Nasib malang dialami oleh gadis muda bernama Viona Rosalina. Karena terlilit hutang yang lumayan besar, Viona dijadikan jaminan hutang oleh orang tuanya. Dia terpaksa merelakan dirinya untuk menikah dengan Dirgantara, seorang pengusaha muda yang terkenal sombong dan juga kejam.
Mampukah Viona menjalani hari-harinya berdampingan dengan pria kejam nan sombong yang selalu menindasnya?
Atau mungkin Viona memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Nantikan kisahnya hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Di Mana Hati Nuranimu?
Setelah mengetahui kehamilan Viona, Dirga tak bisa tenang berlama-lama berada di kantor. Biasanya dia pulang terlambat, bahkan terkadang pulang menjelang dini hari, kini masih sore sudah tiba di rumah. Pria itu bahkan sudah membawa kresek berisi banyak makanan sehat disertai dengan buah-buahan segar.
Biasanya dia pulang selalu membawa tangan kosong, tak peduli ada penghuni lain di rumah yang ingin diperhatikan.
"Di mana Viona?" Dirga yang berpapasan dengan Sania langsung menanyakan keberadaan Viona.
Dengan kesalnya Sania menjawabnya. "Dia sudah minggat!" Bukan karena geram terhadap iparnya, tapi karena gemasnya dengan sikap kakaknya yang selalu berpikir semau gue.
"Apa kau bilang? Dia minggat! Jangan ngaco!!"
Untuk memastikan kebenarannya, Dirga langsung bergegas menuju kamar tamu di mana Viona tinggal. Dia tak akan rela jika wanita itu benar-benar minggat dalam kondisi mengandung bayinya.
Saat membuka pintu, dia mendapati Viona yang duduk di ranjang. Viona menoleh sekilas dan langsung membuang muka ke arah jendela setelah mengetahui bukan iparnya yang datang.
"Apa kau sudah makan? Ini aku belikan makanan dari luar, semoga kau menyukainya."
Masih bersikap dingin. Pria itu menyodorkan kresek putih itu kepada Viona.
Viona diam tak menerimanya. Hatinya sudah terlanjur kecewa dengan ucapan kasar suaminya.
"Kau itu kenapa sih! Apa yang kau pikirkan? Apa kau tak dengar penjelasan dari dokter tadi? Dokter menyarankanmu untuk banyak-banyak beristirahat, jangan sampai kelelahan, terutama jangan sampai banyak pikiran, karena akan berpengaruh terhadap janin yang kau kandung. Aku tidak ingin anakku kenapa-napa. Tolong rawat dia dengan baik, aku janji akan memberikanmu banyak hadiah setelah bayi ini lahir."
Rasanya Viona ingin sekali melempar bantal ke muka suaminya.
Dirga pikir dirinya bisa dibeli dengan uang ataupun hadiah setelah berkorban melahirkan keturunannya? Dia pikir dirinya terlalu murahan, demi uang akan melakukan apapun, termasuk menjual anaknya sendiri.
Benar-benar pria tak berperasaan. Dokter memintanya untuk tidak banyak pikiran yang akan mengakibatkan stress dan berpengaruh terhadap janinnya, tapi Dirga lah yang selalu membuatnya stress, namun tak membuat pria itu sadar diri.
"Tuan, anda bilang saya nggak boleh banyak pikiran, tapi anda sendiri yang sudah membuat ulah, membuat saya stres, anda tidak sadar dengan ucapan anda, Tuan? Apakah anda pikir saya ini perempuan murahan yang akan melakukan apapun demi mendapatkan uang! Penilaian anda terlalu buruk terhadap saya. Saya tidak butuh hadiah dari anda, apalagi uang banyak tapi hidup terpisah dari anak yang saya lahirkan sendiri. Saya bukan wanita bodoh yang hanya diam saat dimanfaatkan oleh orang seperti anda. Anda benar-benar sudah sangat keterlaluan, Tuan! Sampai matipun saya tidak akan pernah meninggalkan anak saya walaupun anda sudah memberikan banyak hadiah pada saya. Saya tidak butuh hadiah, Tuan! Saya butuh anak saya!"
Dirga terbengong mendapatkan penolakan dari Viona. Semua wanita senang dijanjikan dengan hadiah, tapi tidak dengan Viona. Wanita itu malah menolaknya dan berpikir hadiah yang akan diberikannya akan ditukar dengan bayi yang akan dilahirkannya. Benarkah dirinya seburuk itu?
Dirga meletakkan kresek itu di nakas dan menghenyakkan panggulnya di ranjang di sebelah Viona.
Mungkin Viona marah karena ia sempat mengatakan akan membebaskannya setelah melahirkan dan mengambil bayinya untuk dirawatnya sendiri.
Padahal Viona sendiri yang menginginkan kebebasan. Setelah mengetahui kemesraannya dengan wanita yang hendak menjalin kerjasama dengannya, membuat Viona marah dan memutuskan untuk mengajaknya berpisah. Karena sama-sama emosi, akhirnya ia mengatakan akan membebaskannya, namun harus memenuhi syarat yang diajukan, Viona tidak diizinkan membawa bayinya pergi, dan itu membuat Viona semakin marah padanya.
