Ava Serenity Williams, putri bungsu Axton Brave Williams, jatuh cinta pada seorang pria bernama Ryan Dome. Ia mencintainya sejak berada di bangku sekolah. Ava bahkan rela menjadi seseorang yang bukan dirinya karena Ryan seakan menuntut bahwa yang akan menjadi kekasih dan istrinya nanti adalah seorang wanita sempurna. Ryan Dome, putra Freddy Dome, salah satu rekan bisnis Axton Williams. Freddy berencana menjodohkan Ryan dengan Ava, hingga menjadikan Ava sebagai sekretaris putranya sendiri. Namun, siapa yang menyangka jika Ryan terus memperlakukan Ava layaknya seorang sekretaris, bahkan pembantunya. Ia menganggap Ava tak pantas untuk dirinya. Ryan bahkan memiliki kekasih saat dirinya dalam status tunangan dengan Ava. Hingga akhirnya Ava memilih mundur dari kehidupan Ryan. Ia mencari ketenangan dan jati dirinya yang hilang, hingga akhirnya ia bisa jatuh cinta sekali lagi. Apakah cinta itu untuk Ryan yang berharap Ava kembali? Ataukah ada pria lain yang siap mencintai Ava drngan tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU AKAN BERHASIL
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Ava kini duduk di sebuah kursi di balkon apartemennya. Ia sedikit membaringkan tubuhnya di kursi panjang itu sambil menatap ke arah langit yang mulai gelap.
“Aku kuat, aku bukan gadis lemah. Aku juga tak mau mereka beranggapan seperti itu, tapi …,” Ava mengambil ponsel kemudian menekan sesuatu pada layar ponsel hingga ia bisa melihat wajahnya sendiri.
Ava membuka kacamatanya, kemudian memperhatikan dirinya sendiri di layar ponselnya itu. Ia kembali teringat dengan apa yang dikatakan oleh Oceania, sahabatnya.
Keesokan harinya,
Setelah membersihkan diri, Ava melangkah menuju wardrobe dan memilih pakaian kerja yang akan ia gunakan hari ini. Setelahnya, ia duduk di kursi depan meja rias. Ia melihat kembali wajahnya di cermin kemudian berkata,
“Mereka semua tak boleh menatapku dan menganggapku lemah. Aku Ava Serenity Williams, putri keluarga Williams, aku tak akan takut pada siapa pun dan aku adalah gadis yang kuat.”
Ava menghela nafasnya dalam kemudian bangkit. Ia mengambil tas miliknya kemudian keluar dari apartemen menuju ke basement di mana ia memarkirkan mobilnya.
Sesampainya di Perusahaan Orlando, Ava memarkirkan mobilnya. Sebelum turun, ia kembali bermonolog pada dirinya sendiri dengan kalimat kalimat motivasi yang ia baca semalaman.
Pintu mobil terbuka dan Ava pun turun. Ia memegang da da nya untuk menetralkan detak jantungnya karena ia merasa hari ini ia tak seperti biasanya. Ya, Ava merubah penampilannya menjadi berbeda.
Petugas keamanan yang berjaga di pintu utama Perusahaan Orlando sempat menautkan kedua alisnya serta menajamkan penglihatannya untuk memastikan siapa yang ia lihat saat ini.
“Se-selamat pagi, Nona Ava,” sapanya.
Ava tersenyum lalu membalas sapaan tersebut, “Selamat pagi.”
Ava memasuki Perusahaan Orlando dan semua mata seakan tertuju padanya. Jika orang lain akan merasa percaya diri, namun tidak dengan Ava. Hal itu malah membuat jantungnya berdebar dengan cepat dan tiba tiba saja perasaannya merasa gelisah. Ia merasa sesuatu yang aneh dan tidak biasa, ia tidak menyukai rasa ini.
Ia memasuki lift dan menuju ke lantai di mana ruang kerjanya berada. Ava memegang erat tas miliknya dengan kedua tangan dan kepalanya menunduk. Tiba tiba saja ia merasa tak percaya diri dengan penampilannya saat ini.
Saat lift terbuka, Ava pun melangkah keluar. Ia menatap pintu ruang kerjanya dari kejauhan. Ia menarik nafas panjang kemudian membuangnya perlahan.
“Kamu bisa, Va. Ayo semangat,” batin Ava.
Ava akhirnya melangkah dengan percaya diri menuju ke ruang kerjanya. Saat ia membuka pintu, tampak sosok seorang pria yang sudah menunggunya.
“Pagi, Va,” sapa Mario setelah ia sempat terdiam sesaat.
“Pagi, Kak.”
“Aku sudah mengosongkan jadwalmu hari ini agar kamu tidak terlalu lelah. Hanya ada beberapa dokumen yang perlu kamu periksa dan tanda tangani,” ucap Mario, “Aku keluar dulu.”
“Ya.”
Saat Mario sudah keluar dari ruang kerjanya, Ava terdiam. Ia merasa tanggapan Mario tak sesuai ekspektasinya. Ia berharap Mario bertanya tentang perubahan dirinya, tapi ternyata tidak.
