Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Beberapa hari ini Rendi dibuat kelimpungan karena kepergian Riana yang tiba-tiba, Byan yang terus saja menangis, rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah, membuat Rendi tak bisa beristirahat dengan tenang.
"Mamamu emang bener-bener keterlaluan, dia meninggalkan anak dan rumah seperti ini, sementara dia enak-enakan diluar sana, coba dia bilang sebulan sebelum pergi, mungkin Papa akan pusing seperti ini, dia kira nyari pembantu dan baby sister itu mudah apa" Rendi berkata sambil menendang beberapa mainan Byan yang berserakan.
"Udah tau Papa gak suka liat rumah berantakan, dengan seenaknya saja dia pergi, memangnya gak bisa diam aja dirumah meski tau sesuatu" Rendi membaringkan tubuhnya tubuhnya disamping Byan yang kini tengah makan buah.
Tubuhnya sudah lelah dikantor dan kini harus direpotkan dengan mengurus anak dan juga rumah.
Sejak kemari Rendi sudah menghubungi sebuah yayasan yang menjadi penyalur ART dan baby sister, namun sampai saat ini belum ada yang menghubunginya.
Saat tengah berbaring tiba-tiba saja ponsel Rendi bedering, ia segera menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan itu.
"Iya Han" ucap Rendi malas.
"Aku gak bisa, aku sibuk, aku lagi jagain Byan, aku gak mungkin ninggalin dia sendiri"
"Aku gak bisa terus-terusan nitipin bunga sama Mama karena dia akan curiga"
"Iya.. aku juga kangen tapi ya mau gimana lagi"
Jihan menutup panggilan karena kesal, sedangkan Rendi juga ikutan kesal karena gak bisa berbuat apapun, baru saja beberapa hari ia ditinggal Riana, Rendi sudah ingin menyeretnya untuk segera pulang, namun harga diri Rendi dengan keras menolaknya.
Lagi pula ia sudah bosan melihat Riana, hanya saja Ibunya sangat menyayangi dia, dan ia juga masih membutuhkannya untuk mengurus Byan.
***
Keesokan harinya Rendi sudah sibuk didapur, membuat sarapan untuk putrinya Byan yang kini terus merengek minta makan.
Ia bahkan belum sempat mandi karena bangun kesiangan akibat kelelahan, dan sekarang Byan terus merengek membuatnya kepalanya terasa mau meledak saat itu juga.
"Riana.. ini semua gara-gara kamu, aku mengutukmu menjadi Nenek sihir yang tua dan menyeramkan.. sshhh aw..!!" Rendi merintih saat terkena minyak panas saat menggoreng telur ceplok untuk Byan.
"Papa!!" Rengek Byan.
"Iya sayang, sabar ya" jawab Rendi.
Rendi segera melangkah menuju pintu setelah mendengar suara bel berbunyi.
"Sebentar ya sayang, Papa buka pintu dulu" ucap Rendi pada Byan.
"Mama!!" Rendi berkata sesaat setelah membuka pintu.
"Kamu gak mau nyuruh Mama masuk?"
"Oh iya, Ma ayo masuk" jawab Rendi gugup.
Namun baru saja beberapa langkah, Bu Ajeng sudah dikejutkan dengan keadaan rumah yang sudah seperti kapal pecah.
"Kamu berantem sama Riana?" Teriak Bu Ajeng.
"Nggak ko Ma." kilah Rendi.
"Terus dimana Riana sekarang? Kenapa rumah bisa berantakan kaya kapal pecah begini?" Bu Ajeng mulai curiga, karena selama Riana menjadi menantunya tak pernah ia melihat rumah seberantakan ini.
Bu Ajeng semakin curiga saat melihat menu sarapan Byan.
"Sarapan macam apa ini? Siapa yang masak ini?"
"Aku Ma, soalnya aku cuma bisa masak itu" jawab Rendi.
"Lalu dimana Riana? Kenapa dia gak masak dan beres-beres rumah?" Bu Ajeng berkacak pinggang.
"Riana kerja Ma." jawab Rendi asal.
"Kerja? Apa kamu sebagai suami gak mampu untuk menafkahi Riana?" Dahi Bu Ajeng berkerut.
"Bukan gitu Ma, Riana bilang dia jenuh dirumah terus, dia bilang mau cari suasana baru dengan bekerja." jawab Rendi bohong.
"Terus kamu mengijinkan dia kerja? Dimana harga dirimu sebagai lelaki? Karena sejatinya tempat ternyaman seorang istri itu dirumah, dia gak akan keluar rumah kalau merasa nyaman dirumahnya, atau jangan-jangan kamu yang udah bikin mantu Mama gak betah dirumah?"
