"Brakk" dengan kasar Delia mendorong pintu kamar itu hingga terbuka lebar.
"Wow.. ini namanya makan ketupat pakai opor, pengkhianat bertemu pelakor. Pengkhianat memang cocok dengan pelakor,"
"Tahu apa kamu? Talitha adalah istriku. Aku sudah menikahi dia secara agama sebelum aku menikah sama kamu hari ini," ucap Zico membuat Delia membulatkan matanya.
Zico berniat menikahi Talitha, gadis yang pernah menyelamatkan nyawanya. Namun Delia mengadukan tentang keburukan Talitha, pada orang tua Zico, hingga Zico dipaksa menikah dengan Delia yang sudah sejak SMA tinggal bersama orang tuanya karena tak lagi memiliki keluarga.
Zico berusaha membuat Delia menyerah menjadi istrinya. Ia tidak memperlakukan Delia selayaknya seorang istri.
Akankah Delia bertahan dengan Zico? Apakah Zico akan tetap menyukai Talitha yang pernah menyelamatkan nyawanya?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Mauku?
Zico mengambil handphonenya, lalu mengetik di penelusuran tentang bagaimana perasaan orang yang sedang jatuh cinta.
"Orang yang jatuh cinta seringkali mengalami tingkat kegembiraan dan euforia yang tinggi. Mereka merasa bahagia dan penuh semangat hanya dengan memikirkan atau berada di dekat orang yang mereka cintai. Selain itu, orang yang sedang jatuh cinta cenderung lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan pasangan mereka," gumam Zico membaca hasil penelusurannya.
Untuk beberapa saat Zico mencoba mencerna apa yang baru saja dibacanya, kemudian mengingat setiap kebersamaannya dengan Delia.
"Aku nggak merasakan hal seperti ini, kok! Aku malah suka emosi dan kesal sama Delia kalau kami sedang bersama. Nggak ada tuh, perasaan bahagia dan penuh semangat saat memikirkan dia. Yang ada, aku jengkel kalau ingat dia. Bukankah ini berarti aku nggak jatuh cinta sama Delia? Mereka saja yang berharap aku mencintai Delia. Tapi.. aku nggak bisa melupakan saat aku mencium bibirnya. Arghh.. masa bodoh lah! Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Untuk apa aku memikirkan tentang semua itu? Bikin pusing kepala saja," gerutu Zico kemudian beranjak bangkit dari duduknya dan berniat kembali ke kantor.
*
Hari beranjak sore. Saat waktu menunjukkan pukul enam sore, Zico baru pulang. Namun saat masuk ke dalam rumah hingga ke kamarnya, Zico tak melihat keberadaan Delia.
"Apa dia belum pulang?" gumam Zico, namun enggan untuk bertanya pada orang-orang yang ada di rumahnya.
Jika dirinya bertanya tentang Delia, maka ia akan dibilang peduli pada Delia, dan Zico tak mau dibilang peduli pada Delia. Gengsinya terlalu tinggi karena sudah terlanjur mengatakan tidak suka dan terpaksa menikah dengan Delia. Apa kata dunia kamu ia peduli pada Delia? Ya, sudah, makan aja itu gengsi!
Setengah jam kemudian, Delia terlihat memasuki kamar. Zico yang sedang memangku laptopnya pun menatap sekilas pada Delia.
"Kerja apaan kamu?" Pagi buta sudah berangkat dan jam segini baru pulang," celetuk Zico tanpa menatap Delia.
"Ya, kerja beneran, lah!" sahut Delia terlihat malas menanggapi Zico.
"Memangnya kantor kamu buka subuh tutup malam? Kantor macam apa tempat kamu bekerja itu?" cibir Zico.
Delia menghela napas panjang mendengar perkataan suaminya. Ia mencoba bersabar menghadapi suaminya ini.
"Aku berangkat pagi-pagi sekali dan pulang malam karena letak kantorku jauh dari rumah ini. Kakak nggak usah ngajak ribut, deh! Aku lagi nggak mood, capai berantem sama kakak," sahut Delia yang hari ini memang merasa capai setelah bekerja seharian.
"Kamu capai juga salah kamu sendiri. Sudah aku bilang nggak usah kerja, tapi kamu ngeyel pengen kerja sampai-sampai mencari dukungan dari mama dan papa. Memangnya berapa gaji kamu sebagai sekretaris? 10 juta? 20 juta? Atau 50 juta? Kamu mau minta uang belanja berapa? Pasti bakal aku kasih. Nggak perlu jadi sekretaris di perusahaan orang lain. Suamimu ini masih mampu menghidupi kamu," ujar Zico arogan.
"Suami di atas kertas?" cibir Delia enteng, kemudian berlalu ke kamar mandi.
"Kau.." geram Zico yang akhirnya hanya bisa mengusap wajah kasar mendengar jawaban Delia, karena Delia langsung masuk ke kamar mandi, "dasar keras kepala! Susah sekali mengatur gadis ini. Harus aku apakan supaya dia menurut sama aku?" gumam Zico membuang napas kasar.
Sedangkan Delia yang berada di kamar mandi nampak kesal.
"Pulang capai-capai gini malah di ajak ribut. Menyebalkan sekali! Mimpi apa...aku bisa punya suami macam dia? Aku nggak minta apa-apa dan bekerja sendiri saja nggak dihargai sama dia, bagaimana kalau aku hidup bergantung sama dia sepenuhnya?" gerutu Delia membuang napas kasar.
