Ibrahim anak ketiga dari pasang Rendi dan Erisa memilih kabur dari rumah ketika keluarga besar memaksanya mengambil kuliah jurusan DOKTER yang bukan di bidangnya, karena sang kakek sudah sakit-sakitan Ibrahim di paksa untuk menjadi direktur serta dokter kompeten di rumah sakit milik sang kakek.
Karena hanya membawa uang tak begitu banyak, Ibrahim berusaha mencari cara agar uang yang ada di tangannya tak langsung habis melainkan bisa bertambah banyak. Hingga akhirnya Ibrahim memutuskan memilih satu kavling tanah yang subur untuk di tanami sayur dan buah-buahan, karena kebetulan di daerah tempat Ibrahim melarikan diri mayoritas berkebun.
Sampai akhirnya Ibrahim bertemu tambatan hatinya di sana dan menikah tanpa di dampingi keluarga besarnya, karena Ibrahim ingin sukses dengan kaki sendiri tanpa nama keluarga besarnya. Namun ternyata hidup Ibrahim terus dapat bual-bualan dari keluarga istrinya, syukurnya istrinya selalu pasang badan jika Ibrahim di hina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Keluar dari lift Arumi dan Ibrahim berjalan menyusuri setiap ruangan mencari ruangan Mawar 03 tempat Bu Ani di rawat, ketika ketemu Arumi langsung mengetuk pintu ruangan tersebut sembari mengucap salam lalu membuka pintu ruangan itu.
Di dalam Bu Ani yang sedang menangis, langsung berhenti saat melihat Arumi dan Ibrahim. Di dalam ruangan itu ternyata Bu Ani tidak sendiri, ada Laras juga yang memang satu ruangan atas permintaan Arka agar tak membuatnya repot untuk menunggu keduanya.
Laras juga terlihat sedang menangis seperti Bu Ani, sementara Arka yang sudah tak sanggup mendengar keluhan istrinya dan ibunya hanya bisa menundukkan kepala, Arka tahu sulit untuk menerima takdir yang telah di tetapkan oleh Tuhan buat dua wanita yang sangat di cintainya itu.
"Ngapain kamu kemari? Kamu mau menertawakan saya kan?" tanya Bu Ani, wajahnya terlihat jelas bahwa dirinya tidak suka dengan kehadiran Arumi.
"Arumi hanya ingin melihat keadaan Ibu dan membawa kue kesukaan Ibu" jawab Arumi sembari memperlihatkan plastik yang dari tadi di bawa nya
"Saya tidak butuh, itu pasti hanya alasan kamu saja. Bilang saja kalau kamu senang dengan keadaan saya sekarang" bentak Bu Ani
Setelah sadar menjalani operasi, Bu Ani menjadi mudah marah karena tidak bisa menerima keadaannya. Kaki kanan Bu Ani terpaksa harus di amputasi, karena keadaan kakinya hancur akibat tertekan bagian depa mobil yang memang sangat hancur.
Beruntungnya nyawa Bu Ani dan Laras masih bisa di selamatkan, jika Bu Ani tidak bisa menerima keadaannya lain lagi dengan Laras yang sudah bisa menerima keadaannya. Toh menurut Laras lebih baik kehilangan anaknya dan rahim di angkat, dari pada nyawanya melayang.
Apalagi Arka juga sudah berjanji meski Laras tak bisa lagi memberi keturunan, Arka akan tetap setia dan menua bersama dengannya menjalani sisa-sisa hidup keduanya. Maka dari situ Laras tak terlalu khawatir, bahkan Laras juga baru tahu kalau dirinya kemarin sedang hamil 4 minggu.
"Kenapa ibu selalu berfikir negatif dengan Arumi? Apa musibah yang sudah menimpa ibu tidak bisa membuat ibu sadar?"
Arumi sudah kehilangan kendali, Arumi yang sudah memendam kemarahan pada Bu Ani langsung terpancing dengan perkataan Bu Ani. Padahal sebelum datang ke rumah sakit, Arumi sudah berusaha untuk tidak membuat keributan pada Bu Ani tapi justru Bu Ani yang memulai.
"Lebih baik kamu pergi, Arumi. Saat ini kondisi ibu sedang tidak stabil, ibu harus bisa menerima takdirnya jadi aku mohon kamu pulang saja"
Arka memilih mengusir Arumi, karena tidak ingin membuat jiwa ibunya terguncang dengan kehadiran Arumi. Apalagi Arka tahu betul ibunya sangat membenci Arumi, mendengar Arka mengusirnya justru membuat Arumi menarik sudut bibirnya.
"Memang ibu harus bisa menerima takdirnya ini dengan lapang dada, seperti Arumi yang terpaksa menerima takdir jika Bunda Maira meninggal dalam keadaan di fitnah oleh sahabatnya" ujar Arumi
Bola mata Bu Ani membulat, Bu Ani menatap Arumi dengan tatapan tidak percaya. Bu Ani berpikir bagaimana bisa Arumi mengetahui tentang hal itu? apalagi kejadian itu sudah sangat lama hampir 27 tahun yang lalu.
"Apa maksud kamu, Arumi?" tanya Bu Ani dengan wajah pucat
"Arumi tidak akan menjawab, karena Arumi yakin ibu tentu tau maksud dari perkataan Arumi. Arumi rasa apa yang ibu rasakan ini tidak terlalu menyakitkan di bandingkan dengan apa yang sudah terjadi pada Bunda Maira, betul tidak IBU TIRI"
Deg
Bu Ani, Laras dan Arka menatap Arumi dengan tatapan terkejut, apalagi Bu Ani wajahnya langsung berubah panik. Karena Bu Ani tidak mau Arumi sampai tahu rahasia apa yang terjadi sebenarnya di masa lalu, apalagi rahasia itu sudah simpan puluhan tahun.
"Sudahlah kita pulang saja, Mas. Kehadiran kita tidak di inginkan disini, kue ini kita bawa pulang saja kita makan di rumah"
Arumi menarik lengan suaminya tanpa pamit pada Bu Ani dan yang lain, Arumi pergi begitu saja. Ketika keluar dari ruangan Bu Ani, Arumi langsung terduduk di kursi besi dengan tubuh bergetar. Arumi hampir saja hilang kendali, saat melihat wajah Bu Ani.
Ingin rasanya Arumi mencakar wajah wanita tua yang sudah memfitnah Bundanya dengan keji, Arumi juga ingin meneriaki ibu tirinya dasar tukang fitnah. Ibrahim memeluk tubuh istrinya yang masih bergetar, tapi Ibrahim tetap diam tak mengeluarkan satu kata pun.
Kemudian Ibrahim terus mengusap kepala istrinya agar lebih tenang, sementara tangan satunya menggenggam tangan istrinya untuk memberi kekuatan. Arumi masih diam, dengan posisi masih berpelukan pada suaminya dan Ibrahim pun sama masih diam.
Ibrahim paham perasaan istrinya yang tengah hancur, Ibrahim juga masih ingat ketika istrinya tahu bahwa ternyata Bu Ani bukan lah ibu kandung istrinya dan ibu kandungnya meninggal dalam keadaan di fitnah dengan keji oleh Bu Ani. Membuat Arumi jadi pendiam dan bahkan tak mau makan, sampai Ibrahim harus membujuk istrinya meski sedikit sulit.
Karena selain takut kesehatan istrinya menurun, Ibrahim juga memikirkan keadaan janin yang ada di dalam kandungan istrinya yang butuh asupan nutrisi. Sekarang istrinya kembali terlihat rapuh, membuat Ibrahim ikut sedih. Hampir sepuluh menit dengan posisi itu, akhirnya Arumi bisa mengendalikan emosinya.
"Maaf Mas" ucap Arumi dengan lirih
"Kenapa kamu minta maaf, sayang? Apa sekarang kamu sudah lebih baik?"
"Kita pulang sekarang, Mas. Arumi ingin istirahat"
"Baiklah sayang, ayo kita pulang" ajak Ibrahim dengan lemah lembut
Sikap seperti ini yang membuat Arumi semakin mencintai suaminya, suaminya sangat dewasa dan pengertian. Arumi yang selama ini tidak mendapat kasih sayang dari Bapak yang seharusnya jadi cinta pertamanya, Arumi justru dapat semuanya dari suaminya.
.
.
.
"Bu, apa maksud Arumi?" tanya Arka setelah melihat Arumi keluar
"Mas, bisa gak tidak untuk menanyakan hal itu dulu. Kasihan ibu, saat ini jiwa beliau masih terguncang"
Bukan Bu Ani yang menjawab tapi Laras, sebenarnya Laras juga penasaran tapi Laras menahannya karena kasihan melihat ibu mertuanya masih belum bisa menerima keadaannya sekarang. Arka menghela napas panjang dan meraup wajahnya dengan kasar, Arka pusing dengan masalah keluarganya.
Tapi Arka tidak ingin egois karena hanya dirinya yang ada disini yang di butuhkan istrinya dan ibunya, sementara Bu Ani terus kepikiran dengan perkataan Arumi tadi. Bu Ani takut jika apa yang di alaminya sekarang adalah karma dari perbuatan terhadap almarhumah Maira, tapi Bu Ani berusaha menepis pikirannya itu.
"Ya sudah, ibu tidak usah pikirkan apa yang di katakan Arumi tadi. Sekarang ibu minum obat ya, biar ibu sehat " ujar Arka membujuk ibunya
happy ending juga....
cerita yg bagus