membuat dadanya terasa berat. "Kalau begitu, sebaiknya kamu tidak terlalu dekat dengannya," ucapnya dingin sebelum berbalik pergi, meninggalkan Jian An yang kebingungan dengan perubahan sikapnya.