Gairah Sang Mantan

Waktu terus begulir begitu cepat, Sudah lebih dari 6 bulan bekerja disini aku sudah terbiasa dengan rutinitas yang ada . Bagas juga setiap hari selalu antar jemput kerja, meskipun aku sudah melarangnya tapi dengan alasan gak tega kalau lihat aku bawa motor sendiri, bahkan dia juga pindah kost kampung sebelah rumahku.

Hari ini tepat hari liburan sekolah, hari yang bakal sangat melelahkan , bagaimana tidak, banyak rombongan² daei sekolahan yang sedang berlibur ke tempatku bekerja .

Siang hari tepat dimana Aku menunggu sasa yang sedang pergi ketoilet, ada seorang yang memanggilku untuk membeli tiket . Ketika aku hendak menanyakan berapa tiket yang akan di beli. Aku melihatnya

Seorang lelaki yang sedang menggedong anak laki laki berusia sekitar 5 tahun .

Yah.. Laki laki yang selama ini hilang entah kemana, tanpa kabar dan dengan tiba tiba muncul kembali di hadapanku, dengan statusnya yang sudah menjadi seorang suami dan juga Ayah dari anak yang ia gendong. Bagaimana aku tau ? Yah dari ucapan wanita yang di sampingnya yang memanggilnya dengan kata "papah"

'RANDRA ' batinku ketika mata kita saling memandang ..

Segera ku tepis semua perasaan yang bercampur aduk di dadaku, aku harus tetap bersikap profesional dalam bekerja . Ternyata dia juga berpura-pura tidak mengenaliku.

' baiklah.. Toh kita juga sudah selesai'

Aku memasang wajah dengan tetap tersenyum tanpa menunjukan rasa keterkejutanku.

Setelahnya dia pergi bersama keluarga kecilnya, dadaku terasa sesak. Bukan karna rasa cemburu melihatnya dengan seorang wanita, tapi karna dengan melihatnya yang sudah mempunyai seorang putra, yang bahkan usianya 3tahun di atas Raina. Jadi selama ini kenapa kamu begitu tega membohongiku .

Aku mengatur nafas ku yang seketika memburu, ingin sekali memakinya bahkan memukulnya sepuas hatiku. Aku terduduk di depan loket, untung saja semua pengunjung sudah berpindah kearea atas.. Karena sudah lumayan lenggang aku beristirahat masuk ke dalam loket .

Pov Bagas

Hari ini sangat ramai, begitu banyak pengunjung yang mengantri untuk menaiki permainan yang sedang ku operasikan .

Lalu ada seorang pengunjung lelaki menggendong anaknya mendekat ke arahku .

"Silahkan kak.. Mau naik ? Boleh saya lihat tiketnya ? " ucapku sopan

"Mas.. Boleh pinjam bolpoinnya sebentar? Tanyanya

"Oh .. Boleh kak.. Ini silahkan " sambil ku serahkan bolpoinku, setelahnya aku melihat dia menuliskan sesuatu di belakang tiket nya lalu menyerahkannya padaku.

"mas.. Boleh minta tolong lagi ? Tanyanya

" Boleh, silahkan kak, ada masalah apa ?

" Tolong ini kasih ke orang yang jaga tiket di situ ya mas" sambil menunjuk ke arah loket Meyrina

" Tiket? Kenapa ini tiketnya kak? Kok di balikin? " tanyaku heran

" Tiketnya gak saya pakai mas, anak saya gak mau naik, tolong yah mas, nitip di sampaikan ke orangnya" Sambil menyodorkan langsung ke tanganku sebuah tiket yang sudah ia lipat kecil.

"Kalau saya di tanya , saya jawab dari siapa mas ? " tanyaku memastikan

"Bilang dari Randra, saya teman dia waktu masih di kampung dia yang lama" ucapnya menjelaskan.

" Oh.. Baik mas, nanti saya sampaikan"

" Terima kasih ya mas" lalu dia bergegas meninggalkan tempatku .

Ketika sudah sepi gak ada pengunjung , aku menghampiri loket Mey..

Kuliat Mey sedang duduk di dalam loketnya.

" Mey... Keluar sini" aku memanggil Mey dan duduk di depan loketnya . Terlihat mey keluar dari loketnya dan duduk di sampingku

"Ada apa kak?

