NovelToon NovelToon
Shortcoming

Shortcoming

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / rumahhantu / Akademi Sihir / Persahabatan / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Istana dan dunia istimewa. Semuanya immortal, kuat dan ajaib, tapi dunia itu hanya ada di dalam mimpi. Itu yang Layla yakini sedari awal mimpi buruk menghantuinya.

Di mimpi itu, dia mengenal Atoryn Taevirian, pemuda yang tengah patah hati dan mulai kehilangan akal sehat. Dia membenci ayahnya yang telah membunuh perempuan yang dia cintai. Dia membenci semua orang yang tidak ada kaitan dengan kematian Adrieth bahkan Layla yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan.

Atoryn menakuti dan menyakiti semua orang dengan tuntutan sang ayah harus mengembalikan Adrieth, sementara Layla berusaha mencari cara untuk melenyapkan mimpi buruk.

Alih-alih berhasil, hidup Layla malah menjadi semakin horor. Suatu hari dia ditarik memasuki dunia itu dan bertemu Atoryn. Layla berdiri tepat di depannya, gemetar ketakutan dibuat kebencian Atoryn yang membara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi Buruk!

Rencananya adalah Algar melakukan sedikit ritual dengan mulut komat-kamit untuk menghubungkan benaknya dengan sekumpulan semut di sekitar dan mengirim mereka memasuki istana. Berhubung hewan itu kecil, akan butuh beberapa saat untuk tiba. Sekiranya satu jam.

Selama itu, Algar, Layla dan Randell menunggu. Layla dengan ekpresi cemas nan tak sabaran, Algar dengan ekpresi benci sementara Randell hanya berdiri di sana dengan kewaspadaan extra.

"Jadi, apa rencanamu setelah bertemu dengan raja sebelumnya?" Algar membuka topik pembicaraan guna memecah keheningan, merasa diabaikan setelah mengabulkan permintaan Layla dan Randell.

"Aku mencari tahu soal Adrieth," jawab Layla. "Mungkin kau mengenalnya?" Alih-alih jawaban, Layla mendapatkan seringai penuh hina dari lawan bicara.

"Itu nama kekasih raja gila kalian. Tidak ada satu pun dari kami pernah melihatnya." Algar murid tahun ke-tiga di akademi ini dan selama itu tidak pernah dia tahu seperti apa Adrieth terlihat. Dia hanya sering mendengar nama itu dari mulut ke mulut. Tidak ada satu pun murid pernah melihatnya. Alasan kedua mengapa mereka tidak tahu adalah karena perempuan itu tidak pernah ke akademi.

"Tahun pertama aku datang, aku mendengar rumor." Algar menggali kembali ingatan tiga tahun lalu, di mana dia masuk di tahun yang sama dengan Randell. "Aku mendengar rumor bahwa ada seorang perempuan yang menyelinap memasuki istana setiap malam untuk menemui raja dan ketika matahari naik, gantian sang raja yang akan menyelinap meninggalkan istana untuk menemuinya. Suatu hari kemudian, perempuan itu tidak pernah lagi datang dan Atoryn pergi tanpa tahu apa itu pulang. Raja Samsons pergi untuk menyeretnya kembali dan tiba-tiba semuanya menjadi seperti ini."

"Itu adalah rumor." Randell mengingatkan, "kau akan digantung bila menyebarkan rumor tak berdasar."

"Itu bukan rumor bila semua orang tahu," balasnya ketus.

"Apa lagi yang kau tahu?"

Algar tidak langsung berbicara tapi membuat gerakan memanggil menggunakan tangan kanan. Layla menurutinya, menghampirinya untuk menyodorkan daun telinga. Algar berbisik, "Rumor yang aku dengar dari salah satu penjaga istana adalah Atoryn sakit parah sekitar dua tahun lalu." Layla sedikit tertegun kala mempertemukan kontak mata, meminta Algar untuk melanjutkan. "Aku juga dengar bahwa perempuan yang menemuinya tiap malam itu meracuninya. Dia hebat dalam membuat racun yang tidak berbau, karena itu penjagaan istana bertambah ketat hingga dia tidak bisa menyelinap masuk."

Randell menghela nafas frustasi, sekali lagi menegur, "kau benar-benar dalam masalah bila raja kita mendengar rumor itu. Kau tahu betapa dia mencintai perempuan itu."

"Tidak mungkin ...," gumam Layla. "Kau tidak serius berpikir perempuan itu berani meracuni Atoryn’kan?" Layla tidak sanggup mempercayai apa kata Algar karena Adrieth terlihat terlalu manis dan polos untuk dosa itu.

"Aku percaya atau tidak bukan masalah penting." Algar mengangkat bahu tak acuh. "Aku hanya mengatakan apa yang aku dengar." Senyap sesaat sebelum dia menambahkan, "Atoryn bilang ayahnya membunuh perempuan itu. Menurutmu kenapa kalau bukan karena dia ketahuan mencoba membunuh anaknya? Atoryn tergila-gila padanya dia tidak sanggup menghukumnya. Maka dari itu, Samsons turun tangan menyelesaikan apa yang tidak bisa dia lakukan."

Algar membuatnya masuk akal tapi Layla tidak bisa mempercayai sesuatu yang berasal dari rumor. Layla tidak sanggup merespon, dia diam cukup lama untuk berpikir. "Untuk membuat semuanya jelas, aku perlu berbicara pada Samsons karena dia sudah pasti tahu segalanya." Bila benar Samsons adalah pelaku atas kematian Adrieth, maka keadaanku akan menjadi jelas dengan penjelasannya, itu yang ada di benak Layla.

