NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak Di Tengah Badai Sierra

Pagi hari di kawasan Sierra terasa berbeda dari biasanya. Aktivitas di sana tampak lebih sibuk dari hari-hari sebelumnya. Tim yang telah dijadwalkan untuk bergerak di pagi hari sudah berangkat sejak matahari baru saja muncul, sementara tim yang dijadwalkan beraksi di siang hari tengah mempersiapkan diri untuk berangkat begitu tim pertama kembali. Koordinasi yang cermat dan strategi yang matang adalah kunci dari misi mereka, dan Darren, yang memegang tanggung jawab besar, mengawasi setiap perkembangan dengan penuh perhatian.

Sesuai rencana, Darren dan timnya, yang terdiri dari Liora serta Andes, sang ahli taktik, akan bergerak di sore hari hingga malam. Cuaca di kawasan pegunungan Sierra memang sulit diprediksi—tidak bisa dikatakan baik, tetapi juga tidak sepenuhnya buruk. Kondisi yang tidak menentu ini menambah tantangan tersendiri bagi mereka yang menjalankan misi. Waktu terus berlalu, dan kini jarum jam menunjukkan pukul empat sore. Suasana di Sierra mulai dipenuhi hawa dingin, sementara tim kedua yang baru saja kembali tampak kelelahan setelah menghabiskan waktu berjam-jam dalam perjalanan.

"Bagaimana hasilnya?" tanya Darren, tatapannya tajam, saat melihat tim kedua kembali dengan wajah lelah dan tubuh yang penuh debu.

"Huff... Capek banget!" keluh Lucian, salah satu anggota tim kedua, sembari menundukkan badan dan bertumpu pada kedua lututnya. Nafasnya tersengal-sengal, sementara pakaian serba hitam yang dikenakannya tampak kotor dengan bercak tanah yang menempel di sana-sini. Liora, yang sejak tadi bersiap dengan sikap tenang, hanya melirik Lucian dengan pandangan malas. Bagi Liora, Lucian memang dikenal sebagai seseorang yang kurang tangguh secara fisik meskipun dia seorang pria.

"Asli, kalian harus benar-benar hati-hati! Jalannya gila banget, ngeri banget!" tambah Lucian, keluhan demi keluhan keluar dari mulutnya. Dia tampak sangat lelah setelah menempuh perjalanan panjang selama empat jam penuh. Namun, Liora hanya menggumam pelan, "Lebay," tanpa ada yang mendengar, sembari merapikan ransel hitam kecil yang digendongnya. Ransel itu terlihat kokoh dan penuh dengan perlengkapan yang hanya dia yang tahu isinya.

"Kalian harus lebih waspada. Jalanan sangat terjal, sulit dilalui, dan kami menemukan banyak perangkap yang tampaknya sudah disiapkan. Mereka sepertinya tahu kita akan datang," ujar pria bertubuh besar dengan perut sedikit buncit, komandan besar, sembari menatap Darren. Wajahnya serius, seolah memperingatkan agar tim selanjutnya lebih berhati-hati.

Darren mengangguk tegas sebagai tanda bahwa dia memahami situasinya. Andes, yang berdiri di samping Darren, ikut angkat bicara. "Kita harus segera berangkat. Jika tidak, kita akan tiba saat malam sudah benar-benar gelap, dan dengan cuaca seperti ini, perjalanan akan jauh lebih sulit," katanya dengan suara dalam dan penuh kewaspadaan. Andes, dengan rahang tegas dan sorot mata cokelatnya, tampak seperti bayangan Darren—sama-sama memiliki ketenangan sekaligus kewibawaan.

Darren menoleh pada komandan besar dan berkata, "Kami akan berangkat sekarang, Komandan. Tolong tetap berjaga-jaga di sini bersama tim lainnya." Setelah itu, Darren melirik Liora, yang sejak tadi sudah bersiap tanpa banyak bicara. Melihat anggukan kecil dari Liora, Darren dan timnya pun segera bergerak, membawa keyakinan dan kehati-hatian menuju tantangan berikutnya.

Ketiganya memulai perjalanan mereka, melangkah melalui jalur-jalur yang sulit dengan kehati-hatian yang sangat tinggi. Waktu terus berjalan, dan mereka terus bergerak dengan kewaspadaan penuh. Darren tetap menjaga posisi sedikit di belakang, matanya selalu mengawasi setiap langkah timnya. Andes, yang memiliki peran sebagai pengamat, fokus pada sisi kiri jalur, sedangkan Liora dengan tenang mengawasi sisi kanan. Setiap langkah mereka menunjukkan kerja sama yang solid, meskipun suasana semakin dingin dan gelap.

