Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 25
Di kos miliknya, Senja merasa gelisah. Dia tidak menyangka bahwa dia akan kembali bertemu dengan Hazel di kota ini. Menurutnya, ini adalah tempat terjauh yang dia pilih untuk meninggalkan masa remajanya yang penuh kontra.
"Yaaah. Aku hanya perlu menghindarinya di kantor. Toh dia juga tidak akan tahu kalau aku bekerja di perusahaan itu jika aku tidak bertemu dengannya." Senja berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.
.
.
Sudah 1 bulan Senja bekerja di perusahaan tersebut. Dia menjalani hari- harinya selama di kantor dengan baik. Berkat teman- teman divisinya, dia mulai terbiasa dan mengerti dengan tugas- tugasnya. Selama 1 bulan itu pun dia tidak pernah bertemu secara langsung dengan Hazel. Dia benar, dia hanya perlu menghindari Hazel.
Seperti biasa, pagi ini Senja mengendarai sepeda motornya menuju ke kantor. Dia baru saja tiba dan langsung menuju ke ruangannya. Dia sedikit terkejut karena teman- teman divisinya terlihat sedang berkumpul dan membahas sesuatu.
"Ka Bintang. Ada apa ya?" Tanya Bintang sembari berbisik.
"Oh. Kamu udah datang? Ini loh. Pak Ruben katanya ngga masuk hari ini, karena sakit magnya kambuh. Sedangkan hari ini beliau harus nemenin Direktur buat berkunjung ke Kota X buat pantau proyek baru. Semua lagi bingung banget nih. Bisa- bisa kita semua dimarahin. Apalagi ini kan proyek pengajuan kita. Aahhh kenapa jadi gini sih." Bintang menjelaskan keadaan yang sedang terjadi dengan sedikit panik.
"Gitu ya. Kasihan Pak Ruben." Senja bersimpati.
"Senja." Ibu Dinda tiba- tiba memanggil ketika melihat Senja.
"Iya Bu?"
"Gimana kalo kamu aja yang gantiin Pak Ruben? Kita semua di sini udah ada yang harus kita handle dan ngga bisa dibatalin hari ini. Kamu kan hari ini hanya nemenin Bintang peninjauan ke pasar market. Itu bisa deh Bintang urus sendiri." Ibu Dinda memberi ide.
"Saya? Ta.. Tapi kan saya baru aja sebulan kerja di sini. Saya juga masih belum ngerti apa-apa." Senja menolak.
"Benar Senja, sekarang cuma kamu yang bisa nolongin divisi kita. Hitung- hitung kamu ngembangin pengetahuan kerja kamu. Please yah? " Bintang ikut memohon.
"Ta.. Tapi.."
"Lo ngga harus ngapa-ngapain kok. Lo cukup nemenin aja. Ada Pak Roni yang bakal backing semua. Tapi dari divisi kita selaku pengaju proyek harus ada yang ikut serta." Alex menambahkan. Memperjelas agar Senja tidak terlalu tegang dan merasa takut.
"Ini bukan tentang takut atau tidak. Ini karena, aku akan bertemu dengan laki-laki itu. Apa ini sudah saatnya kami akhirnya saling bertemu? Aku ingin menolak. Tapi aku tidak bisa egois. Ka Bintang benar, aku harus ambil kesempatan ini biar tambah berkembang." Senja menggalau dalam hati.
"Baiklah. Saya mau." Senja akhirnya setuju.
"Yesss... Huuuhhh akhirnya kita selamat. Gue ngga bisa bayangin gimana murkanya direktur kalo kita ngga bisa tanganin ini." Alex lega.
"Ya udah. Ini berkas-berkasnya. Kamu temui Pak Roni sekarang." Bintang memberi beberapa dokumen pada Senja.
Senja pasrah. Dia tidak punya pilihan untuk menolak. Bagaimanapun, dia harus bertahan.
"Ayo Senja. Kita segera temui Pak Hazel." Ajak Pak Roni setelah mereka berdiskusi sejenak.
" Baik Pak." Senja menyetujui dan mengikuti langkah Pak Roni dari belakang.
"Ngga apa-apa Senja. Ini sudah 6 tahun berlalu, dia juga pasti sudah tidak lagi mengenalmu. Dia tidak akan lagi mengingat tentangmu. Kamu harus bertahan. Mari lakukan secara profesional." Senja menguatkan dirinya.
Mereka tiba di depan ruangan Hazel. Setelah mendapat ijin dari sekertaris Hazel, mereka mengetuk pintu. Senja mengatur napas agar tidak terlalu tegang.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk" Sebuah suara memerintah dari dalam ruangan.
Pak Roni mendorong pintu dan masuk, disusul Senja.
