Karena terlilit hutang, seorang karyawan rela menyerahkan istrinya sendiri sebagai jaminan pada seorang boss perusahaan demi mendapatkan pinjaman yang jauh lebih besar.
Usia pernikahan Lukas yang menginjak pada angka 7tahun namun tak juga dikaruniai seorang keturunan, membuat lelaki itu perlahan membenci Seruni sang istri! alasan itu pula yang membuat Lukas tega berkhianat dan membuang Seruni di kediaman Panca sebagai asisten rumah tangga.
Ketulusan serta kebaikan Panca yang begitu mencolok di awal pertemuan, akhirnya membuat Seruni terbuai, wanita itu bahkan bersedia menikah dengan Panca setelah bercerai dari Lukas demi bisa membahagiakan Nyonya Arini!
Namun siapa sangka? mental Panca yang berantakan justru membuat Seruni harus kembali jatuh bangun menjalani hubungan rumah tangga barunya.
Akankah Seruni mampu mengendalikan sang majikan dan membebaskan Panca dari bayangan trauma masa lalunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Lekat Si Wanita Asing.
Ada apa denganku? kenapa jadi seperti ini? apa benar itu dia? tapi-, apa diriku terlalu cepat menyimpulkan? haruskah diriku mencari tahu perihal masa lalu Seruni? apa itu tidak berlebihan?
Hanan seketika membanting stir kendaraan dan melaju dengan kecepatan yang jauh lebih kencang, pikiran nya melayang!! layar ponsel yang terus menyala serta bergetar bahkan sengaja ia abaikan karena rasa kesal yang masih sulit dia artikan.
Tak lebih dari 15 menit,
Palisade berwarna hitam milik Hanan akhirnya berhenti di sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, pria itu membanting pintu kendaraan serta melangkah gontai sembari menenteng tas kerjanya menuju pintu utama.
"Selamat malam ibu," Hanan berucap santun nan lembut saat mendapati sosok wanita yang menyambutnya dengan hangat.
"Kau sudah kembali Nak??"
"Begitulah!!" senyum palsu pun terlampir dengan paksa di paras Hanan.
"Ibu telah menyiapkan makan malam! bersihkan dirimu dan segera lah menuju meja makan. Ibu akan menunggumu, Nak!"
Belaian lembut dari telapak tangan sang ibu nampak membuat Hanan mengangguk, perlahan ia memutar tubuh dan kembali melanjutkan langkah menuju ruangan pribadi nya.
Apa Akhil akan mempermainkan wanita itu? atau trauma nya telah benar-benar pulih? dia membuka hati untuk Seruni karena kasihan atau justru ia ingin menjadikan Seruni sebagi tameng luka batin dalam hatinya?
"Kenapa pikiran ku jadi rumit seperti ini? untuk apa aku memikirkan ini semua??"
Hanan bergumam seorang diri setelah ia meletakkan tas kerja di meja, pria itu juga nampak melempar tubuh di atas ranjang dengan sepatu yang masih melekat pada kedua kaki.
****
Kenapa dia tak kunjung menjawab panggilan ku? apa Hanan marah? rasanya tidak mungkin!
Panca seketika mengantongi ponsel miliknya ke dalam saku celana,
"Apa Hanan kemari??"
"Apa benar demikian??" Seruni menghentikan pergerakan tubuh dan menatap Panca dengan kening berkerut.
"Jadi kau tak menemuinya sayang??" Panca turut menatap serius ke arah Seruni meski kedua tangannya nampak sibuk memainkan sendok juga garpu.
"Tidak, Tuan-, saya hampir tak beranjak dari halaman taman baru kita sejak pukul 15.00 tadi sore,"
"Astaga!! jadi kau bermain tanah dari tadi siang??"
"Pukul 15.00 itu sudah memasuki waktu sore hari, Tuan Panca!!"
Perkataan Seruni akhirnya membuat Panca menarik paksa sang wanita hingga Seruni terhuyung dan beradu hidung dengan dirinya.
"Katakan sekali lagi!!"
"A-apa??"
"Bukankah sudah kukatakan?? jangan pernah memanggilku dengan sebutan Tuan!! apa kau lupa akan hal itu, honey??"
Dia? pria asing ini? bisakah aku mempercayai nya??
Posisi wajah Panca yang tak lagi berjarak dengan hidungnya seketika membuat Seruni mendorong perlahan pundak sang majikan.
"Maaf-, saya akan segera menyiapkan air hangat untuk mu, Tuan-,"
"Runi!!! apa kau tak mendengar ku??"
"Saya-,"
"Kita akan segera menikah!! jadi aku tak ingin kau terus-menerus memanggilku dengan sebutan yang baru saja kau ucapkan!!!"
Rahang Panca menegang, raut wajahnya kian serius dihadapan wanita yang kini tertunduk hening dihadapannya.
