Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Pesta Pernikahan
Jihan mencium aroma obat-obatan. Jihan juga mendengar suara tit, tit, tit, pendek beraturan. Jihan perlahan membuka mata. Jihan mengerjap. Jihan memperhatikan sekitar.
Jihan berada di atas tempat tidur dengan alat bantu pernapasan dan infus di tangan kanan. Jihan memegang kepalanya. Jihan ingat terakhir kali dia berada di villa Sulthan.
Jihan mulai mengingat semuanya. Satu persatu kepingan ingatan tentang Sulthan bermunculan. Jihan ingat saat Sulthan dua kali memberikannya kepada Pak Alex. Dan juga saat Sulthan mendorongnya di tangga darurat kantor. Bahkan Sulthan tega ingin membunuhnya di rumah sakit.
Jihan meneteskan air mata. Jihan untuk kesekian kalinya menyesal telah memilih Sulthan. Jihan merasakan sakit dan sesak di dada. Jihan melihat Arsen di depan pintu yang nampak mengkhawatirkannya. Tidak disangka Arsen cinta pertamanya adalah calon tunangannya.
"Jihan, kamu sudah sadar. Bentar aku panggil Dokter," Arsen keluar dari ruangan Jihan.
Tidak berapa lama Dokter, perawat, Alan, Erwin dan Arsen masuk ke dalam ruangan Jihan. Dokter memeriksa keadaan Jihan. Alat bantu pernapasan dicabut. Jihan pingsan karena gangguan pernapasan pasca dicekik. Jihan meminta izin untuk rawat jalan. Setelah Dokter melihat keadaan Jihan, Dokter mengizinkan.
"Dek, kenapa gak nginap aja dulu satu malam," Erwin duduk di samping Jihan.
"Gak mau. Aku mau pulang. Oh iya bagaimana Sulthan? Apa dia sudah kalian habisin?" tanya Jihan.
"Dihabisin?" Alan mengernyitkan keningnya.
"Iya dihabisin. Atau masukin aja ke kantor polisi!" Jihan geram.
"Tenang, Sulthan malam ini nginap di kantor polisi," jawab Arsen.
Sulthan dilaporkan ke kantor polisi karena sudah menculik dan melakukan kekerasan kepada Jihan.
...----------------...
Mereka semua akhirnya pulang ke villa. Jihan duduk di ruang tamu. Jihan memikirkan cara balas dendam kepada Sulthan. Arsen, Erwin dan Alan menyiapkan makan malam. Mereka beli bakso dan mie ayam di pinggir jalan.
Jihan sengaja tidak memberitahu Arsen, Alan dan Erwin bahwa Jihan telah mengingat semuanya. Jihan juga masih merahasiakan kejadian di rumah sakit.
"Kak Erwin, aku mau belajar bela diri," Jihan tiba-tiba.
"Uhuk, uhuk," Erwin menyembur kuah mie ayam ke tangan Arsen.
"Ih jorok," Arsen membersihkan tangannya dengan tisu.
"Kak Alan, aku butuh pekerjaan," Jihan menghabiskan baksonya.
"Kerja di tempatku jadi sekretaris, mau?" Arsen menawarkan.
"Hmmm, sebentar Bu Mira telepon," Jihan sedikit menjauh.
Erwin membersihkan bekas makan malam mereka. Arsen membantu cuci peralatan makan. Alan duduk di samping Jihan yang masih bicara dengan Bu Mira di telepon. Alan melebarkan kelopak matanya.
"Sulthan bebas?" Alan bertanya setelah Jihan mengakhiri teleponnya.
"Iya, ada yang memberikan jaminan, malam ini juga mereka kembali ke kota," jawab Jihan.
"Kaka yakin, ini pasti ada campur tangan si janda kaya," Alan mengepalkan kedua tangannya.
🌑 Tiga bulan kemudian.
Sulthan dan Leena melangsungkan resepsi pernikahan mereka di hotel berbintang lima. Acara begitu megah dan mewah. Dihadiri orang-orang penting dalam dunia bisnis. Beberapa selebriti juga terlihat di acara mereka. Makanan yang disajikan pun berlimpah ruah.
Sulthan akhirnya mewujudkan impiannya. Mempunyai istri dari keluarga kaya raya. Di pernikahannya kali ini, keluarga besar Sulthan datang memberikan restu. Keluarga Sulthan juga menjalankan bisnis berkat bantuan Leena.
Dan di antara tamu undangan, ada seseorang yang menjadi perhatian Leena, Sulthan dan keluarga besarnya. Seorang wanita tinggi, langsing dengan gaun strapless berwarna gold yang anggun. Gaunnya diberi sentuhan beads putih yang menambah kesan mewah dan elegan.
Jihan tampil sangat cantik. Jihan berpasangan dengan Arsen yang memakai tuxedo hitam. Mereka pasangan yang serasi. Mamanya Sulthan yang melihat Jihan, langsung menghampirinya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Faida.
"Maaf Ibu siapa?" Jihan dengan sopan bertanya.
"Saya Mamanya Sulthan," jawabnya ketus.
