NovelToon NovelToon
Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Bukan Tulang Rusuk, Tapi Tulang Punggung (Penyesalan Papa Dari Anakku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Slice of Life
Popularitas:478.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rositi

Di pertengahan tahun 1980, Dewi merasakan pedihnya dijadikan tulang punggung layaknya sapi perah, tapi tetap dianggap sebagai benalu. Bahkan, KDRT kerap Dewi maupun anaknya dapatkan dari suami dan juga keluarga suami, yang selama 5 tahun terakhir Dewi nafkahi. Karenanya, Dewi nekat menjadikan perceraian sebagai akhir dari rumah tangganya.

Dewi bertekad bahagia bahkan sukses bersama kedua anaknya. Segala cara Dewi lakukan, termasuk menjadi ART, sebelum akhirnya menjadi warung keliling. Namun pada kenyataannya, menjadi sukses bukanlah hal mudah. Terlebih, Dewi masih saja diganggu orang-orang dari masa lalunya. Dewi sampai berurusan dengan hukum akibat fitnah keji, sebelum akhirnya mengikuti program transmigrasi di era Orde Baru yang tengah berlangsung.

Akan tetapi karena sederet cobaan itu juga, Dewi menemukan cinta sejati sekaligus kesuksesan yang selama ini Dewi perjuangkan. Kesuksesan yang membuat Prasetyo sekeluarga sangat menyesal!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beri Aku Alamatmu!

Kos-kosan kecil yang Dewi huni dan memang hanya berupa sepetak ruangan, makin penuh oleh dagangan. Sumpek, panas, bahkan pengap menjadi suasana di sana. Malahan jadinya, tempat tinggal baru Dewi lebih mirip gudang.

Di tengah malam yang makin sunyi, Alif dengan sangat asyik main mobil-mobilan sambil menjaga sang adik. Utari sudah tidur lelap dengan mulut sibuk mengempeng. Sementara tak jauh dari keduanya, Dewi tengah mengemas setiap pesanan, agar bisa lebih mudah dalam pengirimannya. Sederet daftar pesanan Dewi teliti sekaligus pastikan, sebelum setiap pesanan benar-benar diantar besok.

“Mas, tidur. Besok pagi kita ambil pesanan ikan buat dibagikan,” sergah Dewi.

Alif yang menyimak, langsung mengangguk-angguk patuh sambil mengumbar senyum.

“Seperti ini saja, sudah bahagia banget ya Allah. Anak-anak bisa makan dengan kenyang. Bahkan aku juga bisa beliin mereka mainan. Alhamdullillah, ... sehat-sehat terus ya kita!” ucap Dewi lirih sambil mengawasi kedua anaknya. Alif dengan segera tidur di tikar sebelah Utari duduk. Hati ibu mana yang tidak terenyuh melihat anaknya yang begitu menurut seperti Alif?

“Enggak apa-apa hanya tinggal di kos petak kecil. Bahkan untuk tidur saja harus selalu menekuk kaki. Setidaknya, tempat tinggal sendiri dan hanya aku bayar murah ini jauh lebih nyaman untuk kami. Terlebih tinggal di sini tidak harus terikat aturan. Yang penting aku bayar tepat waktu.”

Setelah membereskan setiap kantong pesanan yang ia bereskan, Dewi juga sudah menyusul tidur. Namun dini hari, Dewi sudah pergi menggunakan ojek. Dewi pergi sendiri karena Alif mengaku masih sangat ngantuk. Jadi, Utari pun Dewi tinggal bersama Alif. Masalahnya, ojek Dewi kali inj malah menuju alas atau itu hutan yang tentu saja bukan jalan seharusnya mereka tempuh. Karena yang ada, harusnya mereka ke dekat dermaga tempat pelelangan ikan.

“Pak, ... Pak, ini kita mau ke mana?” sergah Dewi sudah langsung panik sekaligus curiga.

Tukang ojek yang tak sampai memakai helm, hanya diam. Pria yang kiranya berusia di pertengahan tiga puluh itu terus mengendarai motor bu.tutnya dengan kecepatan penuh. Jalan setapak berupa tanah berlobang nan licin di sana dan kanan kiri dihiasi semak-semak, terus ia terjal. Dewi yang dibonceng kadang nyaris terlempar andai tidak berpegangan. Itu saja, Dewi selalu memilih berpegangan ke bagian boncengan belakang.

