*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara dan Gadis
Denis mengantar Gadis sampai ke depan rumahnya. Baru kali ini Gadis mau dianter dan dibonceng olehnya.
Tentu saja ini menjadi kesempatan emas bagi Denis untuk mendekati Gadis.
"Thanks ya lo udah repot- repot nganterin gue" ucap gadis setelah turun dari motor Denis.
"Sama - sama santai saja, gak ngrepotin sama sekali kok. Oh iya besok aku jemput kamu lagi ya, kan motor kamu masih ada di bengkel" tawar Denis yang membuat Gadis terdiam sejenak.
" Sebenarnya, ia merasa tidak nyaman ketika berboncengan dengan pemuda itu.
"Hmmmm.... gak usah seh biar besok gue naik ojek atau angkut saja." tolak Gadis yang membuat raut wajah Denis seketika berbeda.
"Udah aku jemput aja pokoknya, besok aku akan datang sebelum kamu berangkat ke kampus" cerocos Denis yang terdengar memaksa.
Ini adalah salah satu alasan Gadis tidak mau terlalu dekat dengan Denis, ia takut pemuda itu berpikir kalau dirinya tertarik dan mau lebih dekat dengannya.
"Gadis pulang kok tumben sama...... "
"Kenalin tan aku Denis, teman kampus Gadis" tanpa basa - basi pemuda itu mengulurkan tangannya dan mencium tangan Rinda yang baru muncul dari balik pintu.
"Oh teman kampus Gadis, tapi kok bukannya Gadis berangkat naik motor. trus biasanya juga kalau pulang bareng Ba.... "
"Motor gadis mogok mah, ya udah yuk kita masuk, Denis skali lagi thanks ya!" Gadis segera memotong ucapan Rinda sebelum ibunya menyebutkan nama Bara.
"Sama - sama besok aku jemput lagi ya! Denis mulai menjalankan motornya dan meninggalkan rumah Gadis.
"Bara kemana ya? kok dia gak pulang - pulang kesini? tanya Rinda yang cukup kehilangan karena sehari semalam menantunya tidak pulang ke rumah itu.
Terlebih lagi, ia takut diantara anak dan menantunya ada masalah.
Karena ia juga merasa dari semalam wajah Gadis terlihat murung.
"Udah jangan nanyain dia lagi, dia masih punya orang tua, biarin aja dia pulang kerumah orang tuanya, " Gadis masuk ke dalam rumah dengan wajah yang terlihat kesal.
Namun, matanya terlihat berkaca - kaca yang membuat Rinda semakin penasaran.
"Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka?"
"Dis, mama yakin kamu dan Bara lagi ada masalah, kenapa kalian sampi berpisah rumah seperti ini?" wanita paruh baya itu mengikuti langkah putrinya.
"Gadis capek, Gadis mau tidur" Tanpa menunggu sang ibu kembali berbicara Gadis langsung masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kayu itu dengan rapat. Seolah menutup akses untuk siapapun masuk ke tempat ternyaman
baginya.
Gadis melempar tas nya keranjang dengan kesal. Dadanya mendadak menjadi sesak rasanya ingin menangis sekencang mungkin jika mengingat hubungannya dengan Bara.
Gadis berjalan menuju laci dan membukanya dengan perlahan. Terlihat sebuah ponsel masih tersimpan dengan rapi seperti saat pertama kali ia menyimpannya disana.
Rasanya memang sepi dan senyap jika tidak memegang ponsel.
Namun, Gadis tak ingin kembali menyentuh benda pemberian suaminya itu.
Bahkan, ia tak tau apa saja yang terjadi pada benda canggih itu
Tapi, Gadis yakin tidak ada panggilan telpon atau pesan dari Bara.
Karena ia tau pria itu sama sekali tidak peduli dengannya.
Air mata Gadis hampir menetes, namun ia segera menyekapnya dengan cepat.
Gadis menjatuhkan badannya ke kasur dengan posisi tengkurap, ia memeluk bantal yang pernah ditiduri Bara.
Aroma maskulin dari parfum yang sering dipakai Bara masih tercium pada bantal empuk itu, ia membayangkan sedang memeluk sang pemilik aroma itu.
