Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.
Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.
Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Perhatian
Selama tiga hari Ziel bersama Dara di luar kota, ia merasa hidupnya sedikit lebih ringan. Ia tidak perlu mengemudi sendiri seperti biasanya karena masalah sensitivitas terhadap aroma tubuh orang lain. Dara yang selalu duduk di sampingnya menjadi pengalih perhatian yang tak terduga. Walaupun setiap pagi Ziel tetap saja mual dan muntah, anehnya perasaan itu perlahan mereda bahkan hilang setelah ia berdekatan dengan Dara. Ziel mulai merasa lebih nyaman dan bahkan menikmati kebersamaan mereka, meskipun jadwal kerja begitu padat.
Akhirnya, setelah semua urusan selesai, mereka kembali ke kota. Dalam perjalanan pulang, Dara yang kelelahan tertidur di kursinya. Ziel menoleh ke arah Dara ketika mendengar napasnya yang teratur. Ia tanpa sadar mengulurkan tangan, mengatur sandaran kursi Dara agar posisinya lebih nyaman. Setelah itu, ia terdiam, memerhatikan wajah wanita muda itu.
Cantik. Kata itu terlintas di benaknya. Selama ini ia tidak pernah benar-benar memerhatikan Dara sedekat ini. Wajahnya terlihat begitu damai saat tidur, dan tanpa sadar matanya tertuju pada bibir Dara. Bibir itu... terlihat lembut, menggoda, dan semakin ia memandangnya, Ziel merasa keinginan aneh muncul dalam dirinya, keinginan untuk menyentuh bibir itu.
Ziel segera memalingkan wajahnya, menggigit bagian dalam pipinya sendiri untuk menghentikan pikiran tak pantas itu. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengembalikan fokusnya. "Apa yang salah denganku?" batinnya penuh kebingungan. Ia pernah mencintai Nika, tapi tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Hubungannya dengan Nika tidak pernah membuatnya ingin melakukan lebih dari sekadar menggandeng tangan atau memeluk. Tapi dengan Dara... kehadiran Dara begitu berbeda, terlalu dekat, dan terlalu nyaman untuk sesuatu yang seharusnya hanya hubungan atasan dan bawahan.
Pak Sam, supir pribadinya, sesekali melirik melalui kaca spion tengah dalam mobil, menangkap ekspresi Ziel yang tampak gelisah namun sekaligus... lunak. Dalam hati, Pak Sam mulai menebak-nebak, "Apa Tuan Ziel mulai tertarik dengan Neng Dara?"
Ziel menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang berantakan. Ia tidak bisa membiarkan perasaan aneh ini mengacaukan hubungan profesional mereka. Namun, ia juga sadar, hanya dalam waktu tiga hari, interaksinya dengan Dara sudah terasa jauh lebih santai dan akrab, seperti mereka sudah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun.
"Ini aneh," gumam Ziel pelan sambil memandang jalanan di depan, berusaha melupakan keinginan yang tadi sempat muncul.
Dara terbangun dengan sedikit kebingungan. Ia meregangkan tubuhnya dan mengerjapkan mata beberapa kali sebelum menyadari bahwa sandaran kursinya sudah diatur ke posisi yang lebih nyaman. Mengernyitkan kening, ia melirik Ziel yang sedang sibuk dengan ponselnya di sebelahnya. Dengan senyum lebar yang khas, Dara bertanya, "Pak Bos, apa ini Bapak yang ngatur kursi saya biar tidur nyaman?"
Ziel tidak langsung menjawab, hanya mengangkat alisnya sekilas. Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, Dara melanjutkan dengan nada menggoda, "Eleh... eleh... so sweet banget sih, Pak Bos. Nggak nyangka lho, Pak Bos punya sisi perhatian seperti ini."
Ziel menghela napas, menurunkan ponselnya, dan menatap Dara dengan tatapan datar. "Jangan GR. Saya cuma nggak mau besok kamu ngeluh sakit leher terus jadi alasan nggak fokus kerja. Sama aja kayak waktu cemilanmu habis."
Dara terkekeh sambil memiringkan kepalanya, menatap Ziel dengan tatapan sok tahu. "Yee, mana mungkin saya GR, Pak Bos. Saya tahu kok perhatian Pak Bos ini murni karena... Pak Bos takut kalau saya sakit, Bos harus kerja sendiri. Kan, nggak ada yang bisa bantu."
Ziel mendengus kecil sambil memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan ekspresi yang mulai berubah. "Syukurlah kalau kamu sadar." Namun, dalam hatinya, Ziel tak yakin dengan ucapannya sendiri. Apakah benar itu alasannya? Atau ada sesuatu yang lain?
Sementara itu, Pak Sam yang mendengar dan melihat percakapan mereka dari kaca spion tengah berusaha keras menahan senyumnya. "Ada apa sih, sama mereka berdua? Kayaknya lucu juga kalau mereka beneran jadi pasangan," gumam Pak Sam dalam hati, mencoba tetap fokus pada jalan.
Dara, yang masih belum selesai dengan guyonannya, menatap Ziel dengan senyuman penuh arti. "Eh, tapi serius deh, Pak Bos. Kalau saya sakit beneran, Bapak bakal gimana? Panik? Telepon ambulans? Atau... langsung bawain saya kue lapis biar cepat sembuh?"
Ziel memutar matanya sambil berkomentar, "Kalau kamu sakit, saya mungkin langsung mengurung diri di ruang kerja. Biar kamu nggak bisa ganggu saya lagi."
Dara tertawa terbahak-bahak. "Pak Bos ini, ya. Jangan suka denial gitu dong. Kalau saya nggak ada, siapa lagi yang bisa bikin Pak Bos ketawa dengan joke receh saya?"
Ziel hanya menghela napas, tapi sudut bibirnya terangkat sedikit, cukup untuk membuat Pak Sam semakin yakin bahwa ada yang berbeda dalam hubungan majikannya dengan Dara.
Mobil berhenti di depan jalan kecil yang menjadi pintu masuk ke gang kontrakan Dara. Ziel menoleh, menatap Dara. "Di mana kontrakanmu?" tanyanya singkat.
Dara menunjuk ke arah gang kecil di depan mereka. "Masih masuk gang, Pak Bos. Mobil nggak bisa masuk."
Ziel hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Saat Dara turun dari mobil, ia kembali menatap ke depan, kemudian mengingatkan dengan nada tegas, "Besok jangan sampai kesiangan."
Dara langsung menjawab dengan gaya santainya, "Siap, Pak Bos!" sambil memberi hormat ala militer.
Ziel hanya menggeleng pelan melihat tingkah bawahan satu ini. "Pak Sam, jalan lagi," katanya kepada supirnya tanpa menunggu Dara masuk ke gang. Ia tak ingin memberikan kesan terlalu peduli.
Namun, beberapa menit setelah mobil kembali melaju dan hanya ada Ziel serta Pak Sam di dalam mobil, Ziel mulai merasa tubuhnya bereaksi lagi. Sensasi mual yang familiar muncul di perutnya. Ziel mengusap wajahnya dengan kesal, menyadari bahwa ini mulai terjadi lagi sejak ia berpisah dengan Dara.
Ia mengetuk kursi depan pelan. "Pak Sam, berhenti," perintahnya tiba-tiba.
Pak Sam melirik Ziel dari kaca spion dengan bingung tetapi menurut, menghentikan mobil di pinggir jalan. "Ada apa, Tuan?"
Ziel merogoh sakunya, mengambil sejumlah uang, dan memberikannya kepada Pak Sam. "Bapak pulang ke rumahnya naik taksi saja. Saya akan bawa mobil ini sendiri."
Pak Sam terkejut dan sedikit ragu. "Tapi, Tuan Ziel—"
"Jangan banyak tanya, Pak," potong Ziel dengan nada tegas. "Naik taksi saja. Saya serius."
Meskipun masih bingung dengan sikap majikannya, Pak Sam akhirnya mengangguk, mengambil uang itu, dan turun dari mobil. "Baik, Tuan. Hati-hati di jalan," katanya sebelum menutup pintu.
Ziel menghela napas kasar setelah Pak Sam pergi. Ia membuka semua jendela mobil untuk menghilangkan sisa aroma tubuh Pak Sam yang seolah menempel di kursi kemudi. Ia memutar stir, berusaha menenangkan tubuhnya yang masih sedikit mual.
"Kenapa harus seperti ini lagi?" gumamnya pelan sambil mengetukkan jarinya ke kemudi. "Hanya Dara yang membuatku merasa normal... Ini benar-benar aneh."
Ziel menatap jalanan di depannya dengan pandangan kosong sejenak sebelum akhirnya menginjak pedal gas, melajukan mobilnya kembali dengan perasaan yang bercampur aduk.
***
Langit sudah gelap ketika Ziel akhirnya tiba di rumah. Saat memasuki ruang tamu, ia mendapati Elin, ibunya, sedang duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya. Wajah wanita itu langsung berseri melihat putranya.
"Ziel, kamu pulang. Mama senang sekali melihatmu," ujar Elin dengan senyuman lembut yang menghangatkan suasana. Matanya meneliti wajah putranya, seolah mencari sesuatu yang mungkin berubah. Sekilas ia menangkap sesuatu yang berbeda, kulit Ziel yang lebih segar dan tidak lagi sepucat beberapa hari terakhir.
Ziel hanya membalas dengan senyum tipis, tanda kelelahan yang masih tersisa setelah hari panjangnya.
Elin berdiri dari sofa dan mendekat dengan langkah ringan. Ia menepuk lengan Ziel lembut, sebuah kebiasaan kecil yang menunjukkan kasih sayangnya. "Kalau begitu, cepat mandi, ya. Kita akan segera makan malam bersama. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."
Ziel mengangguk patuh dan berjalan menuju kamarnya. Di sepanjang lorong, pikirannya sibuk memikirkan sesuatu. "Apa kali ini aku benar-benar bisa makan tanpa mual, meskipun Dara tidak ada?" gumamnya dalam hati.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....
Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....
kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....
blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...
lanjut thor.....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....
Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...
Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