Kita semua punya keinginan tapi semesta punya kenyataan.
Bruuaaakk
"Aduh.... ". ringis seorang gadis yang bernama Eliana Hira Adipura atau sering di sapa El.
"Kamu gak papa nak? ". tanya seorang ibu paruh baya dengan sigap menolong El yang terjatuh.
"Maaf ya nak, karena menghindari ibu kamu jadi jatuh dan terluka begini ". ucap ibu itu dengan nada tak enak hati.
"Gak apa-apa bu, hanya luka ringan saja kok, nih lihat masih bisa loncat-loncat kan? ". ucap Eliana dengan melompat-lompat kecil membuktikan bahwa dia baik-baik saja.
selamat membaca......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamy charmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
tok tok
"Tuan muda waktunya makan malam di suruh nyonya turun..... ". teriak maid itu.
"Ya, duluan".
"Baik tuan muda saya ke bawah dulu melapor nyonya". sautnya dan turun melapor ke sang nyonya yang menunggu anak semata wayangnya.
Tak berapa lama yang di tunggu turun juga.
"Kita makan dulu". titah sang kepala keluarga.
Setelah selesai makan mereka pindah duduk ke ruang keluarga.
"Daddy denger kamu tadi di serang? kamu gak papa kan? ".
"iya Dad, it's ok".
"Siapa mereka? ".
"Belum tau Dad, mereka mengirim 25 pembunuh bayaran, dan sekarang mereka ada di markas untuk di introgasi".
"A apa? 25 pembunuh bayaran? ". ucap sang Mommy dengan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Daddy mengelus punggung Mommy menenangkan.
"Iya Mom, untung ada yang membantu Al tepat waktu". ucapnya serius.
"Be benarkah? siapa dia Al, mommy pingin ketemu dia". ucap mommy antusias.
"Hmm dia seorang perempuan, Al seperti mengenalnya tapi Al belum tau pasti kalau itu memang dia, Al akan cari tau dulu kebenarannya". Al menatap Mommy dan Daddy nya dengan yakin.
"Jadi..... yang nyelamatin putra Mommy seorang perempuan? oh astaga!! tolong cari dia Al, Mommy sungguh-sungguh ingin ketemu sama dia". ucapnya dengan berbinar senang.
"Iya Mom, Mom tenang saja nanti kalau Al sudah yakin siapa dia, Al akan bawa dia ke Mommy hm". ucapnya lembut menatap sang Mommy.
"Kamu harus lebih hati-hati son, sebelumnya Daddy yang di jebak dan sudah membuat orang yang tak bersalah kehilangan nyawanya dan sebuah keluarga kehilangan pelitanya sampai sekarang Daddy masih menyesali akan hal itu".
"Tapi Daddy kan sudah bertanggung jawab pada keluarga mereka bahkan membiayai sekolah kedua anaknya sampai lulus kuliah di universitas yang mereka inginkan kelak". sanggah Al agar sang Daddy bisa sedikit menghilangkan rasa bersalahnya karena itu juga bukan kehendaknya.
"Hm kamu benar Al, tapi yang Daddy dengar anaknya yang besar sekolah dengan menggunakan beasiswa penuh, dia juga bersekolah di sekolah yang sama denganmu". ujar Daddy menatap Al intens.
"Benarkah Dad? ".
"Iya Al,dia anak yang pintar makanya dapat beasiswa, sedangkan adiknya juga mengajukan beasiswa waktu itu tapi tidak lolos dan akhirnya harus sekolah di tempat lain tidak sama dengan kakaknya". jelas Daddy.
"Siapa namanya Dad? ". tanya Al penasaran.
"Hmm, yang besar kalau gak salah ELIANA HIRA ADIPURA dan adiknya DIKTA ADIPURA".
Deg
"Siapa Dad? ". tanya ulang Al tak percaya.
"ELIANA HIRA ADIPURA dan adiknya DIKTA ADIPURA". ulang sang Daddy.
"Kenapa sih Al? ". heran Mommy melihat ekspresi anaknya yang tak biasa.
"Kalau dugaan Al bener, yang nolong Al tadi adalah El, Eliana Hira Adipura". ucap Al dengan ekspresi yang sulit di artikan.
"Ja jadi.... ayahnya yang ditabrak Daddy sedang anaknya yang menolong Al? ". seru sang Mommy yang terkejut seketika meneteskan air mata, begitupun yang lain.
"Takdir macam apa ini ya Tuhanku..... ". lanjutnya.
Sedangkan dua lelaki berbeda usia itu sama-sama meraup wajahnya kasar.
"Al..... tolong bawa dia kesini.... Mommy ingin ketemu dia". kata Mommy dengan isakan tangis berucap dengan sendu.