“Apakah ia masih menganggapku Ava yang sebelumnya?” gumam Ava.
Ia memejamkan matanya sesaat untuk mencerna apa yang sebenarnya ia rasakan. Berbeda dengan Ava, Mario yang kini sudah berada di ruangannya, hanya bisa melamun bahkan dahinya berkerut seakan ia sedang memikirkan sesuatu yang berat.
*****
“Kita harus pergi mencari investor baru, Ryan!” ucap Freddy.
Freddy melihat putranya itu sudah tampak kacau karena keadaan perusahaan yang tak baik baik saja, terlebih setelah keributan yang terjadi di perusahaaan. Berita tersebut bahkan sampai ke beberapa rekan bisnisnya dan membuat saham Perusahaan Dome kembali anjlok.
“Tapi Dad …”
“Apa lagi?!”
“Aku akan melakukan apa yang Dad inginkan, tapi bantu aku untuk lepas dari rencana pernikahan konyol ini,” ucap Ryan.
Berita kehamilan Tamara sudah diketahui oleh Tuan Phillips dan seperti dugaan Freddy sebelumnya bahwa rekan bisnisnya itu sangat marah sekali. Tuan Phillips bahkan awalnya berencana menarik semua investasinya dan membatalkan semua kerja sama.
Namun, Freddy akhirnya turun tangan dan merencanakan pernikahan antara Ryan dan Tamara. Hal itu membuat Ryan pun gelisah karena ia tak ingin menikah dengan Tamara dan hanya menganggap wanita itu sebagai penghangat ranjangnya saja selama ini.
“Tidak bisa, Ry! Tuan Phillips marah besar karena kamu menghamili putrinya. Sebuah pernikahan adalah jalan keluar yang terbaik.”
“Tapi aku tidak mencintainya, Dad.”
“Tidak mencintainya lalu mengapa kamu menghamilinya?!”
Ryan memegang kepala lalu menjambak rambutnya yang sebenarnya tidak bisa digenggam itu, “dasar wanita siallan!! Dia pasti menjebakku, Dad.”
“Pokoknya Dad tidak mau tahu, kamu harus menikahinya.”
Setelah mengatakan hal itu, Freddy pergi meninggalkan Ryan sendiri. Pria itu terus saja menggerutu dan mengumpat. Ia merasa kini wanita adalah masalah baginya, padahal dulu ia begitu mengagungkan Imelda dan hanya menginginkan wanita itu. Namun kini, ia tak ingin bersama dengan wanita mana pun.
*****
Freddy dan Ryan kini sudah berada di Australia. Mereka berencana mencari investor untuk Perusahaan Dome. Di negara kangguru ini, mereka sebenarnya pernah berencana mendirikan Perusahaan Dome, tapi tidak jadi karena terhambat sesuatu hal.
Freddy memiliki beberapa kenalan di Australia dan berrncana mengunjungi mereka satu persatu untuk memberikan proposal kerja sama.
“Kita harus berbagi tugas, Ry. Kita tak mungkin meninggalkan Perusahaan Dome terlalu lama,” ujar Freddy.
“Kalau begitu seharusnya Dad saja yang pergi ke sini, tak perlu mengajakku.”
“Lalu kamu akan bersenang senang sementara Dad bekerja seorang diri? Apa kamu kira Dad tidak tahu isi kepalamu itu?” freddy menatap Ryan dengan tajam.
“Baiklah, aku harus pergi menemui siapa?”
“Dad akan menemui beberapa teman Daddy, sementara kamu pergi ke dua perusahaan ini,” Freddy memberikan dua buah proposal pada Ryan.
“Perusahaan Orlando?” gumam Ryan saat membaca salah satu trmpat yang harus ia datangi.
“Ya, Perusahaan Orlando adalah perusahaan besar yang berpusat di London, Inggris. Kamu harus mempelajari dengan baik, jangan sampai gagal.”
Ryan menghela nafasnya dalam, “baiklah, aku akan mencobanya.”
Hari itu juga, Ryan berencana langsung pergi ke Perusahaan Orlando. Semakin cepat ia menyelesaikan semuanya, tentu akan lebih cepat ia kembali. Ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Tamara dan membatalkan rencana pernikahannya. Jika ia berhasil mendapatkan salah satu kerja sama itu, tentu tak akan masalah jika Perusahaan Phillips menarik investasi mereka.
“Lihat saja, aku akan berhasil kali ini dan kamu tak akan bisa menggunakan Ayahmu lagi untuk mengancamku ataupun Perusahaan Dome,” batin Ryan dengan percaya diri.
🧡🧡🧡
terima kasih Thor dengan ceritanya yang keren
terima kasih kakak Author 🙏🙏
semoga kakak Author selalu sehat, selalu semangat dan selalu sukses dalam berkarya aamiin...
ditunggu karya berikutnya ❤️🙏💪💪💪
semangat tour semoga sehat selalu ditunggu up karya yang baru💪💪💪🥰
trimadong Nia jangan sia sialan kesempatan yg ada di depan mata