"Capek yaa.. Kok tumben lesu gini" ucapku memperhatikan raut wajah mey

" Enggak kok.. "

" Ini mey.." ku sodorkan titipan tiket dari orang tadi

" Apa ini kak..?

" Titipan dari seorang lelaki tadi, katanya temenmu waktu di kampung dulu "

Raina hanya melihat lipatan tiket yang ada di tanganku tanpa mau mengambilnya .

"nih.. Ada pesannya kayaknya.. Soalnya tadi dia nulis sesuatu disini" ucapku lagi

" Buang aja kak.. Gak penting" ucap Mey

"Emang kamu udah tau siapa orangnya ? Gak di liat dulu pesannya ?

" Gak usah.. tadi dia bilang gak sapa namanya ke kak bagas ?

"bilang.. Namanya Randra " kamu kenal ?

ku lihat mey tersenyum getir, ketika aku menyebut namanya.

"Teman di kampung katanya ? " ucap mey menatapku

" iya.. Kenapa sih mey, kamu jadi aneh gini"

"Buang aja kertasnya kak.. gak ada lagi nama Randra di hidupku " ucap mey yang seketika membuatku semakin bingung .

Lalu ku buka lipatan kertas yang ku pegang , ku baca dan seraya menoleh ke arah mey

" MEY.. AKU INGIN BICARA DENGANMU,

08**23**2**4 HUBUNGI NO INI, AKU TUNGGU.. -RANDRA- "

" Sia sebenarnya dia mey? Kenapa kamu sangat tidak ingin tau tentangnya ? " aku semakin bingung melihat ekspresi Mey

"Dia.. Orang yang sudah meninggalkan ku " ucap mey dwngan tatapan ke arah depan

" Ayah Raina ? " tanya ku hati²

Tanpa bersuara ,mey hanya memganggukkan kepalanya.

Seketika kertas yang ada di tanganku , aku remas, Entah kenapa aku juga merasa ingin marah mengetahui tentang identitas orang tersebut .

"Mey.." aku mengalihkan pandangan Mey untuk menatapku

" Apa kamu masih berharap kembali dengannya ? " tanyaku

Mey hanya diam dan menatapku dalam .

"Jawab Mey.."

Kemudian Mey menunduk dan menggeleng

"Entahlah kak.. Ketika aku bertemu dengannya tadi aku serasa ingin marah dan memakinya, bahkan perasaan cinta yang dulu pernah ada sudah tidak aku rasakan ketika menatapnya, hanya amarah yang ku rasakan". Mey berkata sambil menundukkan kepalanya .

Aku mengangkat wajah mey kembali .

" Apa kamu sudah membuka hatimu untuk orang baru mey ? Tanyaku hati hati

" Aku masih mencoba kak"

"Biarkan aku yang mengisi dan memyembuhkan hatimu Mey" ucapku tanpa berkedip melihat dalam mata Mey

"Biarkan semua mengalir apa adanya kak"

"Aku serius Mey.. "

"Aku masih butuh waktu" dengan memalingkan wajahnya

" Baiklah, aku akan menunggumu.. Aku harap kamu mau membuka hatimu untukku Mey.. Jangan berlarut larut dalam kesedihan di masa lalu, masa depanmu masih panjang.. Selesaikan dulu masalahmu dengannya , Cobalah untuk berdamai dengan masalalumu .. karna bagaimanapun ada Raina yang menjadi Alasan untuk kalian tetap bisa bertamu.

"Aku mengerti kak.. Terima kasih " ucapnya dengan mata yang mengembun .

"Jangan bersedih.. kapanpun aku siap menunggumu mey.. " ucapku seraya mengusap air mata mey yang sudah menetes.

Ku serahkan kembali kertas yang sudah aku remat pada Mey

"jika sudah siap, Hubungi dia, selesaikan masalahmu.. Aku akan mendapingimu jika bertemu dengannya "

Mey menerima kertas tersebut, dan

"Tapi aku gak mau jika harus bertemu dengannya lagi "

" aku akan bersamamu menemuinya, kamu tenang saja.. Kita selesaikan baik baik "

" baiklah.. Terima kasih kak.. "