NovelToon NovelToon
Kidung Lara Di Tepi Senja

Kidung Lara Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda Yuzhi

Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.


Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?

~~ Dilara Annisa ~~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Manusia Tidak Tau Diri.

Fikri terpaku di tempatnya, melihat sosok bermukena warna putih tulang sedang duduk berdzikir di atas sajadah. Hatinya tertampar. Sebagai seorang laki-laki yang bergama Islam, dia sudah cukup jauh dari perintah Allah. Dia sering lalai melaksanakan kewajibannya. Dan lihatlah, di depan sana duduk seorang makmum tanpa imam bersiap sujud pada sang pemilik hidup.

Fikri memutar tubuh dan melangkah pelan keluar dari dalam kamar. Kepercayaan dirinya seketika menciut, tertampar dengan pemandangan di depannya. Sungguh dia malu pada Dilara. Sebagai pemimpin, dia sudah kalah telak dari istrinya.

Langkah lunglai Fikri perlahan menuruni undakan tangga. Laki-laki itu berjalan lemah memasuki kamar tamu yang bersisian dengan kamar yang ditempati oleh Maria dan Ann.

" Apalah aku. Punya dua istri tapi tidak mampu membimbing mereka untuk lebih baik lagi. " Gerutunya dalam hati lalu menghempaskan tubuhnya di tepi kasur dengan wajah gusar. Dia memang tidak berguna, setidaknya itu yang terlintas dalam benaknya.

Fikri merebahkan tubuhnya dengan kaki menggantung. Tubuhnya sangat letih. Seharian dia memang tidak bekerja, tapi emosinya terkuras habis dengan kejadian tidak terduga membuatnya lelah fisik dan juga lelah psikis.

Tatapan kosong menatap langit-langit kamar, wajah teduh Dilara terus menari di kelopak matanya. " Ra, abang sangat mencintaimu. Jangan berubah, Ra ! Tetaplah di sisi abang. " Gumamnya tanpa sadar. Perlahan, netra hitam pekat itu terpejam dan sang pemilik tanpa sengaja hanyut ke alam mimpi.

Dan Fikri pun tertidur dengan segala keresahannya.

♡♡♡

Pukul 19.00 di meja makan telah tertata rapi hidangan makan malam. Dilara berjalan gontai menuju meja makan. Diedarkannya tatapan mencari sosok lain di ruang makan itu, selain Mbak Ina yang sedang menata makanan.

" Mana yang lain, Mbak ? " Tanya Dilara pelan sambil menarik kursi yang biasa dia tempati ketika makan.

Mbak Ina mengangkat pandangannya. " Eh Ibu ! ibu Maria dan dek Ann kayanya belum keluar dari kamarnya. Kalau bapak, saya belum melihatnya dari tadi. " Sahut pelayan itu mengangguk sopan.

Dilara mengangguk pelan. " kemana abang ? Sepertinya dia keluar dari kamar saat aku sholat tadi. " Gumamnya lalu beranjak hendak mencari keberadaan Fikri.

" Panggil Maria dan Ann untuk makan malam. Saya akan mencari bapak. " Titahnya pada mbak Ina sebelum pergi.

" Iya, Bu. "

" Apa mungkin dia di kamar Maria ? " Batin Dilara bermonolog. Denyutan nyeri terasa lagi, ketika membayangkan suaminya berduaan di kamar dengan perempuan lain.

" Hfff...kenapa harus memikirkan yang tidak seharusnya dipikirkan. Toh sah-sah saja seorang suami sekamar dengan istrinya. " Batin Dilara dan itu menambah perih di sudut hatinya.

Dilara memutar badannya. Dia mengubah langkahnya menuju taman belakang rumah. Bisa jadi suaminya itu sedang duduk di taman, namun nihil. Dilara tidak menemukan sang suami di sudut mana pun, di area rumahnya.

Dilara kembali ke ruang makan. Nampak di sana sepasang ibu dan anak sudah duduk di depan meja makan.

" Kak Fikri kemana ? " Tanya Maria pada Dilara saat istri pertama Fikri itu duduk kembali di tempatnya.

Dilara hanya menatap Maria sekilas " artinya abang tidak lagi bersama Maria. " batinnya lagi lalu memanggil Mbak Ina. " Mbak ! Kenapa mbak Ina tidak gabung di sini ? " Ujarnya melihat mbak Ina dari kejauhan duduk di depan kompor.

Maria mendengus kasar melihat Dilara tidak menanggapinya. " Sombong sekali si mandul ini. " Gerutunya di dalam hati. " Awas kau ! " Tatapan matanya menghunus tajam ke arah Dilara.

Mbak Ina bergegas menghampiri Dilara. " Ada yang bisa saya bantu, bu ? " Tanya mbak Ina menunduk hormat.

" Kenapa mbak Ina makan di situ ? " Tanya Dilara menatap penuh tanya pada pembantunya itu. Di dalam rumah ini memang sudah menjadi kebiasaan kalau waktunya makan, harus makan bersama di meja makan tanpa harus membedakan pelayan dan majikan. Dan Dilara merasa aneh kalau mbak Ina memisahkan diri dari meja makan.

" Eehh..itu an-anu. " Gagap Mbak Ina sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

" Anu kenapa ? " Tekan Dilara mengangkat alisnya sebelah.

Mbak Ina makin salah tingkah. Diliriknya Maria yang sedang menatapnya tajam.

" Maaf bu, saya tidak diijinkan makan di sini sama bu Maria. " Ucap Mbak Ina terus terang merasa geram melihat tatapan Maria yang mengintimidasinya.

Maria tersentak sambil mengepalkan tangannya. " Sialan ini pembantu tidak tau diri. " Gerutunya dalam hati.

Dilara mengalihkan tatapannya, menatap madunya dengan tatapan datar. " Apa alasanmu ?! " Tanyanya sarkas.

Maria terperangah, tapi sebisa mungkin dia menguasai keadaan. " Tidak etis rasanya seorang pelayan, makan semeja dengan majikan. Makanya saya ajarkan adab itu pada mbak Ina. " Jawabnya dengan tatapan angkuh.

" Siapa kau ? Dan siapa yang memberimu hak merubah peraturan di dalam rumahku ? Dan saya rasa, yang perlu diajarkan adab di sini bukan Mbak Ina. Karena dari dulu Mbak Ina lebih paham soal adab." Sarkas Dilara menatap tajam pada Maria.

Muak. Satu kata itu yang terlintas di otaknya melihat tingkah istri kedua suaminya itu, yang seenaknya bertindak.

Maria terkekeh sinis sambil mengepalkan tangannya. Dia cukup tersindir dengan bahasa sarkas yang dilontarkan oleh Dilara. " Kak Lara bertanya siapa saya ? Saya juga istri pemilik rumah ini, kalau kak Lara lupa. Otomatis saya juga nyonya di dalam rumah ini. " Sahutnya semakin berani pada Dilara. Dia ingin memprovokasi wanita anggun itu.

Dilara mengetatkan rahangnya. Sebisa mungkin dia menekan emosi agar tidak terpancing. Selain saat ini berada di meja makan, dia ingin tau sampai di mana keberanian Maria dalam bertindak.

" Ternyata selain tidak tau malu, kau itu definisi manusia tidak tau diri. Perlu kau ketahui, rumah ini mutlak milikku. Ini rumah atas namaku. Sekali lagi kutekankan, jangan langgar batasanmu" Tekan Dilara dengan nada datar. Aura dingin yang menguar dari wajah yang biasa teduh itu, berhasil mengintimidasi Maria.

Maria hanya bisa menunduk, menghindari tatapan dingin dari Dilara. Jujur, kuduknya meremang melihat tatapan itu, tapi sebisa mungkin dia harus menguasai dirinya agar tidak terlihat lemah.

" Mama ! Ann lapar ! Kapan Ann bisa makan, mama ?! " Rengekan Ann memecahkan suasana tegang.

Maria melirik Dilara setelah menguasai kegugupannya melihat raut wajah rivalnya. " Ini kapan mulai makannya, kak ? Anak saya sudah sangat lapar. " Ujarnya sedikit emosi untuk menutupi ketakutannya.

Dilara menghela nafasnya, meraup oksigen dengan rakus guna meredam emosinya yang terus terpancing. " Kalau mau makan, makanlah lebih dulu. Saya masih menunggu kepala keluarga. Tidak etis rasanya saya makan tanpa menunggu suami saya lebih dulu. " Sahut Dilara datar lalu beranjak dari tempatnya dan meninggalkan ruang makan menuju dapur.

Maria yang mendengar ucapan Dilara, hanya memutar bola matanya. Bukannya tersentil, dia malah segera mengambil makanan untuknya dan sang anak, tanpa peduli tatapan sinis yang dilemparkan oleh Mbak Ina. Ibu dan anak itu makan tanpa peduli lagi dengan sekitarnya. Rasa lapar yang menguasainya mengalahkan akal sehatnya. Perutnya dari tadi terus berdemo minta diisi, apalagi ada janin yang harus diberinya asupan nutrisi.

Mbak Ina bangkit dari tempatnya segera menyusul sang majikan. " Cih... nggak punya malu. Wong tuan rumah belum juga makan. Malah duluan makan kaya orang belum mangan sebulan. " Gerutu Mbak Ina merasa kesal melihat Maria makan tanpa sungkan pada Dilara.

" Loh, ibu lagi ngapain ?! " Pekik Mbak Ina melihat sang majikan.

Kamis, 5 September 2024

❤️❤️❤️

Assalamualaikum Warrahamatullahi Wabarakatuh...

Kembali Author menyapa pembaca setia yang enggan meninggalkan jejak....eeaaa curhat niee.. 🤭🤭

Boleh dong bagi like, vote, komen dan bintang limanya, biar ceritaku ini nggak terkesan dibaca sama siluman 🤣🤣 sorry ya, canda ding 🙏🏻🙏🏻 soalnya liat pembaca seribu lebih tapi jejaknya tak berbekas 😁😁

But, author tetap sayang kalian semua kok.😘😘😘

Tetap tunggu update dari aku yaa 🙏🏻🙏🏻

1
Nani Rahayu
ayo Fikri jujur ..tegas...jangan sampe nyesal .. karena kesempatan tidakbdatang dua kali...dilara love youuu🥰🥰
Nani Rahayu
Alhamdulillah...semoga kita semua diberi kesehatan...setia dong Thor🥰🥰
Senja Ariestya: Makasi 🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Cepet sehat, hangan sampai Fikri tergoda sama Maria ya thor ... jijik aku
Senja Ariestya: Aamiin 🤲🏻
makasi yaa
total 1 replies
Nani Rahayu
semoga author cepat sehat.....kami mmg menunggu up nya selalu...tp kalo mmg LG sakit istirahat dulu Thor......semoga kita semua sehat2 terus yaaaaa
Senja Ariestya: Aamiin...
terima kasih dukungannya 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Agus Tina
Baru mampir, sepertinya ceritanya menarik ... rajin2 up ya jangan gantung nanri sakiit
Senja Ariestya: terima kasih sudaah mampir
total 1 replies
Nani Rahayu
nikmati drama mu neng maria
Senja Ariestya: 🤭🤭🤭🫣🫣🫣🫣🫣
total 1 replies
Nani Rahayu
good job lara. .... kita liat Maria masih mau gak hidup dengan pria yg kantongnya udah kempes🤭🤭🤭🤭
Nani Rahayu
Fikri terlalu gampang menyalahkan...tp kok y kasian ma Fikri
Senja Ariestya: salam.sama lajangnya yaa kak
Senja Ariestya: Ahaiii...😅
total 4 replies
Nani Rahayu
kalo Maria yg kecebur drama lagi....terus Fikri percaya LG...berat bener ujianmu fikri 🤭🤭semoga kamu tidak lupa karakter asli istrimu ya
Cakrawala_Jingga: nah itu yg terlintas di otakku...
hidup Maria itu penuh manipulasi
total 1 replies
Nani Rahayu
kayaknya Maria ini ujian buat Fikri dan dilara.....Fikri salah karena ambil keputusan sebesar ini tanpa melibatkan istri .....tp kayaknya kalo kasus Fikri ini masih boleh lah dimaafkan 🤭karena kan g sengaja berkhianatnya ....kadang kan udah jelas lakinya berhianat masih bisavyermaafkan kok...semoga lara lebih sabar ,bisa menerima Fikri kbali....dan Fikri harus lebih tegas....dan mikir lagilah... tanggung jawab g mesti jadikan istri
Cakrawala_Jingga: Aku hadir kak
meninggalkan jejak.
semangat updatenya /Good//Good/
Senja Ariestya: terima kasih sudah mampir 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Cakrawala_Jingga
Lop yu too buat author.
Aku selalu meninggalkan jejak kok Thor...
boleh yaa double up /Pray//Pray/
Cakrawala_Jingga
lop yu too,Thor
double up dong Thor ...pliss !/Pray//Pray//Pray/
Cakrawala_Jingga
lanjut ...
double up dong
Cakrawala_Jingga
Kasian mbak Ina
Cakrawala_Jingga
Astagaaa....
tidak anak tidak ibu,dua duanya bikin kesel /Panic//Panic/
Cakrawala_Jingga
Makin seru
lanjut kak
Neneng Dwi Nurhayati
buat dilara cerai sama Fikri kak, kasian
dan pergi jauh dari fikri
Cakrawala_Jingga: Iya...kasian gitu yaa
Fikri Maruk. gemes aku
Senja Ariestya: Terima kasih sudah hadir 🙏🏻🙏🏻
total 2 replies
Cakrawala_Jingga
haha ?
Fikri Maruk...
mau dua duanya.
mana ada perempuan normal, yang rela melihat suaminya dengan perempuan lain ?
agak laen memang kau, Bambang !!
Senja Ariestya: terima kasih, kak 🙏🏻
total 1 replies
Cakrawala_Jingga
nggak enak kan didiamin /Tongue//Tongue/
Senja Ariestya: makasih 🙏🏻
total 1 replies
Cakrawala_Jingga
Novelnya keren.
penulisannya rapi dan sesuai dengan kaidah menulis. Semangat berkarya Thor /Good//Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!