Mereka, perasaan mereka serasa di aduk, secara tak langsung ayahnya menyelamatkan nyawa Daddy dan anaknya menyelamatkan nyawa Al. Entahlah, harus dengan apa mereka membalas budi yang tak mungkin bisa di balas ini.
Keesokan paginya......
El sudah di sibukkan dengan segala aktifitas setiap paginya tapi kerennya dia bisa meraih beasiswa penuh dengan usahanya dan tetap menulis novelnya dengan tepat waktu.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 El pergi ke kamarnya untuk segera bersiap setelah selesai dia melihat sudah ada Mama dan adiknya di ruang makan.
Tanpa banyak ngomong mereka langsung mulai makan dan setelahnya berangkat ke tujuan masing-masing.
"Haah, nyampe juga...... akhirnya.... ". gumam El, hari ini dia tidak mengantar sang adik karena sudah berangkat bareng sang Mama.
El berjalan dengan tangan di masukkan ke saku hoodie warna navy yang di kenakannya, rambutnya di kuncir kuda dengan tas ransel hitam di balik punggungnya dan terselip earphone di telinganya guna mendengar musik kesukaannya.
"Jadi.... apa waktu itu lo nangis karena lo kangen sama papa lo? maaf.... ". batin Al yang melihat El sejak ia datang di parkiran dan itu jelas menarik perhatian teman-temannya tapi tak ada satupun yang berani untuk bertanya karena melihat ekspresi Al yang tak seperti biasanya.
Puk
"kita masuk, bentar lagi bel berbunyi". ucap Archi
"Hm". jawabnya
"Ada apa dengan bos? ". tanya Sam.
"Mene ke tehek". jawab Aiden mengedikkan bahunya lalu mengejar Al Archie.
"Huuft punya temen kok gitu amat". keluh Giga.
Sepanjang jalan menuju kelas tak berhenti kaum betina berteriak.....
"Aaaaah Al selalu keren dan gagah, auww panas rahim gue hanya ngebayangin saja".
"Archi....... si cool, uuuuuuh aku padamu arch..... ".
"Aiden........ kenapa kamu keren banget sih.... pacaran yuuuk".
"Giga...... Sam....... i lope yuuuu".
"Astaga..... apa dah mereka tuh, gak bosen apa tiap hari teriak kayak gitu". ucap Aiden jengah.
"Kayak monyet gak sih suara-suara lagu seperti itu". seru Sam heboh.
"Anjirrr monyet gak tuh..... ". saut Giga yang membuat mereka tertawa ngakak dengan guyonan yang mereka layangkan.
Di dalam kelas...
"Tangan lo kenapa El? kok keliatan memar? ". tanya Nanta sambil mengangkat tangan El untuk di periksa.
Dan saat itu juga Al masuk ke kelas dan melihat ke arah tangan El.
"Gak apa-apa Ta..... hanya luka kecil". jawab El menarik tangannya pelan.
"Mana ada luka kecil El, itu memar lebar gitu ". khawatir Fenya.
"Ini memar pukul kan? ". ucap Fenya lagi dengan mata memicing menatap El.
"Haiiih, emang gak ada yang bisa gue sembunyiin dari lo semua". ketawanya yang di tatap dengan tatapan tajam oleh sahabatnya.
"Apa sih? gak boleh ketawa emang gue? ". sewot El.
Al yang memerhatikan sedari tadi menatap El dengan tatapan yang sulit di artikan dan itu tak luput dari pandangan Archi.
"Dekati bos kalau suka, kalau di rebut orang ntar nyesel". ucapnya tanpa melihat ke Al lagi.
"Banyak hal yang bikin gue gak yakin untuk deketin dia". serunya meraup wajahnya kasar.
"Kenapa? ". penasaran Archi yang sudah menghadap ke arah Al, sedang ke tiga teman yang lain heboh sendiri bersama teman sekelasnya.
"Huft, rumit ntar gue ceritain". jawabnya menatap El sendu.
Yang di tatap sama sekali gak perduli meski dia merasa sedari tadi ada yang merhatiin.
Plak
"Lo itu udah kayak gitu masih saja ketawa, bikin gue pingin jites lu tau gak? ". gemes Anya dengan tangan yang siap ingin menjitak pala El tapi dengan cepat tangan Fenya melindungi kepala El.
"Weeek, gak kena gak kena........ ". ejek El pada Anya.
Anya gak bisa lagi bertahan dengan kegemasannya lantas mengejar El yang sudah siap berlari.
"Aaaaaa lontoooooong, eh kliru, tolooooooong". teriaknya dengan gaduh memutari bangku lalu berlari ke arah belakang.
Mendengar El berteriak semua orang ketawa ngakak sampai memegang perutnya masing-masing.
Braaaak
"aku, kamu dan toleransi