Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku kamu.
"Apa sekarang masih benci sama Randika?" tanya Apey.
Azalea senyum menggelengkan kepalanya kini tidak ada alasan untuk membenci Randika, setelah Apey membuat dirinya bisa tersenyum bahagia.
"Yang Non benci orang orang di sosial media yang berusaha ingin menjatuhkan Non, sedangkan Randika tidak tahu apa apa, Randika hanya ingin fokus bersekolah dan hanya ingin mendapat kasih sayang dari keluarga," bujuk Apey perlahan.
"Ayo ke Randika," ajak Azalea memegang tangan Apey.
Apey menatap tangan Azalea yang memegang tangannya, Azalea kembali senyum melihat Apeyy yang membiarkan dirinya memegang tangan Apey.
"Memangnya harus pegang tangan?" tanya Apey.
"Biar Randika tahu kita udah pacaran," jawab Azalea.
"Kan ada Mama Non?" tanya kembali Apey.
"Memangnya kenapa?" tanya balik Azalea.
"Kalau marah?" tanya balik Apey.
"Arghh lama! ayo!" Azalea langsung menarik tangan Apey terus memegangnya menuju tangga.
Bu Maharani di ruangan TV terbelalak matanya melihat Azalea lewat memegang tangan Apey menuju kamar Randika, Bu Maharani menjadi heboh sendiri buru buru mengambil foto Azalea dan Apey, langsung mengirimkannya ke Pak Wiguna.
Randika di dalam kamarnya yang baru saja selesai makan siang, melihat Azalea masuk ke kamar memegang tangan Apey, Randika langsung senyum lebar tidak bisa berkata apa apa menatap Azalea penuh bahagianya.
Hati Azalea seketika luluh melihat wajah Randika yang tersenyum penuh bahagia, Azalea langsung mendekat setengah menubruk Randika memeluk Randika dengan erat di sertai tangisnya.
Randika ikut menangis bertahun tahun lamanya selalu merindukan pelukan seorang Kakak, kini ada memeluk dirinya dengan erat, darah tetaplah darah sekandung yang mengalir dari keduanya.
Tangis keduanya pecah air mata menjadi saksi kebencian Azalea bertahun tahun lamanya, saat itu menjadi isak tangis penyesalannya, penyesalan mengapa harus membenci Adiknya yang duduk di kursi roda.
"Maafkan Kakak Randika!" isak tangis Azalea terus memeluk erat Randika.
"Aku juga minta maaf Kak, sudah membuat Kak Azalea malu!" tangis Randika menyadari ke kurangan dirinya.
Azalea semakin memeluk erat berulang mencium rambut Randika dengan isak tangsinya, mendengar ungkapan Randika yang meminta maaf dengan kekurangannya.
Bu Maharani datang masuk ke kamar berdiri di samping Apey, menatap kedua anaknya yang kini saling memeluk erat dengan tangisnya.
"Terima kasih Apey," ucap Bu Maharani dengan haru bahagianya.
"Sama sama Bu Boss," Apey mengangguk.
Di tempat lain Ronald yang menyusul Fauzan ke tempat syuting, mencoba berbicara baik baik dengan Fauzan, hingga Ronald lupa tidak menjemput Randika ke sekolahnya.
"Kenapa lu tidak pernah mengangkat telpon gua? apa lu tidak menerima jika gua sudah menjalin hubungan dengan Azalea?" tanya Ronald yang keduanya duduk di kursi tempat break syuting.
"Itu sudah menjadi urusan lu berdua dengan Azalea, mengapa gua harus ikut campur?" tanya balik Fauzan.
"Apa lu berniat ingin membocorkan kita taruhan? karena lu tidak suka dengan hubungan gua sama Azalea?" tuduh Ronald.
"Gua sudah tidak peduli dengan masalah taruhan, dan gua sudah tidak mau ikut campur, lu urusan saja hubungan lu sama Azalea jangan berurusan lagi dengan gua," tandas Fauzan.
"Iya masalahnya kenapa lu tidak mau angkat telpon gua?" tanya Ronald.
"Hak gua mau angkat atau tidak, lagian apa untungnya bagi gua jika mendengar ocehan lu di telpon? apa untungnya bagi gua?" tanya balik Fauzan.