"Sudahlah, jangan terlalu banyak berpikir yang membuatmu stres, kasihan bayinya, lebih baik cepatlah makan. Ini aku bawakan buah-buahan segar. Minum juga vitaminnya."
Viona tak menghiraukan ocehannya, dia putuskan untuk merebahkan diri dan menutup matanya.
Sebenarnya ia tengah menahan rasa lapar, tapi berhubung ia masih kesal dan kecewa akibat ucapan suaminya membuat mood makanannya seketika menghilang.
Merasa dihiraukan, Dirga langsung melangkahkan kakinya keluar. Ia memberikan waktu agar Viona bisa beristirahat dan berfikir dengan tenang.
Setelah pria itu pergi, diputuskannya untuk kembali bangun dan melihat kresek yang ditinggalkan Dirga di atas nakas.
Karena masih penasaran dengan isinya, ia pun memutuskan untuk melihatnya. "Dia ini bawa apaan? Tumben dia peduli beliin banyak makanan dan buah-buahan. Biasanya juga tak pernah peduli. Oh ..., Aku tahu, pasti dia ingin merayuku. Apa dia pikir aku bakalan maafin dia setelah berselingkuh dariku? Aku wanita punya harga diri. Aku punya hak marah karena statusku sebagai istrinya, mana ada seorang istri diam dan membiarkan harga dirinya diinjak-injak. Aku tak mau terus-menerus dibodohi. Dia pikir dengan kekuasaan yang dimilikinya, aku bakalan takut dan merendahkan diriku di bawah kolornya?"
***
Di dalam ruang keluarga, Dirga bertemu dengan Sania yang tengah duduk menikmati Snack sembari menonton televisi. Dirga memutuskan untuk menemani adiknya yang tengah bersantai. Di kamar ia diabaikan oleh istrinya, ia berharap saat bertemu dengan adiknya kondisinya akan berbeda, Sania lebih menghargainya.
"Kamu sudah tau belum?" tanya Dirgantara menatap adiknya yang tak menoleh sedikitpun padanya.
Sania pura-pura tidak mendengar ucapan Dirgantara yang ingin curhat padanya. Gadis itu mengabaikannya, tak sedikitpun mau menolehnya, ia masih asik menikmati Snack dengan menggonta-ganti Chanel televisi.
Mendapatkan penjelasan dari iparnya mengenai calon bayi yang akan diperebutkan kakaknya membuat sangat geram.
Dirgantara juga jengkel karena diabaikan. Adik dan istrinya benar-benar kompak untuk memusuhinya.
"Nia! Aku punya salah apa sama kamu? Aku bahkan tak pernah punya masalah denganmu. Kenapa kamu abaikan aku yang sedang mengajakmu bicara!!"
Dengan cepat Sania menyahut. "Bagaimana aku tidak jengkel sama Abang!! Abang nggak pernah peduli pada kak Vi! Apa maksudmu ingin membebaskannya dan mengambil bayi yang kini tengah dikandungnya? Memangnya kamu sanggup merawat bayimu seorang diri? Jangan egois kamu bang! Kalau kamu mengambil anakmu, lalu kau ingin apakan kak Vi? Kau ingin menceraikannya? Dan kau ingin membuat bayi dan ibunya berpisah? Jahat kamu bang! Jujur aku kecewa banget sama kamu!"
Ia yakin Viona sudah mengadu pada adiknya mengenai kejadian siang itu. Entah apa saja yang diceritakan oleh Viona hingga membuat Sania sangat marah padanya.
Berada di rumah bagaikan di neraka. Sania selalu saja menyudutkannya, menganggap dirinya sebagai biang masalah dari semua masalah yang terjadi di keluarganya.
"Memangnya Viona sudah bilang apa sama kamu? Tanpa mengetahui kebenarannya dariku kamu tiba-tiba menyerangku kayak gini. Tolong jangan berpihak pada satu orang saja. Kamu juga harus dengerin penjelasan dariku!"
"Tapi sayangnya aku lebih percaya pada kak Vi daripada abangku sendiri. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kamu menyiksa kak Vi, bagaimana aku bisa mempercayaimu, bang! Aku tidak akan rela jika sampai Abang menceraikan dan mengusir kak Vi dari rumah ini, apalagi berkeinginan mengambil bayi yang kini masih ada dikandungnya. Perlu kamu tahu bang! Perempuan melahirkan itu bertaruh nyawa, sedangkan kau apa! Kau hanya menitipkan benih tanpa harus susah-susah mengandung dan melahirkannya. Kamu tau nggak, kak Vi itu sudah seperti Mama. Dia sangat baik dan menyayangi aku. Semenjak kehilangan Mama aku tak memiliki tempat yang nyaman untuk berbagi keluh kesahku, tapi kehadiran kak Vi, membuatku punya semangat lagi. Tolong jangan egois bang! Kita kehilangan orang tua rasanya menyakitkan! Bisa-bisanya kau punya niatan untuk memisahkan bayi dari ibunya, di mana hati nuranimu?!"
Ini serius Dirgantara mau membebaskan Viona dan merawat anaknya sendirian? Mungkinkah dia tega melakukan semua itu?? Ada-ada saja Dirga. Emangnya dia bisa ngasih asi buat bayinya? Bikin hareudang aja pria itu.🙄 Halo guys, jangan lupa tinggalkan jejak vote like dan komennya, thanks 🤗🤗