NovelToon NovelToon
Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.

Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?


Spin of Ternyata Aku yang Kedua.

(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembicaraan

Yang namanya penjara, yaitu tempat ditahannya orang-orang yang melakukan pelanggaran hukum. Jadi sudah dapat ditebak sebagian besar penghuninya adalah orang-orang yang memiliki sifat dan kelakuan kurang baik. Bahkan banyak juga yang tidak baik, kejam, jahat, dan tega.

Freya pikir, setelah Ella menghilang karena harus menjalani hukuman matinya, ia akan sedikit tenang dan bebas dari gangguan. Namun nyatanya fakta tak sesuai harapan. Ibarat mati satu tumbuh seribu. Sebab ketenangan yang Freya alami tak bertahan lama. Penghuni baru yang lebih kejam datang dan kini lagi-lagi harus satu sel dengannya.

Alhasil, Freya nyaris setiap hari mengalami kekerasan. Bukan hanya dirinya, tapi beberapa penghuni lapas lainnya juga. Para petugas seakan lepas tangan. Terjadi pembiaran membuat orang itu makin merasa di atas angin.

"Woy, siniin makanan loe!" sentak perempuan bernama Esih itu pada Susi, teman satu lapasnya. Saat ini sudah masuk jam makan siang, jadi mereka pun berkumpul di sebuah ruangan yang cukup luas untuk mengambil jatah makan siang mereka secara bergilir.

"Tapi mbak, ini kan punya ku." Cicit Susi lirih.

Ia tidak berani menatap wajah Esih karena ia terkenal garang dan kejam. Banyak yang mengatakan Esih itu seorang psiko sebab dia tega berbuat apa saja untuk menyakiti orang yang tidak disukainya. Esih ditahan karena membunuh suaminya dengan cara dimutilasi. Hal itu dilakukan bukan karena suaminya mendua atau selingkuh, melainkan karena ingin merebut hartanya untuk bersenang-senang dengan selingkuhannya yang merupakan para berondong.

"Nggak usah banyak cing cong loe setan. Siniin nggak? Kalau nggak ... "

"Ba-baik mbak, baik. Ta-tapi tolong, jangan sakiti Susi, mbak." Cicit Susi lirih dengan wajah memelas. Banyak yang iba melihat Susi yang tubuhnya sudah sangat kurus, tapi jatah makan siangnya masih saja diambil Esih semaunya.

"Mbak, jangan mbak, kasian Susi. Dia lagi sakit. Bagaimana dia bisa sembuh kalau makanannya diambil." Sergah Freya yang merasa iba dengan keadaan Susi yang terlihat benar-benar lemah.

"Tak usah ikut campur, brengsekkk!" Bentak Esih sambil mengebrak meja membuat semua orang mengalihkan perhatiannya pada meja dimana Esih berada. "Kalau kau melarangku mengambil makanannya, oke, aku tak masalah, tapi sebagai gantinya, serahkan makan siangmu padaku!" sentak Esih pada Freya.

Freya terang saja menggeleng, ia sudah sangat lapar. Jatah makan siang mereka pun sedikit, kalau ia berikan, ia yakin perutnya takkan kuat menahan rasa lapar hingga sore tenggelam menjadi malam.

"Maaf mbak, Freya juga sangat lapar." Freya pun dengan cepat menyantap makan siangnya Tentu saja hal tersebut memancing amarah Esih. Lantas ia pun menarik piring Freya dan membantingnya kasar di lantai hingga isinya berceceran.

Freya hanya bisa menatap nanar makan siangnya. Perutnya berbunyi, pertanda ia memang sedang benar-benar lapar. Bukannya iba, Esih justru menertawakan Freya yang tengah kelaparan.

"Kau lapar kan?" tanya Esih dengan sorot mata tajam. Freya mengangguk lemah. Perutnya benar-benar keroncongan saat ini. "Ya udah, pungut itu lalu makan! Ayo buruan pungut jalaaang!" sentakan membuat Freya berjengit. Ia menggeleng cepat. Mana mungkin ia memungut nasi yang telah disiram kuah sup dan tempe goreng yang telah tercecer di lantai, sedangkan keadaan lantai saja sangat-sangat kotor dan jorok.