"Ma.. Riana itu jenuh terus tinggal dirumah, jadi biarin aja kalau dia mau kerja" Jawab Rendi dengan entengnya.
"Kalau sampai istrimu tergoda dengan pria lain baru tau rasa kamu"
"Memangnya siapa yang mau sama wanita yang udah mirip karung beras gitu? Mama gak usah halu deh" detik itu juga Rendi tertawa terbahak-bahak.
"Nah ini nih pasti salah satu penyebab istrimu gak betah dirumah, kamu pasti sering menghinanya, jadi Riana memutuskan untuk berkerja, kamu dengerin Mama baik-baik ya!! Wanita itu kalau sudah bertekad ia bahkan bisa menghidupkan buaya yang sudah mati sekalipun. Kalau Riana sudah berubah kamu pasti akan sangat menyesal karena sudah menyebutnya karung beras"
"Papamu juga dulu pernah selingkuh saat Mama masih belum bisa merawat diri, setelah Mama berubah cantik dia terus ngejar-ngejar Mama setengah mati dan minta balikan lagi, tapi Mama gak sudi kalau harus kembali sama tukang selingkuh" rupanya bakat Rendi berselingkuh diturunkan dari Papanya.
Saat Bu Ajeng tengah asyik bercerita tiba-tiba saja terdengar suara bel pintu berbunyi.
Rendi segera melangkah kearah pintu, dan betapa terkejutnya Rendi saat ternyata yang datang adalah Jihan yang kini sudah siap memeluknya.
Namun niatnya urung saat Bu Ajeng menatap tajam dibelakang Rendi.
"Siapa kamu?" Tanya Bu Ajeng ketus.
"Saya sekertarisnya Mas Rendi Bu" Jawab Jihan seraya mengulurkan tangan.
"Mana ada sekertaris yang memanggil atasannya dengan sebutan Mas?" Dengan cepat Bu Ajeng menepis tangan Jihan.
Jihan menelah ludahnya beberapa kali, ia baru tau ternyata Ibunya Rendi sangat menyeramkan.
"Jihan, kamu udah bawa berkas yang saya minta kan?" Rendi memberi kode dengan berdeham.
"Iya sudah Pak, berkasnya ada dimobil" jawab Jihan dengan gugup lalu segera melangkah menuju mobil dan kembali beberapa saat kemudian.
"Ini berkasnya Pak" Jihan menyodorkan sebuah map berwarna merah.
Setelah menerima berkasnya Rendi kembali memberi kode agar Jihan segera pergi dari tempat ini karena situasi sedang tidak aman.
"Kalau gitu saya permisi dulu Pak, Bu" ucap Jihan seraya membungkukan badan.
Rendi yang hendak kembali masuk langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar suara Mamanya.
"Tunggu!!" Suara Bu Ajeng menghentikan langkah Jihan.
"Kamu tau? Saya bahkan bisa mencium bau pelakor meski dari jauh, kamu wanita yang sangat cantik, jadi saya harap kamu gak berniat jadi pelakor dan merusak rumah tangga orang lain, apalagi rumah tangga anak saya"
"Saya bukan pelakor Bu, saya wanita baik-baik" jawab Jihan gugup.
"Syukurlah" Bu Ajeng mengusap lembut rambut panjang Jihan. "Kamu tau? Papanya Rendi juga dulu pernah berselingkuh, kamu tau apa yang saya lakukan pada selingkuhannya?" Jihan menggeleng lirih "Saya menyiram wajahnya dengan air keras hingga wajahnya hancur" Bu Ajeng berbisik ditelinga Jihan.
"Dan saya akan melakukan hal yang sama pada wanita yang merusak rumah tangga anakku dan menantu kesayanganku" Bu Ajeng menarik sudut bibirnya setelah menjauhkan wajahnya dari telinga Jihan.
Tubuh Jihan seketika bergetar hebat sambil terus meraba wajahnya, ia membayangkan jika Bu Ajeng akan melakukan hal sama pada dirinya jika tau kalau dirinya adalah selingkuhan Rendi, Jihan perlahan mulai melangkah mundur dan hampir saja terjatuh saat menginjak unjung anak tangga.
"Kamu tenang saja, gak usah sampai gugup seperti itu, saya tau kamu wanita baik-baik" ucap Bu Ajeng saat berhasil meraih tangan Jihan.
*****
*****
coba penulis dan pembaca siapa yg pingin pasangan Jihan Rendi bahagia?
aku sih terserah saja
tapi kalo dikampung kami pasangan pelakor oenghianat itu kita minta baik-baik untuk meninggalkan kampung demi kebaikan warga dan kebaikan pelaku zina tsb
kalo bahagia itu kan tergantung usaha
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur