💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
🌸Selamat membaca🌸
Gerry kembali masuk ke Vila untuk melihat kondisi Dian, ternyata gadis itu duduk sambil memandangi kedua bayi kesayangannya. Ada senyum terukir di bibir tipis Dian, Gerry merasa kondisi Dian sudah jauh lebih baik.
"Hei, ayo keluar. Semua menunggumu." Kata Gerry.
"Maaf, aku terlalu asik melihat mereka tertidur. Lihatlah mereka bergandengan tangan." Kata Dian, meski matanya sembab ada binar bahagia di sana dan Gerry yakin itu pasti tentang Zafa dan Zafrina.
"Iya, mereka sangat lucu." Kata Gerry mendekat. Ia merangkul pinggang Dian.
Dian mengikuti kemana Gerry melangkah. Karena pria itu benar² memeluknya posesif.
"Maaf, membuat kalian menunggu." Kata Dian tulus. Tapi suara Viona membuat semuanya terbengong, "Baguslah kalo sadar, kami hampir kelaparan menunggumu!" ucap Viona enteng, Gerry bahkan mengepalkan tangannya, begitupun Didi yang tampak geram.
Namun dengan santainya Dian menjawab, "Tentu saja aku sadar diri. Aku tau dimana aku harus menempatkan diri. Bukan seperti seseorang yang merasa dirinya seolah tuan rumah acara ini." Jawab Dian datar. Gerry tersenyum miring mendengar jawaban Dian. Didi dibuat terkejut dengan perubahan sikap Dian, Dian yang biasanya lemah lembut itu menghilang entah kemana, dan Didi semakin menyukai Dian yang lebih berani dan percaya diri.
"Sudah², tidak baik bertengkar di depan makanan. Ayo semuanya kita nikmati hidangan ini!" Ujar Aldo menengahi, bagaimana pun ia merasa tak enak pada Gerry karena Viona terlihat tak menyukai Dian.
Ya, semua wanita pasti akan merasa iri pada Dian, yang mendapat perhatian dari cowok² tampan dan tajir.
Gerry mengambil piring untuk Dian, ia memasukkan salmon grill dan beberapa sayuran, serta tusukan daging sapi dan paprika yang sudah dibakar dengan bumbu barbeque.
"Makanlah ..!" Gerry meletakkan piring itu di depan Dian, serta menyodorkan segelas orange jus pada Dian.
"Terimakasih mas." Kata Dian menatap Gerry. Entah mengapa melihat Gerry yang perhatian padanya, membuatnya selalu tersenyum.
Viona menatap pasangan itu kesal. Pasalnya Viona sangat menyukai Gerry, tapi pria itu justru memilih Dian yang tampak biasa saja.
Setelah acara makan siang itu selesai. Dian kembali membawa piring dan mengisinya dengan berbagai macam makanan yang tersisa. Sudut bibir Viona terangkat, ia lalu berucap, "Perhatikan tingkah kekasihmu itu tuan Gerry, di privat party saja dia seperti itu. Apa kau tidak malu tuan? Tingkahnya benar² kampungan." Sindir Viona, bahkan kini semua mata tertuju pada Dian yang masih asik mengambil makanan.
Setelah selesai ia menaruh penjepit makanan dengan sangat keras hingga menimbulkan bunyi nyaring.
"Asal kau tau nona, Mulutmu akan menunjukkan dimana kelasmu. Kau jangan samakan aku dengan dirimu yang hanya memikirkan diri sendiri. Aku sudah cukup kenyang tapi aku tadi datang tidak sendirian. Ada pengasuh anakku yang harus aku pikirkan juga perutnya. Lain kali carilah lawan yang sepadan. Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan mulut culasmu itu." Dian pergi membawa piring dan segelas minuman di atas nampan. Wajah Viona malu saat Gerry dan yang lainnya menatap remeh dirinya.
"Lain kali jangan mengajaknya ke acara kita Aldo, atau kau akan merasa malu sendiri." Sindir Gerry sambil menepuk bahu Aldo. Pria itu pun menyusul Dian masuk ke Vila.
"Lain kali sebelum ngomong disaring dulu di otak. Jangan asal ngomong!" Ketus Didi.
Sesampainya di vila, Dian menyerahkan nampan yang ia bawa pada bik Esih dan meminta bi Esih untuk makan, sementara Dian menggendong Zafrina. Bayi itu menggeliat saat Dian menciuminya.
"Boleh aku menggendong Zafrina?" tanya Gerry, Dian pun menyerahkan Zafrina pada Gerry. Gerry melihat Zafrina seperti fotokopi Dian. Matanya, bibirnya bahkan alisnya pun sama seperti Dian. Gerry tersenyum melihat mulut bayi itu bergerak seolah mencari sesuatu.
"Apa dia haus? Kenapa mulutnya seperti ini?" Tunjuk Gerry. Dian pun mengambil alih Zafrina dan membelakangi Gerry untuk menyusui bayi itu.
Saat menyusui Zafrina, Dian teringat ucapan bi Esih saat tadi menenangkan Dian.
Flashback on
"Non, bibi minta maaf kalo ngomong kaya gini ke non Dian. Tapi bibi sayang sama non Dian. Bibi udah anggap non Dian seperti anak bibi sendiri. Non Dian jangan cengeng atau terlihat lemah. Karena kalo non kelihatan lemah, orang akan suka menindas non Dian. Bibi tau non sayang sama Zafa dan zafriana. Tapi kalo non jadi lemah karena Zafa dan Zafrina, bibi yakin pasti nanti akan banyak yang berniat mencelakai Zafa dan Zafrina demi melihat non terluka. Non harus kuat, non harus buktikan kalo ibunya Zafa dan Zafrina tidak mudah di tindas" Ujar bi Esih menyemangati Dian. Dian memikirkan apa yang dikatakan bi Esih ada benarnya juga. Bagaimana pun ia harus kuat demi dua buah hatinya itu.
Flashback end
"Sampai sekarang Dian masih tak habis fikir dengan kata²nya pada Viona. Padahal tadinya ia tak ingin menanggapi ucapan gadis itu, tapi entah dapat keberanian dari mana ia tiba² bisa menjawab semua cibiran yang Viona tujukan padanya.
'Benar kata bi Esih aku harus kuat, aku tidak boleh lemah,' gumam Dian dalam hati.
Setelah Zafrina tertidur, Dian mencari Gerry. Ternyata pria itu sedang berkumpul bersama dua sahabatnya.
"Sini sayang!" Gerry memanggil Dian, mendengar sebutan sayang membuat pipi gadis itu merona.
"Mas, apa kita menginap di sini?" tanya Dian, Gerry pun mengangguk.
"Kenapa Dian? apa kau tidak suka vila milikku ini?" tanya Aldo.
"Aku suka, hanya aku memikirkan Zafa dan Zafrina. angin malam dari pantai tidak bagus untuk mereka, apalagi usia mereka masih dibawah 1 bulan." Terang Dian. Aldo sampai melongo mendengar penuturan Dian. Saat menatap Dian, mungkin orang bisa meremehkannya, namun saat bersuara pemikiran Dian yang kritis memang patut di acungi jempol.
"Baiklah kita pulang sekarang, agar tidak kemalaman." Kata Gerry mengacak rambut Dian dengan gemas, namun lagi² Didi membuang tatapan matanya, hatinya terasa perih melihat keakraban Dian dan Gerry.
Bonus muka Gerry yang baru, biar kelihatan manly, ga terlalu cantik maksud aku.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Othor mengucapkan selamat menyambut hari raya idul Fitri bagi yang merayakannya.
Mohon maaf lahir dan batin ya.. Semoga kita masih di pertemukan dengan ramadhan tahun depan. 🙏🙏
Sekalian Fyi, mungkin besok up agak malam karena othor juga mau ikutan merayakan hari raya. Ne tadi othor sambil nulis sambil bikin menu buat besok, yaitu opor ayam dan telur, juga sambal goreng. Tau ga? gara² fokus nulis ampe ga sadar telur yang di rebus gosong, Kata suami ga papa sekali² makan telur asap, dan itu true berasap telurnya, karena ga ada airnya sama sekali sedang api masih nyala 😂😂😂