Hazel melihat mereka masuk. Wajahnya tenang bahkan dia tidak menunjukan ekspresi yang berarti. Bahkan Senja yang kini berdiri di hadapannya tidak membuatnya bergeming. Senjalah yang terlihat tegang.
"Pagi Pak. Kami yang akan menemani Pak Hazel memantau proyek di Kota X." Pak Roni menjelaskan.
"Oh ya. Baik. Sepertinya kita sudah harus berangkat." Hazel beranjak dari tempat duduknya dan kemudian berjalan melewati Senja begitu saja.
"Dia tidak mengenalku? Atau dia berpura-pura tidak mengenalku? Bodoh kamu Senja. Apa yang kamu takutkan dan kamu harapkan? Tentu saja dia telah berubah. Dia bukan lagi Hazel cinta pertamamu." Senja mengutuk dirinya dalam hati.
Mereka melangkah menuju sebuah lift. Suasana terasa menegangkan. Baik Senja dan Hazel, sama-sama tidak saling menyapa dan bahkan saling melihat.
"Sial. Mengapa hatiku berdebar seperti ini? Aku kira ini akan hilang seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata aku salah besar. Kehadiran bahkan keberadaannya kini membuatku benar-benar menyadari bahwa aku belum bisa melupakannya. Ya. Aku masih mencintainya." Senja berdecak kesal dalam hati.
"Senja. Kamu bareng mobilnya Pak Hazel ya. Soalnya saya sama tim lain pake mobil lain." Ujar Pak Roni.
"Ba.. Baik Pak." Senja terbata- bata.
Dengan sangat terpaksa, Senja akhirnya semobil dengan Hazel dan sekretarisnya. Untungnya dia duduk di samping sopir sehingga membuatnya lebih merasa lega.
"Kiran. Setelah ini saya ingin mengajakmu ke club. Luangkan waktumu untuk menemani saya." Ucap Hazel pada Kiran sang sekretaris.
"Waaah . Oke Pak. Siap." Kiran kegirangan.
"Kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?" Hazel kembali mengucap.
"Hehehehe. Saya tahu betul apa kesukaan Bapak." Jawab Kiran genit.
Senja yang berada di depan hanya terdiam mendengar percakapan tersebut.
"Cih. Dasar. Yaaa. Aku tidak heran jika dia sekarang seperti ini. Tampangnya yang seperti ini tidak mungkin tidak disukai oleh para perempuan." Senja bergumam dalam hati sebal.
Kegiatan hari ini dapat berjalan dengan baik. Walaupun Senja sedikit kesulitan karena dia memang baru belajar. Namun, hal tersebut dapat dia atasi dengan baik.
"Aku harap dia terus melakukan ini. Aku tidak apa-apa. Aku senang bisa melihatnya lagi. Walaupun dia banyak berubah. Aku bersyukur aku dapat melihatnya lagi. Mari kubur lagi dalam-dalam rasa ini Senja. Biarkan dia lebur, dan hilang beterbangan bersama serpihan kisah kelam masa lalu." Gumam Senja sembari menutup mata.
.
.
"Senjaaaaa." Hazel mengucap nama Senja pelan dari mulutnya.
Suara musik yang berdentuman keras serta suara ribut di dalam club tidak membuat Hazel terlena. Pikirannya terus bergelut dengan sosok Senja yang tadi ditemuinya.
"Gue balik ya." Ucap Hazel pada salah seorang temannya.
"Eh mau kemana lo? Ini baru jam 11. Ngga asik banget sih lo." Ujar Boy. Salah satu teman Hazel.
"Gue titip dia. " Jawab Hazel sembari menunjuk ke arah Kiran yang sudah mulai fly dan beranjak pergi.
.
.
Mobil Hazel membelah jalanan Kota tersebut. Dengan sedikit pengaruh alkohol, Hazel mengendarai mobilnya pelan.
"Akhirnya kita bertemu lagi Senjaku. Ahhhh sial. Kenapa kamu semakin cantik. Apa kamu tahu betapa bahagianya aku saat melihatmu hari ini? Setelah 6 tahun usahaku untuk berada di dekatmu bisa tercapai, aku tidak akan lagi membiarkanmu pergi. Senang rasanya melihat kamu dalam keadaan baik-baik saja. Maaf. Aku terlalu malu untuk menyapamu lagi." Hazel bergumam dalam hati.
Seperti Senja, Hazel bahkan lebih bahagia dapat bertemu kembali dengan Senja. Dia berhasil menutup perasaannya dengan baik. Berpura- pura mengabaikan Senja yang sangat dirindukannya setelah 6 tahun berlalu.
.
.
BERSAMBUNG...