"Oh, jadi seperti itu, jadi intinya lu memang tidak merasa terima dengan hubungan gua sama Azalea? ok kalau lu mau seperti itu, tapi ingat, jika taruhan kita sampai bocor, gua jamin karir lu akan hancur berantakan!" ancam Ronald langsung berdiri.
"Kenapa lu ngancam karir gua?" tanya Fauzan tidak terima.
"Gua hancur, lu akan ikut hancur, ingat itu!" ancam Ronald langsung melangkah pergi.
Fauzan duduk terdiam dengan ancaman Ronald, sementara Laura sudah mengetahui dirinya taruhan dengan Ronald.
Ronald dari tempat syuting langsung meluncur ke sekolah Randika, Ronald tidak mengetahui jika Randika sudah di jemput oleh Apey, setiba di sekolah begitu paniknya karena sudah tidak ada siswa siswi di ruangan kelas, Ronald buru buru menuju ruangan guru menanyakan apakah Randika ada yang menjemput.
"Permisi, apakah Randika sudah ada yang jemput tidak yah?" tanya Ronald terhadap salah satu guru.
"Kayaknya sih sudah ada yang jemput," jawab salah satu guru.
"Baik terima kasih, permisi!" Ronald langsung pergi buru buru menuju mobilnya.
Ronald langsung meluncur dengan perasaan panik membayangkan sudah pasti Pak Wiguna marah, Ronald sepanjang jalan mencari alasan agar tidak terkena marah oleh Pak Wiguna, lalu teringat ponsel Azalea yang rusak seketika langsung punya cara pura pura sudah berusaha menyervis ponsel Azalea, selain itu Ronald mencari alasan pura pura sudah meeting dengan tamu bisnisnya.
Azalea yang sudah menyadari kesalahannya terus duduk di sisi tempat tidur tidak jauh dari Randika, Bu Maharani duduk di tengah tengah kini kedua anaknya sudah berada di pelukannya, Apey terus berdiri menyaksikan peluk haru Bu Maharani yang kini bisa merasakan lega.
Bel tamu terdengar berbunyi Bi Minah di belakang bergegas menuju pintu, setelah membuka pintu Ronald dengan wajah panik langsung bertanya.
"Apakah Randika sudah di rumah?" tanya Ronald tergesa gesa.
"Sudah, tadi Apey yang menjemputnya," jawab Bi Minah.
"Apey? kenapa bisa Apey yang menjemputnya?" tanya kembali Ronald kaget.
"Bibi tidak tahu, silahkan masuk," jawab Bi Minah.
Ronald langsung masuk menuju ruangan tengah, kini perasaannya merasa tegang buru buru duduk berusaha menenangkan dirinya, Bi Minah langsung menuju kamar Randika memberitahukan, jika Ronald datang berada di ruangan tengah. Bu Maharani mendengar ada Ronald di ruangan tengah langsung keluar kamar menuju ruangan tengah, Ronald melihat Bu Maharani datang langsung berdiri berusaha menenangkan dirinya.
"Tante, saya minta maaf, saya bisa jelaskan kenapa saya telat jemput Randika," dalih Ronald dengan wajah tegang.
"Apa alasan kamu telat jemput Randika? apa tidak merasa khawatir terhadap Randika?" sindir Bu Maharani.
"Ini tante, saya tadi bermaksud hendak menyervis ponsel Azalea, saya mencari beberapa konter namun tidak ada yang sanggup menyervisnya, selain itu tadi ada tamu bisnis saya datang dari luar, jadi terpaksa saya harus meeting terlebih dahulu," dalih Ronald merangkai kata kata sambil meletakan ponsel Azalea di atas meja.
Apey dan Azalea menghampiri berdiri di samping Bu Maharani, Azalea melihat ponselnya yang pecah di atas meja langsung mengambilnya, Apey merasa kaget melihat ponsel Azalea sebagus itu sampai pecah, namun Apey diam tidak bicara karena Bu Maharani sedang serius.
"Maafkan saya tante, saya janji tidak akan mengulanginya," ucap Ronald hingga sedikit menunduk.
"Saya benar benar kecewa dengan keteledoran kamu, kamu sendiri yang bilang akan menjaga Randika dengan baik, tapi baru hari pertama mengantar Randika sudah seperti ini," tegur Bu Maharani dengan suara kecewanya.
"Saya janji tidak akan mengulangnya tante," ulang Ronald memohon.
