Berkisah tentang seorang wanita bangsawan bernama Maybell Ainsley yang menikah dengan Raja Richard Gustarte dan menjadi ratu kerajaan Ironvale.
Semua orang berfikir bahwa Ratu Maybell, adalah wanita yang sempurna, akan tetapi, tidak ada yang tahu bahwa di balik semua kesempurnaan itu. Dirinya sangat menderita atas pernikahannya yang tidak bahagia. Ratu Maybell di benci tanpa alasan yang jelas oleh suaminya sendiri. Tak hanya itu, raja yang membenci ratu, selalu saja merendahkan semua kerja keras yang dia lakukan.
Suatu hari, Ratu Maybell yang berhenti mencintai Raja Richard kini menyaksikan sang Raja jatuh cinta pada seorang wanita biasa.
Ratu Maybell kehilangan segalanya, termasuk kedudukannya sebagai Ratu. Tak sampai disitu, Raja Richard yang memiliki dendam kesumat terhadapnya membuat Mantan Ratu berakhir di penjara bawah tanah.
Akan tetapi, ketika Maybell membuka matanya setelah tertidur sejenak, Maybell mendapati dirinya kembali ke masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14. Mengantuk.
"Pergilah dengan selamat."
Setelah mengatakan itu, aku menggerakkan tubuhku ke kanan untuk mengambil sesuatu yang ada di bawah batu bata. Itu adalah sebuah kalung berlian langka yang ku simpan sebagai kenang-kenangan. Kalung berlian berwarna merah itu kuberikan pada salah satu mantan dayang ku, dengan tangan gemetar.
Begitu kalung itu ku serahkan, aku berkata kepadanya. "Aku tidak ingat ada berapa banyak dari kalian yang melayaniku dulu, tapi aku yakin, jika kalian menjual kalung ini, kalian semua akan mampu membeli sebuah tanah besar di kerajaan lain. Hiduplah dengan damai di sana, ini permintaan ku."
Tersenyum.
Kali ini, senyuman yang ku tunjukan begitu tulus. Melihat itu, mata kedua wanita itu langsung berkaca-kaca, salah satu di antara mereka bahkan sudah meneteskan air mata.
"Snif... Yang Mulia Ratu maaf- hiks... Maaf karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk anda."
Menggelengkan kepala.
"Tidak, kalian sudah melakukan banyak hal untukku, terima kasih," kataku sambil menunduk kepada mereka, sebagai ucapan terima kasih untuk yang ke terakhir kalinya.
"Kalian berdua, waktu kunjungan sudah berakhir. Kalian berdua harus segera keluar sekarang," kata penjaga yang datang dengan obor api di tangannya.
"Hiks... Snif."
Keduanya melihatku secara bersamaan.
Mengangguk.
"Pergilah."
""Maaf Yang Mulia.""
Dalam langkah berat, kedua mantan pelayan ku itu pergi dengan di pandu oleh penjaga penjara. Di saat yang bersamaan, seorang tahanan yang sudah 15 tahun bersamaku, tepatnya l di penjara sebelah cel tahananku mulai berbicara.
"Ini terlihat seperti anda sudah memprediksi kejatuhan Kerajaan Ironvale Yang Mulia."
"Begitulah." Aku sudah lama memprediksi kejadian ini sejak aku memberi izin Ayahku untuk mengakses semua pelabuhan.
"Mendengar ini dari anda langsung... Aku jadi berfikir mungkin julukan Raja bijaksana untuk Raja Richard adalah omong kosong."
Aku tertawa. "Ahahah... Ya, kamu benar. Itu tidak salah, Raja Richard Gustarte sebenarnya hanya pandai berbicara politik saja, dia agak kolot saat praktik langsung, terutama di bidang militer. Sebenarnya jika aku melihat pengalamanku selama ini dengannya, itu saja sudah cukup memberi bukti nyata bahwa dia tidak ada bijaksananya sama sekali."
"Waw... Beruntungnya aku satu penjara dengan mantan Ratu kalau begitu."
Tersenyum.
Meski tidak pernah melihat wajah satu sama lain selama 15 tahun, rasanya sangat menyenangkan setiap kali berbicara dengan orang ini.
Setelah kami berdua berbicara cukup lama, aku mulai mengantuk.
"Nampaknya makan malam akan datang terlambat hari ini mengingat situasi di luar. Bahkan mungkin, tidak ada makan malam hari ini."
Orang di cell penjara sebelah menjawab. "Nah... Aku sih tidak masalah, lebih baik terlambat dari pada tidak di antarkan yang mulia ratu."
"Kamu benar. Huaamm.. Aku mengantuk."
"Benarkah?."
"Yap, bangunkan aku kalau penjaga yang mengantar makanan datang, teman satu penjaraku."
"AHAHAHA... Tentu... Tentu Yang Mulia ... Bermimpi lah yang indah Yang Mulia Ratu."
"Humm... Kamu juga."
Seperti biasa, aku membaringkan tubuhku yang kurus di atas lantai beton yang dingin. Mengunakan batu bata persegi sebagai bantal, perlahan, aku menutup mataku yang sudah sangat berat ini. Tapi sebelum benar-benar menutup mata, aku meraba pakaian ku yang kotor, dan menemukan sapu tangan usang di dalamnya.
"...."
Sebentar, aku mengelus saputangan itu dan membawanya ke sisi wajahku dan kemudian, aku tertidur pulas.