"Seharusnya aku tahu, kalau sejak awal kamu hanya menganggap pernikahan ini hanya pernikahan kontrak tanpa ada rasa didalamnya. Lalu kenapa harus ada benihmu didalam rahimku?"
Indira tidak pernah mengira, bahwa pada suatu hari dia akan mendapatkan lamaran perjodohan, untuk menikah dengan pria yang bernama Juno Bastian. Indira yang memang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Juno, langsung setuju menikah dengan lelaki itu. Akan tetapi, tidak dengan Juno yang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap Indira. Dia mengubah pernikahan itu menjadi pernikahan kontrak dengan memaksa Indira menandatangani surat persetujuan perceraian untuk dua tahun kemudian.
Dua tahun berlalu, Indira dinyatakan positif hamil dan dia berharap dengan kehamilannya ini, akan membuat Juno urung bercerai dengannya. Namun takdir berkata lain, ketika kehadiran masa lalu Juno yang juga sedang hamil anaknya, sudah mengubah segalanya.
Apa yang akan terjadi pada rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Devan Anakku?
Akibat hanya terfokus pada Devan, Indira sampai lupa dan tidak menyadari bahwa di samping kiri dan kanan Devan, ada sosok yang tak mau dia temui lagi. Bahkan melihat salah satu dari wajah pria itu saja dia sudah muak.
Pak Edwin dan Juno mematung saat melihat Indira berada di hadapan mereka dan wanita itu langsung menyembunyikan Devan dibelakang tubuhnya. Seolah ingin melindungi Devan dari orang jahat.
Bak tersambar petir disiang bolong, Juno amat terkejut karena Indira masih hidup. Indira yang dilihatnya beberapa hari yang lalu, ternyata benar-benar Indira dan dia masih hidup.
"Juno... ya Allah... anak itu benar-benar mirip sama kamu waktu kecil," ucap pak Edwin pada Juno. Sontak saja Juno tercengang dan mengamati wajah Devan, benarkah anak laki-laki itu mirip dengannya?
"Eh, Mama!" Devan memanggil Indira dengan sebutan mama.
Devan...anak laki-laki yang ditemuinya 3 hari yang lalu dan membuatnya nyaman adalah anak Indira?
'Indira benar-benar masih hidup dan anak yang kutemui itu adalah anaknya?' batin Juno.
"Devan, ayo kita pergi dari sini!" ujar Indira seraya memegang tangan putranya dengan erat. Sedangkan Juno, laki-laki itu masih belum bicara sepatah kata pun dan hanya menatap Indira, Devan secara bergantian. Namun, wajahnya menunjukkan keterkejutan yang baru dia sadari. Devan memang mirip dengannya.
"Tapi Ma, ini ada uncle dompet... terus-"
Belum sempat Devan menyelesaikan ucapannya, Indira sudah lebih dulu menarik tangan mungil Devan. Indira dan Devan dengan cepat menjauh dari Juno dan Pak Edwin, mereka berdua melangkah keluar.
"Juno! Kenapa kamu diam saja? Cepat susul Indira dan anak kalian!" titah Pak Edwin.
Tanpa sepatah katapun, Juno menyusul Indira dan Devan. Memang dia sudah meniatkan untik berbicara dengan Indira dan memecahkan pertanyaan di dalam pikirannya saat ini. Begitu banyak pertanyaan, sampai dia menjadi bingung.
"Dito! Kamu juga susul mereka..Jangan biarkan cucu mantuku dan cicitku pergi dari sini!" titah pak Edwin kepada Dito yang rupanya sadari tadi ada dibelakangnya.
Dito langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat dan bergegas menyusul Juno, Indira dan Devan.
Didepan gedung itu, lebih tepatnya sebelum Indira dan Devan menapaki anak tangga. Juno berhasil menghadang jalan mereka berdua.
"Minggir pak! Jangan halangi jalan saya dan anak saya," ujar Indira dengan bahasa formal dan wajah datar, seakan dia tidak mengenal Juno.
"Aku akan membiarkan kamu pergi, asal kita bicara dulu."
"Saya tidak mau bicara, lagipula kita tidak saling kenal!" ketus Indira dengan lirikan sinisnya. Lantas dia kembali memutus kontak matanya, dan mengenggam tangan Devan semakin erat.