"Sudah, saya kapok, saya takut seperti ini terulang lagi, bagaimana jika sampai ada yang berniat jahat terhadap Randika? lebih baik sekarang kamu pulang, saya kecewa melihat kamu!" usir Bu Maharani menatap.
"Baik tante saya akan pulang, saya janji saya akan memperbaiki kesalahan saya, tapi ijinkan saya untuk tetap bertemu Azalea, saya permisi!" Ronald dengan kecewanya melangkah pergi.
Setelah Ronald pergi Apey menoleh ke Bu Maharani.
"Bu Boss, maaf, tolong telpon ke Pak Boss, sore ini Randika ingin jalan jalan ke taman, apa saya perlu balik dulu ke hotel?" tanya Apey.
"Sudah, temani saja Randika di sini, nanti saya telpon Papa nya Randika," jawab Bu Maharani.
"Tapi mobil Pak Boss saya bawa," terang Apey.
"Sudah, paling nanti Bagas yang antar ke sini, Azalea, selesaikan masalah kamu sama Ronald, Mama tidak suka lihat Ronald seperti banyak berbohong seperti itu, Mama mau bereskan pakaian dulu!" tegas Bu Maharani melangkah menuju kamarnya.
Setelah Bu Maharani masuk ke kamar, Apey menoleh ke ponsel di tangan Azalea.
"Harga ponsel itu berapa?" tanya Apey yang merasa penasaran.
Azalea menatap ponsel di tangannya yang hancur bekas di lemparkannya.
"Tiga puluh juta," jawab Azalea.
"Hah!" Apey tersentak mulut menganga.
Azalea mau bicara lo gue tiba tiba perasaannya menolak, lalu melihat ke arah kamar Bu Maharani dan melihat ke arah kamar Randika, setelah aman tidak ada yang melihat tangan kirinya langsung memegang tangan Apey.
"Ingin panggil aku kamu, dan jangan panggil Non lagi, ingin di panggil Lea," pinta Azalea beruntun.
Apey langsung nyengir kuda merasa canggung mendengarnya.
"Kan saya hanya jadi selingkuhan," ungkap Apey.
"Arghh! nanti aku putusin Ronald, aku hubungan cuma tiga bulan," jelas Azalea.
"Tiga bulan kan lama, berati saya tetap panggil Non dulu ya," tolak Apey.
"Aku tidak mau, nantinya tidak mesra," desak Azalea melotot.
"Itu mata melotot terus emang tidak pegel?" tanya Apey.
Azalea langsung senyum mendekatkan wajahnya, tidak sadar jika sedang di tengah ruangan.
"Kamu tidak takut ya kalau aku melotot?" tanya balik Azalea.
"Takut? emangnya pernah menang lawan saya?" tanya balik Apey menahan senyumnya.
"Arghh Apey, jangan bilang saya, aku kamu panggilnya," desak Azalea.
"Iya aku," Apey mengangguk.
Azalea langsung senyum bahagia serasa seisi rumahnya tumbuh bunga bermekaran, dulu begitu bencinya jika berada di rumah, namun kini sebaliknya serasa seisi rumah penuh dengan bunga warna warni indah bermekaran.
"Mulai sekarang kamu milik aku, awas jika macam macam di hotel, aku akan labrak siapapun yang berani deketin kamu," ancam Azalea.
"Saya, eh aku cuma office boy, kerja kasar gaji kecil siapa yang mau deket sama saya eh aku?" tanya Apey.
"Ya bagus kalu gitu, biar aku saja yang deket sama kamu jagan cewek lain," jawab Azalea.
Apey terdiam benar benar melihat sorot pancaran kebahagiaan di mata Azalea, sementara Apey menyadari siapa dirinya begitu jauh bak langit dan bumi, harapan Apey ingin menyatukan Azalea dan Randika kini sudah tercapai, harapan ke dua ingin membeli tanah di kampung tinggal menunggu uang pinjaman dari Pak Wiguna.
Jika uang pinjaman dua puluh juta jika bayar di cicil satu juta lima ratus perbulan, sudah tentu Apey memprediksi butuh lima belas bulan kurang lebih untuk melunasinya, dan itu bukanlah waktu yang sebentar, Apey harus mencari cara untuk siap bekerja lebih keras lagi, cari sampingan lain sepulang kerja dari hotel.