Setengah jam kemudian Delia keluar dari kamar mandi. Delia mandi cukup lama karena tadi berendam di dalam bathtub dengan air hangat untuk merilekskan tubuhnya.
Zico melirik Delia yang keluar dari kamar mandi. Ia melihat tubuh Delia dari belakang saat gadis itu berjalan menuju walk in closet. Karena Delia mengikat bath robe yang dikenakannya cukup kencang, jadi Zico bisa melihat pinggang Delia yang ramping dan pinggul serta bokonggnya yang besar.
"Aku pikir saat kami menikah kemarin dia memakai korset agar pinggangnya terlihat ramping dan memakai bantalan pinggul serta bokongg agar pinggul dan bokonggnya terlihat besar. Ternyata dia benar-benar memiliki pinggang yang ramping, pinggul yang besar dan bokongg yang bervolume," gumam Zico yang yakin bahwa saat ini Delia tidak sedang menggunakan korset atau bantalan di tubuhnya. Karena Delia baru saja selesai mandi dan hendak berpakaian.
Selama ini Delia selalu memakai baju oversize dan kulot, hingga bentuk tubuhnya tak terlihat. Namun saat Delia memakai bath robe tadi, Zico bisa melihat jelas bentuk pinggang, pinggul dan bokongg Delia.
Tidak bisa dipungkiri, pinggul yang lebar membuat pria tertarik karena berhubungan dengan kesehatan dan kesuburan yang baik. Perempuan yang punya pinggul besar diyakini punya kesuburan yang baik dan bisa menanggung kehamilan yang sehat. Penelitian ilmiah juga menunjukkan bahwa perempuan berpinggul besar memiliki hormon estrogen tinggi sehingga tidak rentan mengalami penyakit.
"Apa ukuran dadanya juga besar?" gumam Zico tanpa sadar, "arghh.. Shitt! Kenapa setiap bersama Delia otakku jadi kotor begini?" gerutu Zico merutuki dirinya sendiri.
Zico membuang napas kasar, "Kenapa aku begitu tertarik pada fisiknya? Padahal banyak wanita seksi di luar sana yang mempertontonkan tubuh mereka. Tapi kenapa aku hanya tertarik pada tubuh Delia?" gumam Zico yang tak mengerti dengan dirinya sendiri.
Tak lama kemudian Delia sudah keluar dari walk in closet memakai pakaian rumahan yang seperti biasa, ukurannya oversize.
"Sepertinya dia memang sengaja menutupi bentuk tubuhnya," batin Zico yang tak bisa lagi melihat lekuk tubuh Delia seperti tadi.
Zico menatap Delia yang sedang menyisir rambutnya di depan meja rias.
"Sebaiknya kamu berhenti bekerja," ucap Zico yang lagi-lagi membuat Delia menghela napas panjang.
"Aku nggak mau berhenti bekerja," sahut Delia tegas.
"CK. Sudah aku bilang, aku akan memberikan berapapun uang belanja yang kamu mau, jadi kamu nggak perlu bekerja," decak Zico kesal karena Delia tetap keras kepala ingin bekerja.
"Aku tidak mau. Aku nggak Makai apa yang kakak beri aja kakak sok ngatur aku dan nggak menghargai aku, gimana kalau aku menggantungkan hidup aku sepenuhnya sama kakak? Selain itu, apa perlu aku ingatkan lagi, kalau kita hanya pasangan suami-isteri di atas kertas? Kakak sendiri yang mengatakannya," ucap Delia menahan rasa kesalnya.
"Okey, aku nggak akan menganggap kita hanya sepasang suami-isteri di atas kertas. Kita akan menjadi sepasang suami-isteri yang sesungguhnya, asalkan kamu menurut sama aku," ucap Zico bersungguh-sungguh.
"Menurut dalam konteks apa maksud kakak?" tanya Delia menatap Zico serius.
"Tentu saja dalam segala hal," sahut Zico.
"Nggak. Aku nggak mau. Kakak akan semakin menindas aku jika seperti itu konteksnya," tolak Delia.
"Lalu, mau kamu apa?" tanya Zico menahan emosinya.
"Mauku apa? Apa kakak beneran ingin tahu apa keinginanku dan akan berusaha untuk melakukan apa yang aku mau?" tanya Delia menatap Zico dengan tatapan serius.
"Kalau aku nggak pengen tahu, buat apa aku bertanya sama kamu? Soal aku mau atau tidak melakukan apa yang kamu mau, itu tergantung dari apa dulu keinginan kamu," sahut Zico menghela napas kasar.
"Aku nggak yakin kakak mau melakukan apa yang aku mau," ucap Delia menghela napas panjang.
"Katakan saja apa yang kamu mau, nggak usah berbelit-belit!" tukas Zico tak sabar.
"Okey, kalau begitu, dengarkan apa yang aku katakan ini baik-baik! Aku ingin kakak menghargai, menghormati dan memperlakukan aku dengan baik seperti papa memperlakukan mama. Jika kakak bisa bersikap seperti papa bersikap sama mama, aku janji aku menurut sama kakak. Apa kakak sanggup?" tanya Delia menatap Zico seraya mengangkat kedua alisnya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
penampilkan delia ini mirip tokoh betylafea g sih q gmbranya itu kawat gigi poni depan
Good job thor..