“Ini enggak bener ini!” batin Dewi benar-benar tegang. Jantungnya berdetak kacau. “Pantas tadi Alif susah dibangunin dan malah minta buat jaga Utari di rumah!” pikir Dewi lagi.

Sadar dirinya bisa berakhir fatal jika terus bertahan, Dewi memilih loncat. Tubuh Dewi serasa remuk karena jatuh meringkuk. Namun Dewi tetap berusaha kabur lantaran ojek yang ia tinggalkan malah putar balik menyusulnya.

Di tengah dini hari yang benar-benar sunyi, bahkan hampir tidak ada orang lain di jalanan selain Dewi dan tukang ojeknya, Dewi terus berlari. Ia berlari sambil sesekali menoleh ke belakang. Tentu langkah larinya bisa disusul dengan sangat mudah lantaran tukang ojek yang ia sewa sampai ngebut.

“Harusnya tukang ojek ini enggak mabuk. Harusnya dia sadar. Apalagi tadi, dia juga lagi kumpul-kumpul dengan temannya di pangkalan!” batin Dewi yang kemudian menjerit meminta tolong.

“T—tolonggggggg!” Dewi terus berteriak. Bahkan ketika akhirnya, ia yang memakai kain jarit sebagai bawahan, jatuh karena ditabrak.

“T—tolonggg!” tangis Dewi pecah. Kali ini rasanya benar-benar sakit. “Bapak ini maunya apa? Saya masih nifas, bahkan bayi saya ada dua di rumah menunggu kepulangan saya!” teriak Dewi sambil duduk selonjor dan memang belum bisa bangun.

Tukang ojek bertubuh kurus terbilang kecil tadi, mematikan mesin motornya. Ia tersenyum beringas menatap wajah cantik Dewi yang menang di atas rata-rata wanita kebanyakan.

Menjadi seorang wanita yang sibuk bekerja tanpa kenal waktu memang sangat berisiko. Dan salah satu yang paling Dewi takutkan ialah terjebak layaknya sekarang. Masalahnya andai Dewi tidak nekat mengambil banyak pekerjaan, hidupnya maupun anak-anak bisa kembali terlantar. Karena hampir dua bulan terakhir saja, ibaratnya Dewi baru bisa bernapas agak lega tanpa kekangan apalagi cacian dari mantan suami sekeluarga maupun para bosnya.

“Ambil saja yang kamu mau! Tolong kasihani aku, aku punya bayi yang harus aku hidupi!” tegas Dewi yang lagi-lagi kemudian berteriak minta tolong.

“Braaaakkkkkk!!!”

Tubuh si tukang ojek ambruk setelah sebuah kayu besar menghantamnya dari belakang. Dewi terdiam tak percaya menatap kenyataan tersebut. Seseorang menyelamatkannya. Seorang pria dan wajahnya sangat Dewi hafal. Meski selama dua bulan lebih terakhir, Dewi sengaja menghindarinya.

“Lagian, kamu ngapain malam-malam keluyuran?”

Pria tersebut sungguh Prasetyo. Selain tampak sangat tua akibat berewok tebalnya, pakaian termasuk tubuh Prasetyo juga penuh lumpur.

“Keluyuran mbahmu! Jelas-jelas aku mau kerja!” balas Dewi masih kesulitan bangun.

Prasetyo berinisiatif menolong, tapi Dewi menolak.

“Aku bekerja di sebelah tanggul. Bikin bata. Alhamdullilah hasilnya lumayan,” ucap Prasetyo.

“Hasilnya lumayan, tapikan buat urus warga satu kampung!” ucap Dewi sengaja menyindir.

Tak bisa menjawab, Prasetyo hanya beberapa kali berdeham.

“Memangnya ibu Retno enggak ngamuk?” ucap Dewi yang tertatih bangun sendiri, tapi dengan cekatan, tangan kanan Prasetyo yang penuh lumpur, menuntunnya.

“Bagaimana kabarmu? Bagaimana juga kabar anak-anak?” tanya Prasetyo.

“Kita sudah bercerai, Mas!” balas Dewi.

“Memangnya kalau sudah cerai enggak boleh tanya-tanya kabar?” tanya Prasetyo.

“Biasanya sih lebih baik jaga jarak karena memang buat jaga perasaan pasangan baru kita!” balas Dewi.

“Tapi ...,” ucap Prasetyo.

