Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Tahun Kembali Berlalu
Naura menjalankan harinya dengan baik, pekerjaannya juga berjalan dengan baik. Bahkan anak-anaknya terlihat lebih bahagia.
Sekarang umur Alan dan Alana sudah bertambah satu tahun lagi. Ia semakin pintar dan selalu membuat Naura bahagia
Malam ini Singapura di turuni hujan yang lebat. Setelah satu tahun bekerja. Naura memutuskan untuk menyewa apartemen sendiri. Apartemennya hanya terletak di samping apartemen Nada. Nada tidak mempermasalah kan apa yang di inginkan sahabatnya.
Dari lantai enam belas, Naura dan anaknya menikmati susu cokelat hangat. Sedangkan Hana pergi menemani Nada berbelanja keperluan rumah tangga
"Bagaimana sekolah kalian?" Tanya Naura sembari menatap lampu yang menghiasi ibu kota
"Menyenangkan ma" Jawab Alan
Lana meletakkan gelasnya lalu menghela nafas beberapa saat
"Lana sendiri bagaimana?"
"Menyenangkan juga ma. Hanya saja-" Ia menghentikan ucapannya
"Hanya saja apa sayang? Cerita dong sama Mama"
Alana tersenyum kemudian "Menurut mama? Kalau kita rindu seseorang bagaimana?"
"Itu hal yang wajar sayang, Lana rindu siapa? Mau mama antar menemuinya?"
"Om Ardan" Ucap Lana
Naura menghela nafas, ia tersenyum kecil. "Lana ingat tantenya Tya"
Alana mengangguk
"Mama tidak menyalahkan Lana merindukannya, tetapi Om Ardan sudah punya Tante Bilqis, kalau kita datang menemuinya, kita hanya membuat om Ardan menjadi bimbang"
"Iya Lana, apa yang di katakan Mama benar, terakhir kita bertemu, om Ardan dan tante Bilqis berantem bukan?" Sela Alan
"Alan tidak rindu Papa?" Tanya Lana
Alan tersenyum "Rindu juga Lana, tetapi hanya sekedar rindu, tidak ada keinginan untuk merebutnya dari orang lain"
"Iya Lana juga begitu, sesekali ia datang di mimpi Lana. Om Ardan kesepian" Ucapnya
"Ma apa Mama tidak mencintai Papa? Kata guru Lana, kami ada di dunia ini karena rasa cinta dari kedua orang tua kalian"
Naura mengedarkan pandangannya ke luar jendela "Nanti Mama akan ceritakan suatu hari nanti"
Naura memeluk kedua anaknya. Ada rasa kekhawatiran yang membelenggu di hati.
...----------------...
Tidak begitu dengan Ardan, ia menjalani harinya penuh keluh kesah. Di keramain ia kesepian, Ardan kesepian. Setiap hari ia mengunjungi rumah yang pernah di tempati Naura. Ardan telah membeli rumah tersebut. Ia berharap Naura akan pulang kesini lagi.
Harapan demi harapan seakan pupus di telan waktu. Dua tahun sudah di lewatkan. Naura dan anak-anaknya belum kembali juga. Orang-orang sudah banyak yang berubah dalam hidupnya. Andin, adik Ardan sudah menikah. Bilqis juga sudah memantapkan hati kepada pilihan orang tuanya, kini ia juga sudah menikah. Begitu juga Bastian sekarang sudah memiliki kekasih
Hanya tinggal Ardan, berjalan di kesunyian. Selalu memohon kepada Tuhan. Untuk mengembalikan anak dan istrinya.
Keesokan harinya Ardan ada perjalanan keluar kota. Ia bersama Bastian pagi-pagi sekali sudah berangkat.
Saat tiba di luar kota, mereka memilih mengisi perut di kafe area bandara.
Tanpa sengaja, Ardan bertemu Kevin. Ia terlihat bersama seorang asistennya. Ardan menyapanya terlebih dahulu
"Apa kabar?" Tanya Ardan, dan memilih duduk di bangku yang sama
Kevin terkejut, kenapa laki-laki itu menemuinya
"Aku baru mendarat, karena ada beberapa pekerjaan disini" Ucap Ardan melihat Kevin kebingungan
"Oh, saya juga ada pekerjaan disini"
Ardan to the point "Kau tau Naura ada dimana?"