Liora berjalan dengan langkah terukur, kadang melambat untuk mengamati sesuatu, kadang mempercepat langkah ketika merasa ada hal yang mencurigakan. Kemampuannya mengenali tanaman beracun dan membedakan antara yang tampak tidak berbahaya tetapi sebenarnya berbahaya membuatnya sangat berguna dalam perjalanan ini. Pandangannya tajam, menangkap detail kecil, termasuk perangkap-perangkap yang tersembunyi di sepanjang jalan. Namun, Liora memilih untuk diam, tidak memberikan komentar, hanya terus mengamati lingkungan sekitar dengan teliti.

Di tengah perjalanan, Andes tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Kompas ini menunjukkan bahwa kita sudah sampai di batas wilayah yang direncanakan untuk hari ini," jelasnya dengan nada tegas, sambil menatap kompas kecil di tangannya. "Kondisi cuaca juga mulai memburuk, kemungkinan badai akan segera datang. Kita harus kembali ke markas sebelum gelap," tambahnya, suaranya penuh dengan kewaspadaan. Darren mengangguk pelan, memahami situasinya. Meski baru sebagian kecil wilayah yang dijelajahi, mereka harus memprioritaskan keselamatan.

"Apa ada sesuatu yang mencurigakan?" tanya Darren dengan nada serius, topi hitam yang dikenakannya menambah kesan dingin dan berwibawa. Andes menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Ada banyak perangkap yang tersembunyi. Mereka pasti sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Ini menunjukkan bahwa mereka tahu ada yang akan datang ke wilayah ini." Andes memandang sekeliling, mengamati area yang mulai gelap seiring matahari yang perlahan tenggelam di balik pegunungan.

Darren mengalihkan pandangannya ke Liora. "Bagaimana denganmu?" tanyanya, suaranya terdengar tegas di tengah suara alam yang mulai ramai oleh hewan-hewan malam. Liora mengangkat wajahnya, menatap Darren sejenak sebelum menjawab dengan tenang, "Kita harus berangkat lebih awal besok. Aku akan menunjukkan jalur yang lebih baik. Tapi sekarang, kita harus kembali." Rambutnya yang dikuncir tinggi tampak berayun pelan saat dia mulai berjalan kembali, tanpa menunggu respons lebih lanjut dari Darren ataupun Andes.

Darren dan Andes saling bertukar pandang sebelum akhirnya mengikuti langkah Liora tanpa berkata apa-apa. Malam itu, badai hujan benar-benar mengguyur kawasan Sierra. Markas yang dibangun dengan perencanaan matang mampu menahan badai tanpa masalah. Penjagaan tetap berlangsung ketat meski hujan deras mengguyur tanpa henti. Darren, meskipun lelah, tidak mengistirahatkan dirinya. Dia duduk di depan markas, memegang sebuah foto kecil di tangannya, tatapannya kosong menatap lembaran itu.

Tiba-tiba, suara kecil mengejutkannya. "Ehem," suara itu datang dari samping, membuat Darren menoleh. Liora berdiri di sana, membawa dua gelas di tangannya. Tanpa banyak bicara, dia menyodorkan salah satu gelas kepada Darren. "Ini," ucapnya singkat. Darren langsung menutup foto itu dan mengambil gelas yang diberikan kepadanya tanpa ragu.

"Terima kasih," ucap Darren sambil tersenyum kecil. Liora, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, tetap diam dan berdiri menatap hujan yang terus turun deras di depan mereka. Darren melirik kursi kosong di sampingnya dan bertanya, "Tidak mau duduk?" Liora menunduk sejenak, memandang Darren, lalu tanpa aba-aba langsung duduk di kursi tersebut.

"Kenapa di sini?" tanyanya, nadanya singkat tanpa niat untuk memperpanjang percakapan. Darren mengangkat bahu, menatap kosong ke depan, dan menjawab dengan datar, "Tidak apa-apa. Hanya ingin saja." Liora tidak menanggapinya, hanya menyesap tehnya dengan tenang, sementara suasana hening kembali menyelimuti mereka.

Setelah beberapa saat, Liora tiba-tiba berkata, "Ternyata seorang komandan juga memiliki masalah." Ucapannya terdengar seperti sindiran, meski nadanya tetap datar. Darren, yang mendengar ucapan itu, hanya terdiam. Meski samar-samar, dia mengerti maksud dari kata-kata Liora. Hening kembali melingkupi mereka, hanya suara hujan yang menemani malam itu.

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!