Haruskah aku benar-benar menikah dengan Tuan Panca? tapi bagaimana dengan surat perjanjian hutang piutang yang telah ku tandatangani sebelumnya jika aku tak menepati surat itu?
"Selamat malam wahai para cucuku!!"
Nyonya Arini tampak muncul dengan beberapa paper bag ditangan kanan juga kiri, membuat wanita itu tampak kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
"Biar saya saja nek!" Seruni tersenyum sebelum akhirnya mengambil alih paper bag dari tangan sang wanita tua.
"Oh terima kasih, Runi!"
"Dimana saya harus meletakkan ini semua nenek?"
"Tolong bawa ke kamar ku, Nak!! aaaaaghh!! punggung ku sungguh terasa tak nyaman sekarang!!"
"Seruni!!!"
"I-iya, saya mas??" langkah kaki Seruni kembali terhenti saat Panca turut membuka suara.
"Tolong siapkan piyama baru! aku ingin kembali membersihkan diri"
"Saya mengerti, permisi!!"
Seruni seketika melangkah sembari membawa beberapa barang milik Nyonya Arini bersama dirinya.
"Apa nenek pergi seorang diri??"
"Billy turut menyusul! kau pasti yang mengirim nya bukan??"
"Aku sungguh tak ingin jika sampai nenek mampir ke tempat-tempat aneh seperti sebelumnya!"
"Panca!!! nenek hanya mampir ke butik langganan nenek!! tidak ke pusat perbelanjaan seperti dulu!!" Nyonya Arini seketika meninggikan suara saat sang cucu terdengar menceramahi dirinya.
"Jika diriku tak mengirim Billy, bisa saja nenek belum pulang hingga saat ini!!"
"Astaga!! kau ini sungguh bawel sekali, Panca!! lebih baik diriku bertukar cerita dengan Seruni!!!"
Panca terkekeh, ia menahan gelak tawa saat Nyonya Arini beranjak dan perlahan menaiki anak tangga.
Aku hanya tak ingin dirimu kembali tersesat seperti dulu nenek!!
****
'Jadilah gadis baik!! maaf karena ayah harus meninggalkanmu disini, Bunga! ingat jangan memberitahu siapapun perihal identitas dirimu! suatu saat akan ada keluarga ayah yang menjemput mu disini! sebelum itu terjadi-, tolong bersabarlah!! ayah menyayangi mu, Nak!'
"Ayah!!!"
Seruni tersentak! netra indahnya seketika menangkap pandangan dari langit-langit ruangan yang ia tempati saat ini.
Mimpi??
Wanita itu tertunduk dengan raut wajah sendu, nafasnya masih memburu atas sepenggal ingatan masa lalu yang menghampiri nya lewat alam bawah sadar.
"Mungkinkah pernyataan yang di sampaikan oleh ayah saat itu hanya sebuah kalimat penenang supaya diriku bersedia tinggal di panti?"
Ayah, ibu ..., aku merindukan kalian!! apa benar kalian telah tiada? aku lelah dengan semua ini ayah!! kehidupan ku semakin memburuk saat diriku mencoba untuk menuruti keinginan orang-orang! kenapa? kenapa kalian tega menelantarkan diriku seperti ini?
Cairan bening yang sempat menggenang di pelupuk mata akhirnya tumpah dan membasahi pipi Seruni, ia terisak seorang diri dalam keheningan malam.
"Ayolah Seruni!! jangan lemah! hidup harus tetap berjalan apapun yang terjadi!! bekerja keraslah untuk masa depanmu sendiri mulai saat ini!"
Kesampingkan perasaan mu, Seruni! atau mereka akan kembali menginjak-injak dirimu
****
Aku ..., benar-benar melakukan hal ini?
Seruni terus tertunduk dengan segala pemikiran dalam benak, keraguan dalam hati yang kembali melanda membuat wanita itu lebih banyak bungkam meski terkadang ia harus menampilkan senyum karena terpaksa.
"Honey!! aku akan menyapa beberapa sahabat ku terlebih dahulu! kemari lah!!" Panca menghimpit lengan kurus Seruni dengan lengan besar miliknya, keduanya melangkah bersamaan menyapa para tamu undangan setelah berikrar dihadapan penghulu.
Nyonya Arini pun tersenyum puas, wanita tua itu bahkan tak mampu menahan air mata kebahagiaan saat mendapati Panca meraih mesra pinggang ramping Seruni.
Akhirnya ..., diriku mampu melihat dirimu bahagia wahai cucuku!
Sebuah janji suci pernikahan yang telah di rancang oleh Nyonya Arini untuk sang cucu dengan Seruni pun akhirnya terlaksana,
Pesta sederhana yang digelar di kediaman mewah Panca hari itu tampak mendapat begitu banyak gunjingan dari beberapa pihak.
kok kayak g ngerti kepribadian suami sendiri sih...