Kevin meletakkan sendok di piring, lalu memainkan gelas yang berisi air
"Setelah aku menikah, aku tidak tau lagi kabar Naura. Dia juga menghilang dari hidupku"
"Kenapa? Bukankah kalian sangat dekat?"
Kevin mengangguk
"Lalu apa yang terjadi?" Sela Bastian
"Aku menyakitinya" Ucap Kevin
"Apa maksudmu? Apa dia menyatakan perasaannya kepada mu?" Tanya Ardan sembari menebak
"Aku tau dia menyukai kau"
Kevin menatap Ardan "Hmm, saat dia tau aku akan menikah, dia ingin menghilang"
"Kau tidak mencegahnya?"
"Sudah aku lakukan, kau tau Naura keras kepala dan dia juga berhak atas hidupnya sendiri, setelah hari itu aku kehilangan semua kontaknya"
"Jadi kau penyebab dia pergi"
"Tidak sepenuhnya, Naura. Juga tidak ingin membuat kau bimbang, Naura tidak ingin kau membatalkan pernikahan dengan kekasih mu, Naura tidak ingin menyakiti kekasih mu"
Ardan tersenyum getir.
...----------------...
Beberapa bulan belakang ini, Alana sering masuk rumah sakit. Naura pikir anaknya hanya demam biasa.
Setelah mengetahui hasil ronsen, Naura di buat menangis ketakutan. Alana di nyatakan terkena kanker sum-sum tulang belakang.
Satu-satunya cara untuk menyembuhkan nya, mencari pendonor yang cocok. Di rumah sakit tempat Alana di rawat tidak satu pun ada yang cocok dengan pendonor nya. Naura, Hana dan Nada, juga ikut serta. Tetapi hasilnya masih nihil.
Keuangan Naura mulai menipis, bahkan Nada juga ikut andil dalam membiayai pengobatan. Setiap hari Naura menangis ketika anaknya kesakitan.
"Aku sudah mengunjungi beberapa rumah sakit, tetapi tidak ada yang cocok, Naura" Ucap Nada memeluk sahabatnya
"Kenapa harus anakku Nad, kenapa tidak aku saja?"
"Naura jika kau sakit, bagaimana Alan dan Alana, dia hanya punya kau seorang. Jangan berpikir sempit, Lana pasti menemukan pendonor yang cocok"
Doa-doa kian melangit, harapan selalu di gantungkan. Tapi entah kemana pergi doa itu. Tiga tahun sudah di lewatkan Naura. Dan sudah satu tahun anaknya masih menanggung sakit.
Pada akhirnya Naura memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Berharap disana ada pendonor yang cocok untuk anaknya. Naura tidak pulang sendiri, ia di temani oleh Nada.
Saat tiba di indonesia, Naura dan Nada tidak berhenti mengunjungi rumah sakit untuk mencari pendonor yang cocok. Naura tinggal di rumah Nada, rumah itu sudah lama kosong.
"Jika kau tinggal disini, kau tidak butuh biaya sewa" Ucap Nada
"Terimakasih Nad"
"Aku tau, Lana pasti sembuh. Kita sudah berusaha kesana kemari, Tuhan tidak mungkin membiarkan kita begini" Ucap Nada menyemangati sahabatnya, Naura mengangguk sembari menampakkan senyumannya
Siangnya Naura hanya pergi keluar sebentar tiba-tiba ia mendapatkan telepon dari Hana. Bahwa Alana kembali di bawa ke rumah sakit.
Naura melangkahkan kaki lebar-lebar, ia kemudian berlari menyusuri lorong rumah sakit. Hingga ia sampai di sebuah ruangan, Naura berdiri di ambang pintu. Rasa keterkejutan yang ia terima, perlahan Naura melangkah. Air matanya tumpah dengan rasa sakit melihat anaknya kembali di rawat
Naura menepis air matanya "Dok apa sudah ada pendonor yang cocok?"
"Belum Naura"
Naura kembali menangis, apa yang salah dengan anaknya. Dari semua anak di dunia ini, kenapa harus anaknya yang merasakan itu. Hana menenangkan Naura, sedangkan Alan di jaga oleh Nada.
Keesokan harinya, Naura tidak berhenti mendatangi rumah sakit yang lain. Naura berjalan seorang diri. Kemana lagi ia harus mencari. Langit berawan di atas sana semakin pekat, tiba-tiba hujan turun bersamaan. Naura berlari ke sebuah bangunan kosong. Hujannya semakin deras, Naura menghela nafas berulang kali.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