“Yang penting tanggung jawab kamu ke anak-anak tetap jalan, Mas. Karena perceraian hanya memutus status hubungan suami dan istri. Perceraian tidak memutus hubungan orang tua dengan anak. Karena di dunia ini, tidak ada yang namanya mantan anak. Namun andai seorang ayah tetap lepas tanggung jawab kepada anak-anaknya, berarti dia tidak berguna. Sementara orang tidak berguna alangkah baiknya mending mati!” tegas Dewi benar-benar kesal.

“Aku tanya ke kamu, kamu sudah punya pasangan baru? Kamu sudah akan menikah?” sergah Prasetyo mulai emosi.

Yang membuat Dewi tak habis pikir, kenapa Prasetyo begitu penasaran dengan status terbaru Dewi.

“Aku hanya ingin fokus ke anak-anak, Mas!” tegas Dewi.

“Kamu bilang ingin fokus ke anak-anak, tahu-tahu nikah lagi!” sebal Prasetyo yang hanya dibalas tatapan sebal oleh Dewi.

“Ya sudah, Mas. Saya pamit, saya harus ambil pesanan. Sebelum dan sesudahnya, terima kasih banyak sudah menolong aku!” pamit Dewi.

“Kamu kerja apa?” sergah Prasetyo makin penasaran dengan kehidupan Dewi.

“Banyak Mas, sekarang aku dagang!” balas Dewi.

“Beri aku alamatmu!” pinta Prasetyo, tapi kali ini Dewi tidak bisa menjawab.

1
Sarti Patimuan
Semangat buat author nya semoga ada rezeki dan keajaiban dari editor ditempat lainnya.
Sarti Patimuan
Alhamdulillah akhirnya mas Abdul dan Dewi bisa sampai ibadah ketanah suci.Sampai disini endingnya tanpa membahas kenapa pak haji cuma tinggal berdua sama pak ojan.Setidaknya happy ending nya untuk mas Abdul dan Dewi serta anak anak nya
Sarti Patimuan
Rasain kamu punya istri Sholeha dan cantik malahan memilih untuk berkumpul dengan dosa karena menjalin hubungan terlarang.Akhirnya Hunairah mendapatkan pasangan yang baik
Sarti Patimuan
Dari kisahnya Dewi dan Abdul kita bisa belajar bahwa kalau kita mau kerja keras dan pandai mengatur keuangan insyaallah kita bisa mewujudkan impian kita.Semangat buat author nya
Sarti Patimuan
Dulu saat susah keluarganya tidak peduli sama sekali.Giliran sukses mereka mencari Dewi dan mengakui sebagai keluarga.
Sarti Patimuan
Pak Mahmud sudah telat Dewi sudah menjadi milik Abdul
Sarti Patimuan
Pras anaknya mau dijadikan pengemis akhirnya kena karma kamu
Sarti Patimuan
Mau apa tuh Pras dulu anaknya disiksa demi keponakan
Sarti Patimuan
Akhirnya Pras dibuang juga oleh para iparnya
Sarti Patimuan
Alhamdulillah akhirnya ibu safangah menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada Dewi
Sarti Patimuan
Semoga ibu safangah menurunkan ego nya dengan menerima Dewi sebagai menantunya
Sarti Patimuan
Alhamdulillah ternyata hunairah menerima Dewi sebagai kakak iparnya
Sarti Patimuan
Alhamdulillah akhirnya mas Abdul dan Dewi pulang kejawa.Mega merasakan apa yang dialami oleh ibu safangah
Sarti Patimuan
Mega syukurin kena karma punya suami pemalas
Sarti Patimuan
Baguslah mereka kembali kejawa biar tidak direcoki oleh Mega
Sarti Patimuan
Duh itu Mega mulai ketemu sama mas Abdul
Sarti Patimuan
Kisah yang luar biasa salut untuk perjuangan mas Abdul dan Dewi demi mewujudkan impian menjadi keluarga yang mapan.Mas Abdul rela meninggalkan harta warisan nya demi cintanya kepada Dewi.Terbukti pilihan ibunya ternyata wanita bejat doyan judi pula.Semoga kedepannya Dewi dan mas Abdul menjadi keluarga yang mapan dan sejahtera.
Sarti Patimuan
Kecewa
Sarti Patimuan
Jangan sampai Mega bertemu dengan Keluarga Abdul
Sarti Patimuan
Syukurlah ibu safangah masih hidup dan mengetahui bahwa menantu pilihan nya tidak ada yang bener.Berbeda dengan pilihan mas Abdul yang hatinya baik dan tulus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!