Derat pintu terbuka tak membuat sedikitpun Gadis beranjak.
Ia yakin yang kini masuk ke kamarnya adalah sang ibu.
"Mah, ngapain sih buka pintu segala? Gadis kan sudah bilang mau tidur. Ganggu aja gak tau apa kalau anaknya lagi galau" cerocos Gadis tanpa menoleh sedikitpun kearah pintu.
"Galau kenapa? Ternyata manusia aktif bisa juga galau" Seketika Gadis tercekat mendengar suara itu.
Suara berat tadi sama sekali bukan milik ibunya
Gadis seketika bangkit dan melihat ke arah pintu.
Jantungnya terasa berhenti berdetak ketika melihat Bara tiba - tiba berada di dalam kamarnya.
"Lhoh kok bisa masuk ke kamar gue?!" Tanya Gadis dengan wajah tegang campur bingung, bahkan matanya membulat sempurna.
Sementara Bara malah tersenyum tipis yang membuat kadar ketampanannya.
"Mah, kok dia bisa masuk ke kamar Gadis sih? teria Gadis dengan wajah kesal
Meskipun perasaannya tak karuan ketika melihat Bara berada ke dalam kamarnya.
"Ya biarin lah gue kan suami lo" Timpal Bara dengan penuh percaya diri.
"Bukankan bentar lagi ganti status ya? Ngapain lo masuk ke kamar gue? Lo kangen ya sama gue? cecocos Gadis keceplosan
Gadis langsung menapak bibirnya sendiri yang berani bertanya seperti itu.
"Mmm... gue kesini mau ngambil jaket gue yang ketinggalan" Bara menunjuk ke sebuah jaket yang tergantung di kamar Gadis
"Cuma mau ambil jaket? ya udah ambil!" ketus Gadis.
"Sewot banget, lagi PMS ya? Bara mengambil jaketnya dengan mata yang melirik ke arah Gadis yang masih duduk diatas ranjang.
"Iya pengen makan manusia"
ketus Gadis lagi
"Mau berubah jadi kanibal ya? Padahal sudah bagus jadi cewek cantik dan bar - bar" timpal Bara yang seketika membuat Gadis merasa cantik.
Namun, ia tidak boleh luluh begitu saja
karena Bara sama sekali belum meminta maaf atau bahkan mengonfirmasi perihal hubungan mereka lagi
Tapi pemuda itu malah berbasa-basi tidak jelas.
"Udah kan ambil jaketnya?" Tanya Gadis sewot.
"iya, udah"
"Terus mau ngapain disini? Keluar sana! usir Gadis tanpa ragu.
"Emang gak boleh gue disini terus? Bara tak hengkang sedikitpun pria itu masih berdiri di hadapan Gadis.
"Gak boleh, keluar sana!" Gadis mendorong tubuh Bara agar keluar dari kamarnya.
Namun, pria itu sempat melakukan perlawanan yang membuat badan Gadis hampir terjatuh jika kedua tangan Bara tak segera menolongnya
"Tuhkan hampir terjatuh, makanya jngan durhaka sama suami" celetuk Bara yang seketika membuat Gadis menoleh kearahnya.
Gadis segera melepaskan tubuhnya dari Bara dan menjauh.
"Sebentar lagi lo bukan suami gue" jawab Gadis sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain. Jujur saja hatinya perih ketika mengatakan itu.
"Kenapa lo bisa ngomong kaya gitu?" Bara menatap Gadis yang sama sekali tak melirik ke arahnya.
"Karna lo sendiri yang akan melakukan hal itu. Gue tau, lo gak mencintai gue, dan lo akan segera menceraikan gue dan menuruti perintah Nyokap lo untuk menikah dengan cewek pilihannya. Gue udah hafal alur selanjutnya. Jadi, sebaiknya sekarang lo keluar dari kamar gue, lo pergi dari kehidupan gue. Anggap aja gak pernah terjadi apa- apa diantara kita" Gadis mendorong paksa tubuh Bara keluar dari kamarnya dan menutup kembali pintu kamar itu dengan rapat.
Bahkan Gadis sampai menguncinya dari dalam
maaf ya cuma koreksi dikit