Aepy bukan berniat ingin mempermainkan Azalea sehingga tidak berani jujur jika dirinya di tawari pinjaman uang oleh Pak Wiguna, dan jikapun dirinya jujur terhadap Azalea sedang butuh uang karena permintaan Pamannya yang memberikan waktu dua minggu, Apey takut jika sampai Azalea berpikiran hanya untuk di memanfaatkannya saja.
Mengenai hubungan perselingkuhan dirinya dengan Azalea tidak membuat Apey merasa sakit hati ataupun kecewa, Apey akan menjalani apa adanya hingga dirinya bisa melunasi hutang jika uang dari Pak Wiguna sudah di terimanya, namun yang jadi permasalahannya Apey takut jika Azalea membatasi semua pergerakannya berikut niat ingin mencari uang tambahan.
"Kenapa diam?" tanya Azalea melihat Apey melamun.
"Tidak apa apa, aku merasa bersyukur sekrang kamu sudah bisa menerima Randika, aku senang aku bahagia melihatnya," jawab Apey memilih menyembunyikannya.
"Semua berkat kamu, jika kamu tidak hadir dalam hidup aku, mungkin aku terus membenci Randika seumur hidup aku," ungkap Azalea menatap.
Apey terdiam sejenak lalu menoleh ke arah kamar Randika lalu menatap Azalea.
"Kelak jika Randika sudah dewasa, apa mungkin Randika tidak ingin dekat dengan wanita manapun?" tanya Apey menatap.
Azalea langsung terdiam jauh tidak terpikirkan ke arah itu, dan tidak tahu harus menjawab apa.
"Itu tugas kamu sebagai Kakak yang harus melindungi Randika, dengan ke adaan Randika yang mempunyai ke kurangan,"
"Pikirkan nasib Randika dari sekarang untuk kelak kedepannya, jika Randika sedih Papa Mama kamu pasti ikut merasa sedih,"
"Kenapa aku selalu berusaha ingin melihat Randika tersenyum, karena aku merasakan bagaimana jika menjadi Randika yang ingin melakukan ini itu tapi hanya bisa duduk di kursi roda,"
"Uang dan ke kayaan bisa membeli segalanya, tapi tidak akan bisa membeli ketulusan hati seseorang yang mau menerima apa adanya, bagaimana jika itu kelak terjadi terhadap wanita yang Randika sukai,"
"Kamu harus menjadi sosok Kakak yang kuat, yang harus selalu bisa melindungi apapun yang akan terjadi terhadap Randika kelak, jika kita di takdirkan jodoh, aku yang akan paling depan untuk melindungi Randika,"
"Tapi jika kita tidak berjodoh, ingat semua kata kata yang sudah aku sampaikan terhadap kamu, dan aku harap kamu bisa untuk mengatur waktu mana untuk kerja dan mana waktu untuk Randika," papar Apey menatap.
"Aku ingin meluk kamu!" pinta Azalea langsung memeluk erat tidak peduli ke adaan sedang di ruangan tengah.
Bu Maharani melihat di balik pintu kamar tidak punya alasan apa apa untuk melarang Azalea yang memeluk erat Apey, jika memang ke hadiran Apey menjadi kebahagiaan Azalea dan Randika, Bu Maharani hany bisa berharap terhadap Apey untuk bisa menjaga kebahagiaan kedua anaknya.
"Aku ingin ketemu Ririn, aku ingin menyelesaikan permasalahanku dengan Ronald, Papa dan Mama meminta aku untuk bertanggung jawab menyelesaikannya," ungkap Azalea terus memeluk erat.
Apey tersenyum perlahan melepaskan pelukan Azalea.
"Tidak ada perkataan orang tua yang salah jika bukan demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya, aku seneng dengarnya kamu mau mendengar apa kata Papa dan Mama kamu," puji Apey senyum serasa ingin mencolek hidung mancung Azalea.
"Tapi kita jangan putus," pinta Azalea.
"Kalau kita putus aku yang sedih," goda Apey.
"Kenapa?" sabet Azalea.
"Ke hilangan wanita secantik dan seanggun kamu," jawab Apey.
"Ah! Apey!" hidung Azalea serasa terbang penuh bahagia hingga kembali memeluk eratnya.
"Malu jangan meluk terus, kan ada Mama kamu di kamar," terang Apey.
Azalea langsung senyum melepaskan pelukannya, melhat ke arah kamar Bu Maharani yang pintunya langsung di tutup.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman