Dangerous Woman

Mentari sudah mulai meninggi. Kicauan burung di pagi hari sudah tak terdengar.

Langit yang masih tampak gelap telah bersinar terang.

Namun pagi ini mansion Renner sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

Semua pelayan bahkan pengawal tengah dirundung kepanikan dan ketakutan.

Bagaimana tidak, sebelum meninggalkan mansion mewah ini. Sang nona tengah membuat keributan dengan melemparkan semua pakaian suaminya dan membakarnya tepat di dalam mansion mewah tersebut.

Tak ada yang berani melarang ketika sang nona memberikan tatapan membunuh. Bahkan sampai mengancam para pelayan yang berani mengganggu kesenangannya.

Setelah membakar dan mengacaukan seisi mansion, wanita itu pergi tanpa rasa bersalah sama sekali.

Dan setelah kepergian sang nona, para pelayan dibuat kalang kabut.

Pukul 09.00 pagi, Jeremy baru saja membuka mata ketika silau matahari menembus dibalik gorden yang tak tertutup rapat.

Jeremy menengok menatap jam. Ia menghela napas kasar dan langsung bangkit dari sofa.

Semalam ia tertidur di sofa dengan banyak tanya yang bersarang di kepala.

Memikirkan perubahan signifikan yang terjadi pada wanita yang selama satu tahun ini menjadi istrinya.

Wanita bodoh yang selalu tunduk padanya. Itulah anggapan Jeremy pada sosok Atha.

Semenjak hubungannya dengan Atha bersitegang, Jeremy selalu telat pergi ke kantor karena tak ada yang membangunkan.

Jeremy sebenarnya sudah bergantung pada Atha namun ia masih tak menyadarinya.

Melangkah keluar dari ruang penyiksaan, Jeremy mendengar bisikan-bisikan para pelayan.

“Ada apa?” tanya Jeremy menghentikan langkah.

Pelayan itu hanya menunduk dengan tubuh bergetar ketakutan.

Sedang tak ingin memaki Jeremy melewatinya begitu saja.

Namun tatapan Jeremy terarah ke lantai bawah di mana para pelayan sedang berkerumun.

“Apa yang kalian lakukan di sana?!”

Jantung semua pelayan yang ada di sana berdebar dengan cepat.

Tangan mereka mencengkeram baju yang dipakai.

Mereka menunduk dengan takut.

Deg!

Tatapan Jeremy terbelalak melihat dengan jelas kekacauan apa yang terjadi.

Di tengah-tengah ruangan ada bekas abu pembakaran yang menyisakan warna hitam di sekeliling.

Dan yang lebih membuatnya geram adalah potret pernikahan yang teronggok mengenaskan dengan bingkai yang sudah tak berbentuk.

Bukan potret pernikahannya dengan Atha melainkan dengan istri tercintanya, Atlanta Serin Dominic.

Dengan langkah cepat dan tangan yang terkepal kuat Jeremy menuju lantai dasar.

Rahangnya mengeras dengan amarah tang berkobar.

“APA YANG TERJADI DI SINI?!” bentaknya pada semua pelayan yang ada di sana.

Mata Jeremy bahkan melotot tajam.

Foto pernikahannya dengan Serin bagaikan kertas lusuh yang baru saja di injak-injak.

Kepalanya seolah menguarkan asap hitam, Jeremy murka.

“KATAKAN! APA YANG SEBENARNYA TERJADI HAH?!” bentaknya lagi semakin keras.

Suasana semakin mencekam. Jeremy semakin murka ketika melihat potongan kain yang sangat dikenalnya.

Itu adalah pakaian hadiah dari Serin.

Para pelayan semakin menunduk takut.

Dalam hati mereka mengutuk kelakuan Atha yang membuat mereka terjebak dalam situasi seperti ini.

Melihat para pelayan masih bungkam Jeremy menduga satu hal.

Tangannya terulur.

Plak!

Plak!

Gina si kepala pelayan harus mendapatkan tamparan keras dari Jeremy hingga tersungkur.

Semua pelayan semakin ketakutan.

Tak ada yang berani bersuara atau menyuarakan diri.

Mereka hanya menunduk dengan tubuh yang gemetar hebat.

“ALATHA!!” teriaknya menggema memenuhi seisi mansion semakin menambah ketegangan di antara mereka.

Satu nama keramat yang menjadi dalang kemarahan seorang Faiz Jeremy Renner.

Dengan langkah cepat Jeremy meninggalkan kumpulan para pelayan dan bergegas menuju kamar utama dengan langkah tergesa.

Brak!

Bantingan pintu semakin terdengar keras, Jeremy masuk ke kamar utama dan melihat kekacauan yang sama.

Bruak!

Jeremy menendang apapun yang menghalangi langkahnya.

Ia berjalan ke arah kamar mandi namun kosong. Langkahnya berpindah ke ruang ganti.

Matanya terbelalak dengan lebar menyaksikan lemari pakaian miliknya kosong.

“Alatha! Brengsek! Rupanya kau sudah berani menantangku. Awas kau!”

Jeremy memilih keluar dari kamar utama dan kembali ke lantai dasar.

Matanya melihat kehadiran sang asisten yang sedang berkutat dengan laptop.

“Maaf Tuan, saya lengah. Saya kehilangan jejak Nona Atha.”

Bugh!

“Dasar bodoh!”

Jeremy benar-benar sudah berada diambang batas.

Melihat kekacauan yang diperbuat Atha saja sudah seperti ini. Apalagi mendengar laporan dari asistennya bahwa ia sama sekali tak mampu menembus keberadaan Atha.

“Arghh!” teriak Jeremy lantang sambil menjambak rambutnya kasar. “Kerahkan seluruh anggota Black Eagle untuk mencari keberadaan wanita sialan itu secepatnya.”

“Baik Tuan.”

“Kau keterlaluan Atha!” mata Jeremy menatap potret pernikahannya. “Sialan!”

Bukan salah Atha jika ia membakar dan memporak-porandakan potret pernikahanmu.

Oh ayolah Jeremy, kau tidak bodoh.

Bagaimana perasaanmu saat kau tinggal di tempat istrimu tapi istrimu memajang potret bersama dengan lelaki lain.

Mungkin kau memang tak punya rasa cinta namun rasa muak itu selalu ada.

Dan Atha sedang mengalami fase di mana dirinya benar-benar muak dengan apa yang dilihatnya selama ini.

Potret dirimu dan Serin yang tengah tersenyum bahagia seolah tengah mengejek Atha.

“Dasar jalaang!” umpatnya lagi sebelum melangkah pergi.

🍁

Bersambung...