Algar melempar pandangan ke bawah, memberitahu, "sebentar lagi semut-semut itu akan memasuki istana." Dia tahu karena mereka akan tetap terhubung sampai dengan selesainya tugas. Semut-semut itu menyelinap memasuki bawah pintu dan seketika datang api menghanguskan mereka di tempat. Semuanya menjadi patung, hitam dan gosong.

Mata Algar terbelalak menyadari siapa sang pelaku yang sedang menatap tajam. "Oh, sial!" umpatnya, takut. "Kita ketahuan!" Dia tidak bisa memikirkan apa pun selain membuang diri dari dinding pembatas. "Kusarankan kalian lari!" Mati karena terjun dari ketinggian adalah urusan nomor dua tapi menghindari Atoryn gila adalah prioritas.

"Algar-!" Randell mengatup bibirnya kembali. Dia ingin mengkritik betapa beraninya Algar tapi tidak ada waktu untuk itu.

"Mati aku!" Layla panik setengah mati mendengar kata 'ketahuan'. Beruntung ada Randell yang siggap menariknya.

"Kita harus sembunyi!" katanya, berniat membawa Layla menjauh dari atap. Malang, mereka harus lebih hebat dari Atoryn untuk bisa melakukannya karena lelaki itu muncul dalam satu kedipan mata. Dia menyapu udara, melayangkan Randell dan membuatnya terjatuh menggelindingi tangga. Kemudian, pintu besi pun terbanting hingga tertutup.

"Ran-Ran-Randell..." Layla gelagapan menatap tangannya yang tidak lagi digenggam. Di depan, ada Atoryn yang baru saja memunculkan sebilah pedang yang dia gunakan untuk membunuhnya sebelumnya.

"Layla!" Randell bergegas bangkit dengan mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuh. Dia menyusuri tangga sampai mencapai pintu tadi tapi tidak berhasil membukanya. "Layla!" jeritnya sembari mendobrak pintu besi itu. " Layla, kau baik-baik saja?!" Lelaki itu panik dan cemas, Layla yang tidak bisa dia lihat sudah gemetaran kakinya sampai membuatnya kesulitan tetap berdiri.

Atoryn mengambil satu langkah mendekat dan Layla mengambil satu langkah mundur. "Layla...," sebutnya entah dengan nada apa. Dia menggerikan. Dia jauh lebih menggerikan dari semua film hantu yang pernah Layla tonton. Dia lebih dari semua penjahat yang pernah Layla lihat dan bagian yang paling buruk dari terburuk adalah dia tidak terkalahkan. Dia adalah mimpi buruk!

Nafas Layla tercekat, bahkan tidak sempat berkedip tapi Atoryn tiba-tiba sudah ada di depannya, mencekiknya. Layla berusah payah memberontak, mencakar dan memukul. Dia lakukan semua yang dia bisa tapi gagal melepaskan cengkraman Atoryn.

"Kau ... mengapa aku seolah melihat dia padamu?" Atoryn punya banyak alasan untuk membenci Layla dan yang baru saja dia sebutkan seharusnya menjadi alasan terakhir tapi dua kali melihat Layla dari dekat, rasanya menjadi berbeda.

Jangankan menjawab, bernafas saja sudah sulit. Atoryn mendorong, membuat punggung Layla bertabrakkan dengan pintu di belakangnya. Dia dengan seksama mengamati Layla yang mulai kehabisan tenaga karena oksigen tidak bisa memasuki paru-paru. Sampai ketika matanya hampir terpejam, Atoryn melepaskannya.

Layla terjatuh. Dia menyentuh lehernya dan terbatuk-batuk sebelum meraup pasokan oksigen secara rakus. Tubuhnya gemetaran, air mata ingin mengalir deras mendengar suara Randell di balik pintu. Layla tidak berani menanggapi dengan harapan fokus Atoryn pun tidak akan tertuju padanya. Dalam hati, Layla mengharapkan Randell untuk berhenti dan melarikan diri tapi pria itu tak kunjung menyerah.

"Aku berusaha mencari tahu mengapa aku ada di sini." Layla memberanikan diri berbicara, berharap agar memohon bisa menyelamatkannya kali ini. "Aku benar-benar berusaha untuk tidak lagi muncul di hadapanmu. Aku mohon beri aku waktu untuk melakukannya."

Atoryn berlagak tuli. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan?" Dia mencengkram erat pegangan pedang di tangan kanannya, membuat Layla reflek mendongak. Dia memohon menggunakan tatapan tapi semua kesedihan itu tidak ada artinya untuk Atoryn yang telah mati hatinya. "Enyah dari hadapanku!" Dia menghunus pedang itu tepat pada jantung Layla dan sekali lagi membunuhnya.

Matanya yang dingin sama sekali tidak berkedip menyaksikan tubuh Layla berubah menjadi manik-manik dan lenyap ke udara. Kemudian, suara lonceng terdengar. "Dia sungguh mati?" Atoryn menatap ujung pedangnya sebelum tersenyum jengkel. "Kurasa tidak."

Dia berbalik dan menghilang dalam hitungan detik. Kemudian, pintu merah yang sedari tadi didobrak pun terbuka. Randell terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Mengabaikan pundak dan lengan yang sakit, matanya mulai mencari sekitar. Ekpresi wajahnya berubah lirih dikala tidak ada siapa pun terlihat. Tangannya perlahan terkepal dan tinjuan melayang untuk lantai batu yang tak bersalah. "Sial!" Randell bisa menebak-nebak apa yang telah terjadi dan sekali lagi, dia berduka.

"Maafkan aku, Layla..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!