Esih tak tinggal diam, ia menarik rambut Freya dan menghempaskannya hingga terjerembab ke lantai yang kotor. Kemudian ia menekan kepala Freya agar membuka mulut dan memakan nasi kotor itu.

Freya menutup mulutnya rapat sambil melengoskan wajahnya ke samping. Mana mungkin ia makan makanan kotor itu, bukannya kenyang, ia justru akan mengalami diare.

"Makan brengsekkk! Kau lapar bukan? Kalau lapar, ayo makan! Jaman buang-buang nasi sembarangan, mubadzir. Kau tahu mubadzir? Ayo, makan!" pekik Esih membuat semua mengalihkan perhatian pada Freya yang tengah kesakitan. Tak ada yang bersedia menolong. Mereka semua tak ingin membuat masalah dengan Esih. Susi bergerak ingin membantu, tapi ia pun sangat takut. Ia bahkan sudah gemetaran karena takut.

Melihat Freya terus menghindar tak mau memakan nasi yang tercecer di lantai itu, Esih pun murka. Ia lantas menghantam kepala Freya hingga membentur lantai. Mata semua orang terbelalak. Kepala Freya pun sudah berkunang-kunang karenanya. Hingga tak lama kemudian petugas pun menghampiri dan menarik tangan Esih. Di saat bersamaan, penglihatan Freya memburam dan jatuh tak sadarkan diri.

...***...

"Bagaimana pak kinerjaku?" tanya seorang wanita sambil menyandar di dinding.

"Hmmm ... bagus. Ini upahnya."

"Wah, lumayan nih buat beli rokok!" seru wanita tersebut. "Bilang makasih sama nyonya. Kalau butuh bantuan, katakan saja, aku selalu siap melaksanakan perintahnya." ujarnya sambil berseru girang. Baru kali ini ia mendapatkan tugas yang sungguh unik. Sesuatu yang sering ia lakukan ternyata bisa menghasilkan uang. Kalau tahu dari dulu, kenapa ia tidak manfaatkan saja.

Sementara itu, di ruangan serba putih, tampak seorang perempuan mengerjapkan matanya. Penglihatannya masih memburam akibat efek benturan dan juga pingsan. Lama kelamaan, ia pun berhasil benar-benar membuka matanya. Matanya terbelalak, lagi-lagi ia harus kembali ke ruangan ini. Ruangan yang selama beberapa bulan ini sering ia kunjungi. Freya hanya bisa menghela nafas pasrah. Berapa lama lagi ia harus mendekam di dalam sana?

Freya memang ikhlas menjalani masa tahanannya, tapi itu bila tak ada orang-orang yang bersikap kejam padanya. Ia ingin menghabiskan masa tahanannya dengan ketenangan, bukan gangguan-gangguan yang bukan hanya menjatuhkan mental tapi juga menyakiti fisik hingga membuat mentalnya benar-benar tertekan.

"Ya Allah, tolong aku, tolong bantu aku, tolong selamatkan aku." Ucapnya lirih sambil menengadahkan kepala menghadap langit-langit kamar yang didominasi warna putih.

"Heh, bangun! Kau ini menyusahkan saja. Sedikit-sedikit pingsan. Dasar lemah." Cibir sipir penjara yang bertugas hari itu. Freya hanya bisa menunduk takut. "Makan ini. Setelah cairan infus habis, kau harus segera kembali ke sel mu." Ketus sipir itu sambil melemparkan sebuah roti ke atas perutnya. Freya pun menerimanya tanpa berpikir lama. Ia mendudukkan dirinya sambil membuka plastik pembungkus roti dan menyantap isinya dengan lahap.

Selesai menyantap roti itu, Freya mengambil air minum yang ada di atas hajas dan meminumnya hingga tandas.

"Alhamdulillah," ucapnya. Meskipun masih terasa lapar, setidaknya tidak begitu terlalu seperti tadi.

Sementara itu, di tempat lain, tampak sepasang suami istri sedang berdebat. Hal itu karena sang istri memaksa sang suami untuk menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Sang laki-laki menolak, tapi sang istri tetap kukuh dengan rencananya agar sang suami mau menikah lagi demi mendapatkan keturunan.

