Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Reunite
"Bisakah kita bertemu, Jev? Ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu"
"Baiklah. Kapan kamu ingin bertemu, Cher?"
"Nanti malam bisa?"
"Tentu. Kalau begitu sampai nanti, Cher"
"Iya, Jev. Nanti ke apartemen aku aja ya. Udah lama juga kan kamu ga main kesini"
"Oke, aku akan kesana"
***
Tak terasa setahun sudah Cherly berpisah dengan Rafe. Ketika Rafe lelah menunggu Cherly untuk berubah pikiran dan menerima lamarannya, Rafe memutuskan untuk kembali ke kota asalnya yang sudah ia tinggali sejak ia lahir.
Kunjungan pertamanya ke Las Vegas untuk pertama kalinya adalah liburan yang ia lakukan secara spontan karena saat itu ia sedang berpikir bagaimana caranya untuk mencari uang tambahan untuk membiayai pengobatan penyakit ibunya yang sedang sakit serius. Lalu ia bertemu dan berkenalan dengan Jevan yang saat itu juga sedang membutuhkan uang.
Kini kondisi ibunya sudah semakin membaik, berkat pengobatan yang telah ia jalani dengan rutin. Ibunya yang dulu menjalani pengobatan di luar negeri kini telah kembali dan tinggal bersama Rafe. Ibunya tahu walau Rafe telah lama berpisah dengan Cherly, tapi ia masih sering memikirkannya karena ibunya cukup sering melihat Rafe melamun sambil memandang keluar melalui jendela di rumahnya.
"Sayang sekali ya Mama belum sempat bertemu dengannya"
"Siapa yang Mama maksud?"
"Cherly"
"Kenapa tiba-tiba Mama menyebut namanya?"
"Karena sepertinya sekarang kamu sedang memikirkannya"
"Itu tidak benar, ma. Aku tidak sedang memikirkannya. Aku hanya sedang memikirkan pekerjaan aku"
"Di akhir pekan seperti ini kamu memikirkan pekerjaan? Mama tak percaya padamu"
"Ya sudah kalau tak percaya" Rafe mengangkat bahu seolah tak peduli lalu pergi meninggalkan mamanya.
"Oh Rafe... Mama harap kamu bisa segera menemukan kebahagiaan baik dengan Cherly ataupun wanita manapun yang bisa membuatmu bahagia... " Mama Rafe yang bernama Denise menghela nafas panjang sambil dalam hati mendoakan kebahagiaan Rafe.
Udara mulai terasa dingin. Rafe yang bermaksud untuk berjalan-jalan mulai merapatkan jaketnya untuk melindungi tubuhnya yang kedinginan. Ponselnya kemudian berdering. Ia melihat nama Jevan di layar ponselnya dan ia langsung mengangkatnya.
"Halo Jev... !"
"Halo Rafe, bagaimana kabarmu?"
"Kabarku baik. Kamu juga baik kan, Jev?"
"Iya, aku baik. Maaf kalau aku jarang menghubungi kamu karena aku sibuk mengurus sekolahku"
"Jadi bagaimana? Apakah sekarang kamu sudah lulus secara resmi?"
"Yeah, tentu. Berkat contekan jawaban soal darimu, Rafe" Jevan menyeringai mengingat waktu sebelum ujian ia sempat menghubungi Rafe dan Rafe membantunya memberi soal dengan kunci jawaban yang ternyata sebagian besar keluar di soal yang Jevan kerjakan.
"Baguslah kalau begitu. Eh... Jev, sepertinya aku perlu memberitahu kamu kalau kita takkan bisa bekerjasama lagi karena aku mungkin takkan datang lagi ke Las Vegas"
"Sampai kapan pun?"
"Iya, Jev"
"Apakah karena dia?"
"Yaa... Salah satunya itu"
"Sudah setahun, Rafe. Bukankah seharusnya kamu berdamai dengan masa lalu agar bisa move on?"
"Ya, seharusnya sih begitu. Tapi ternyata tak semudah yang di bayangkan"
"Pelan-pelan, Rafe. Aku yakin suatu hari nanti kamu pasti bisa"
"Yeah, aku harap juga begitu"
"Dengar, Rafe. Aku ingin memberitahu kamu sesuatu. Mumpung Nino baru keluar dari penjara bulan depan, jadi bulan ini akan aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk berlibur'
"Idemu bagus juga. Jadi rencananya kamu mau berlibur kemana?"
"Aku ingin mengunjungi seseorang yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri"
"Oh ya? Siapa? Apa aku kenal dengannya?"
"Tentu saja kamu kenal, karena orangnya adalah kamu sendiri, Rafe!"
"Apa? Aku? Jadi kamu mau datang kesini, Jev?"
"Iya, dan aku juga akan mengajak mommy agar ia bisa berlibur dari pekerjaan rutinnya yang selama ini ia lakukan dengan terpaksa karena Nino"
"Bukankah Nino punya banyak pengawal yang selalu mengawasi kalian, Jev?"