"Ma...tangan Devan sakit Ma. Lepasin Devan Ma," ucap Devan sambil meringis kesakitan. Indira langsung melepaskan genggaman tangannya yang erat pada pergelangan tangan mungil putranya itu.
Indira berjongkok dan melihat pergelangan tangan mungil Devan yang memerah karenanya. Dia jadi merasa bersalah, sudah menyakiti Devan.
"Sayang! Maafin mama. Kamu sakit ya? Maaf ya, mama pegang tangan kamu erat banget," lirih Indira seraya meminta maaf pada Devan yang hampir menangis.
"Sayang, maafin Mama."
Devan malah melepaskan tangan Indira, lalu dia memeluk Juno yang ada dihadapannya. "Uncle, gendong!"
Hati Indira tersentak kaget, melihat putranya sudah menaruh hati pada Juno. Padahal Devan adalah tipe anak yang sulit dekat dengan orang asing, apalagi dia dan vino baru saja bertemu satu kali. Kedua kalinya untuk hari ini. Bahkan Devan juga bertingkah manja dengan ingin digendong oleh Juno.
'Ya Allah, apa ini yang namanya ikatan batin antara ayah dan anak? Enggak, aku nggak mau Devan direbut sama mas Juno'
Juno menggendong Devan, dia tersenyum lembut pada anak laki-laki itu.
"Uncle, mau cama uncle." Devan merengek, dia mengalungkan tangannya dileher Juno.
"Devan lepasin om itu!"
"Nggak mau, Devan mau cama uncle dompet!" seru Devan setengah berteriak pada ibunya.
"Devan..."
"Udah nggak apa-apa. Biarin Devan sama aku dulu," kata Juno pada Indira.
"Tapi saya tidak mau, anak saya kamu sentuh!" sentak Indira dengan atensi tajam yang melayang pada Juno.
Larangan dari Indira, membuat Juno curiga pada wanita itu. Devan pun menangis di pelukan Juno, karena dia mendengar suara ibunya yang meninggi itu.
"Huaahh...mama sama uncle kenapa belantem? Huahh..."
"Nggak apa-apa Nak, kami nggak berantem. Udah ya jangan nangis, Uncle disini," kata Juno yang berusaha membujuk agar Devan tidak menangis lagi.
'Ya Allah, kenapa aku, Mas Juno, Devan dan Kakek Edwin harus bertemu sekarang? Disaat seperti ini? Meskipun aku tahu suatu hari nanti, aku dan Mas Juno akan bertemu lagi'
Indira ingin sekali menenggelamkan dirinya ke lautan lepas, atau pingsan saja untuk menghindari situasi ini. Akan tetapi, pertemuan mereka memang sudah ditakdirkan oleh yang kuasa dan Indira tidak dapat menghindarinya, ataupun menyangkalnya.
"Bu Indira, Tuan besar sudah menunggu anda." Dito tiba-tiba saja muncul dan meminta Indira untuk menemui tuan besarnya, yaitu pak Edwin.
"Saya bukan Indira."
"Bu, saya mohon... selama ini tuan besar sudah berusaha keras untuk mencari Ibu. Setelah beliau mengetahui bahwa Ibu masih hidup," ucap Dito memelas.
Indira dan Juno tercengang mendengarnya, karena Pak Edwin mengetahui tentang Indira yang masih hidup selama ini.
"Kakek tau kalau Indira masih hidup?" tanya Juno kaget.
Keadaan bertambah rumit saat Hilman datang dan melihat Juno sedang menggendong Devan. Matanya memerah melihat Juno, pria yang sudah menyakiti kakaknya dengan kejam. Rahangnya mengeras dan dia langsung mengambil paska Devan dari gendongan Juno.
"Jangan dekati keponakan saya! Saya tahu kamu ayah kandungnya, tapi kamu sama sekali tidak berhak atas Devan!" ujar Hilman dengan suara yang meninggi, sekaligus memperjelas bahwa Juno adalah ayah kandung dari Devan.
"Devan...anakku?" gumam Juno dengan jantung yang berdebar-debar. Dia menatap Devan yang sekarang ada digendongan Hilman.
Indira langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak! Devan anak saya, hanya anak saya. Bukan anak anda, Pak Juno Bastian!"
****
penyesalan mu lagi otw juno