"Hanya sementara mas, sampai wanita itu hamil dan melahirkan. Setelah itu kalian bercerai. Aku pun tak ingin kehilangan kamu, mas. Aku pun sebenarnya tak rela. Kau pikir hatiku baik-baik saja? Nggak mas. Namun demi kamu, orang tua kami, aku rela menekan rasa sakit ini. Menikah lah, mas. Kau hanya perlu menikahi wanita itu secara siri dan membuatnya hamil. Setelah itu, semua menjadi urusanku. Aku mohon, mas, kau mau ya?" Bujuk Erin yang sudah berderai air mata.

"Rin, apa tak ada cara lain? Jangan seperti ini. Bagaimana mungkin aku tega menyakitimu? Rin, tidak cukupkah kita berdua saja, bersama, selamanya? Aku tidak apa tidak memiliki keturunan. Sungguh."

Erin menggeleng tegas, "mas, aku pun ingin merasakan menjadi seorang ibu. Namun harus anak darimu. Aku ingin anak darah dagingmu sendiri. Tolonglah mas, sementara saja. Sampai hamil saja, setelahnya semua akan jadi urusanku."

Terdengar helaan nafas panjang dari bibir Abidzar. Sudah hampir setahun ini, perdebatan mereka selalu saja sama, yaitu mengenai permintaan Erin agar dirinya menikah lagi guna mendapatkan keturunan. Meskipun rasa hati memang sangat ingin memiliki keturunan, tapi ia tidak setega itu untuk menduakan Erin, istri yang telah membersamainya selama lebih dari 3 tahun ini.

"Kau yakin kau tak apa-apa? Aku tak mau bila ternyata nantinya kau terluka saat aku menghabiskan waktu dengan wanita lain?"

"Terluka itu pasti, tapi aku akan mencoba ikhlas, mas. Semua demi kita, kebahagiaan keluarga kita."

"Apa kau sudah menemukan wanita yang akan kau jadikan madumu?" tanya Abidzar penasaran sebab Erin sepertinya sudah begitu yakin ingin ia menikah lagi.

"Aku sudah menemukan wanita yang tepat, tapi aku belum membicarakannya. Kau tenang saja mas, semua menjadi urusanku. Semoga saja semuanya berjalan lancar," ucap Erin seraya tersenyum.

Abidzar kembali menghela nafas kasar, "ya sudah, terserah. Semua aku serahkan pada mu. Semoga ke depannya tidak menjadi masalah." gumamnya sebelum beranjak dari hadapan Erin.

Erin tersenyum dengan lebar. Rencana demi rencana telah berseliweran di otaknya. Semoga semuanya berjalan sesuai keinginannya, ucapnya dalam hati.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

1
Langit Jingga
ya alloh ..ini ceritaaa bagusss bgtt penulisan y kata2 y ciamikk bgtt ,sayang bgtt like komen y dikit..semogaaa makin byak yg baca karya author satu ini ...sukses terus kakak Author
Farani Masykur
cerita yg bagus
neny
Luar biasa
rudi anto
seru yaaa😁😁😁✌️✌️✌️✌️
Djenab Purwaningsih
Luar biasa
sholeh
ok
cleo ngy
Luar biasa
May Dwi
luar biasa
Ummu Faliha
Luar biasa
Tutik Susilowati
cerita ana sama Tirta, kak...
Rose
authornya penuh kejutan.. 😂
Rose
pagi² pengen cari palu bwt getok kepalanya si erin.. 😬
Tutik Susilowati
emang enak..
makan tuh buah simalakama
Tutik Susilowati
nggak pa2 Kak. Kita maklumi kok. Jadi ibu itu kan memang selalu berlomba dg waktu luang.
tetap semangat Kak..
Tutik Susilowati
Kirain si erin anak pengusaha suksess. tak taunya anaknya aspri dari mertua too..
Sesumbarnya byuh..byuh..
Tutik Susilowati
ternyata..... nyonya sagita kocak ya.
Tutik Susilowati
ujian untuk Abjdzar...
Dewi Soraya
itu bpk sambungny ana kyke
Dewi Soraya
n sp lg...
Dewi Soraya
cium lg aj tirta
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!