"Sudah tidak lagi sejak Nino di penjara. Lagipula siapa yang akan bayar mereka kalau Nino di penjara?"
"Iya juga ya. Kalau begitu segera kabari aku ya kalau kamu akan berangkat nanti"
"Iya, Rafe"
***
Beberapa hari kemudian, Jevan dan Simone tiba di bandara tempat Rafe tinggal. Rafe menepati janjinya dengan menjemput Jevan di bandara. Setelah menemukan Jevan dan ibunya, mereka lalu saling berpelukan karena memang sudah cukup lama tak saling bertemu.
"Kalian harus tinggal bersama kami selama di sini. Mama aku berpesan seperti itu, jadi kalian tidak boleh menolak"
"Kami tak ingin merepotkan, lebih baik kami tinggal di hotel saja"
"Come on, Jev. Turuti saja ibuku. Kan ga tiap hari juga kamu kesini"
"Yaa... Baiklah... "
Jevan dan Simone saling memandang dengan rasa khawatir, tapi mereka tak ingin menunjukkannya di depan Rafe.
***
Keesokan harinya, Rafe mengajak Jevan ke sebuah coffee shop.
"Karena tadi pagi Mama kamu membuatkan kami sarapan dengan porsi banyak, maka aku akan minum kopi saja, Rafe"
"Terserah kamu, tapi di sini dessert-nya enak loh"
"Tapi aku tak sanggup makan lagi. Atau nanti aku minta di bawakan pulang aja ya buat mommy"
"Baiklah, nanti aku pesankan untuk semua jenis"
Ketika pesanan kopi Jevan datang, Rafe menjadi sedih karena itu adalah jenis kopi yang di suka oleh Cherly.
"Ada apa, Rafe? Kenapa kamu sedih melihat kopiku?"
"Eh... Tidak apa-apa, Jev... Mmm... Jev, bagaimana kabarnya?"
"Kabar siapa? Cherly?"
"Iya"
"Sama sepetimu"
"Sama gimana, Jev?"
"Kalian terlihat baik-baik saja, tapi di dalam sini saling merindukan" Jevan menunjuk ke arah dada Rafe.
"Perasaan aku ga pernah ngomong gitu deh ke kamu"
"Emang ngga, tapi keliatan kok"
"Sok tahu"
"Biarin. Rafe, toiletnya di sebelah mana? Aku mau buang air kecil"
"Di sebelah sana, paling pojok"
"Oke, aku ke toilet dulu ya"
"Iya, Jev. Jangan terlalu lama, nanti kopimu keburu dingin karena kamu belum meminumnya"
Bukannya menjawab, Jevan malah tersenyum lalu pergi ke toilet. Sambil menunggu Jevan kembali, Rafe memandang ke arah luar melalui jendela, sehingga ia tak menyadari kalau ada seseorang yang mendatanginya.
"Maaf, apakah kursi ini sudah ada yang punya?"
"Iya sudah, jadi.... Cherly!?"
"Iya, Rafe. Maaf aku datang tanpa memberitahu dulu, tapi aku perlu bicara denganmu... "
"Duduklah... Aku pesan kopi dulu. Kamu ingin kopi yang seperti ini kan?"
"Tidak perlu, Rafe. Ini memang kopiku"
"Tapi ini punya Jevan... Oh, aku mengerti sekarang. Jevan bukan pergi ke toilet kan? Sekarang mungkin dia sudah ke rumahku. Kalian sudah merencanakan ini kan?"
"Iya, Rafe. Aku perlu bantuan Jevan, karena kalau aku datang sendiri kamu mungkin akan langsung menyuruhku pergi"
"Aku takkan melakukan itu, Cher... "
Walau masih terlihat canggung, Rafe dan Cherly akhirnya bisa saling berbicara setelah lama tak bertemu. Setelah itu Cherly pamit untuk kembali ke hotel tempat ia menginap. Keinginannya untuk bertemu dengan Rafe sudah tercapai, jadi besok ia bisa pulang dengan hati lega karena mengetahui Rafe baik-baik saja.
Rafe kemudian menawarkan untuk mengantarkan Cherly kembali ke hotelnya. Setelah tiba di depan kamar hotel tempat Cherly menginap, Cherly mengucapkan salam perpisahan.
"Terima kasih telah mengantarku, Rafe. Kini setelah tahu kamu baik-baik saja aku bisa pulang dengan tenang"
"Kapan kamu pulang?"
"Besok pagi bersama Jevan dan mommy-nya"
"Bolehkah aku masuk ke dalam?"
"Tentu saja. Ayo masuk. Kamu ingin minum apa?"
"Hanya satu yang aku inginkan, yaitu kamu... "
Tanpa menunggu jawaban dari Cherly, Rafe langsung mencium bibir Cherly dengan menggebu-gebu seolah ia membutuhkan oksigen untuk bernafas.