Jihan menundukkan sedikit badan dan mengulurkan tangan untuk salim. Memang kebiasaan di keluarga Jihan harus menghormati orang yang lebih tua. Jihan meraih punggung tangan Faida dan menciumnya. Faida dengan cepat menarik tangannya. Jihan tersentak.
"Apa kamu ingin membuat kekacauan di sini?" Faida sedikit berbisik.
"Saya datang sebagai tamu undangan," jawab Jihan.
"Tidak ada yang mengundangmu. Cepat tinggalkan tempat ini!" usir Faida.
"Maaf Bu, Jihan datang bersama saya. Ada masalah apa?" Arsen berdiri di samping Jihan.
"Apa kamu tau? Dia ini mantan istri Sulthan. Sebagai seorang mantan, ngapain coba hadir di sini? Apa ingin menghancurkan pernikahan Sulthan?"
"Maaf Bu, saya pastikan tidak akan terjadi apa-apa. Saya sudah mengikhlaskan Sulthan. Kami di sini karena undangan," jawab Jihan.
Leena yang tadinya berbaur dengan tamu undangan, kini menghampiri mertuanya dan Jihan. Leena menatap Arsen. Dalam hatinya bertanya ada hubungan apa antara Jihan dan Arsen. Leena mengenal Arsenio Akbar. Dia adalah anak dari salah satu teman Ayahnya.
"Maaf, ada apa Bu?" Leena memegang lengan Faida.
"Nak Leena, ini adalah mantan istrinya Sulthan. Apa ada yang mengundangnya? Ibu tidak mau dia di sini mengacaukan pernikahan kalian. Ibu yakin dia sakit hati setelah diceraikan Sulthan dan melihat Sulthan menikah lagi," jawab Faida.
"Maaf Arsen, pasanganmu tidak diterima di pesta ini. Hanya tamu VIP yang diperbolehkan masuk. Apakah kamu Jihan mempunyai undangan?" Leena memandang rendah Jihan.
Leena di dalam hati sebenarnya iri melihat perubahan dari Jihan. Gaun yang dipakai Jihan dirancang oleh designer ternama yang Leena sendiri pun tidak mungkin mendapatkannya. Tentu saja karena Arsen yang memberikan Jihan gaun, dia kan hanya wanita miskin, ejek Leena dalam hati.
Jihan mengambil kartu hitam dengan tulisan VVIP di dalam tasnya.
"Dari mana kamu dapatkan kartu ini? Kamu nyuri!" Leena menaikkan nada bicaranya.
"Leena apa maksudnya?" Arsen merebut kartu itu dari tangan Leena.
Semua perhatian tamu undangan mengarah kepada mereka. Sulthan yang sedari tadi menahan keingintahuannya akhirnya berdiri di samping Leena.
"Sayang ada apa?" Sulthan memandangi Jihan dan juga Arsen.
"Suamiku. Dia ke sini ingin menghancurkan pernikahan kita. Dia sengaja mencuri undangan demi masuk ke pesta kita," ujar Leena.
"Kami hadir hanya sebagai tamu di sini. Tidak ada niat untuk membuat kacau pesta kalian. Baiklah jika kehadiran kami tidak kalian harapkan. Permisi," Arsen menarik tangan Jihan.
"Tunggu! Sekuriti tolong geledah tas wanita itu!" Leena memberikan perintah.
Arsen melindungi Jihan. Arsen menghalangi sekuriti yang ingin mengambil paksa tas Jihan. Arsen ditarik paksa oleh dua orang sekuriti agar menjauh dari Jihan. Salah seorang sekuriti berhasil merebut tas Jihan dan memberikannya kepada Leena.
Leena dengan cepat melepas gelang yang ada di tangan kanannya dan menyelipkannya ke dalam tas Jihan. Leena menyuruh sekuriti untuk tidak melepaskan Jihan. Tangan Jihan dipegangi dua orang sekuriti.
"Maaf para undangan yang terhormat atas ketidaknyamanan ini," Leena maju ke tengah-tengah sambil membungkukkan sedikit badannya.
"Wanita ini masuk tanpa undangan. Dan dia mencuri undangan tamu lain. Tujuannya untuk mengacaukan pesta pernikahan kami."
Sontak semua tamu undangan riuh. Mereka menatap sinis ke arah Jihan. Jihan membela dirinya.
Leena menyuruh Sulthan untuk memeriksa isi tas Jihan. Sulthan membuka isi tas Jihan dan menaruhnya di atas meja makan. Dan Sulthan menemukan gelang yang dia hadiahkan untuk Leena ada di dalam tas Jihan.
"Apa ini?" Sulthan mengangkat gelang itu tinggi-tinggi.
"Mengapa gelang itu ada dalam tasku?" tanya Jihan.
"Ini gelangku! Dasar pencuri! Tangkap dia!" Leena menunjuk Jihan.
"Kalian memfitnahnya!" teriak Arsen.
"Aku tidak mengambilnya!" Jihan berusaha melepaskan diri.
"Kurang ajar!" Sulthan mendekati Jihan.
PLAK!
PLAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...