"JANGAN LUPA LIKE PERBAB YA!"
Reyhan Pratama dipertemukan dengan seorang wanita shalihah yang dulu pernah ditolaknya saat akan dijodohkan beberapa tahun lalu membuatnya sedikit menyesal tentang masa lalunya.
Wanita itu sekarang sudah bercadar namanya Annisa Putri, wanita shalihah yang sangat lembut dan sekarang sangat disukai oleh Asyifa putrinya Reyhan.
Akankah mereka bisa memperbaiki masa lalu mereka?
Jika ada penulisan atau kata-kata yang salah, atau menyinggung salah satu agama, mohon di maafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Karyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Reyhan sibuk di kantor, saat sedang rapat tiba-tiba dia mendapat telpon dari klien yang dulu pernah membatalkan kontrak dengannya.
Sedikit bingung dengan datangnya telpon mendadak, dia sedikit ragu untuk menjawab tapi ponselnya berdering lama hingga akhirnya dia mengangkatnya ditengah rapat.
Reyhan tersenyum mendengar yang di katakan kliennya lewat telpon, membuat semua karyawan penasaran.
"Ya kita bertemu 1 jam lagi di tempat biasa," ucapnya menyudahi telpon lalu menyimpannya di meja lagi.
Dia meminta maaf pada semuanya lalu menyudahi rapatnya karena dia harus buru-buru pergi menuju tempat janjian.
Dia tidak ada waktu ingin menjelaskan pada semuanya jadi para karyawan hanya ditinggal dengan rasa penasaran.
1 jam lebih berlalu, Reyhan sampai di depan Restoran tempatnya janjian, dia buru-buru masuk ke restoran itu dengan perasaan senang bercampur degdegan.
kliennya sudah menunggu sambil menikmati kopi.
"Maaf Pak, saya telat," ucap Reyhan saat datang menghampiri. Ucapannya sangat tulus.
"Gak apa-apa, silakan duduk," ucap kliennya sedikit tersenyum.
Mereka memesan minuman lagi karena kopi kliennya sudah hampir habis. Mereka mulai membicarakan kontrak yang pernah batal dulu.
Reyhan mengeluarkan lembar kontraknya, mereka langsung menandatanganinya dengan cepat.
Setelah mengobrol sebentar dan menghabiskan kopi yang dipesan, mereka bersiap pergi.
kliennya berdiri dan akan pergi sehingga mereka langsung berjabat tangan dengan wajah tersenyum
Setelah kliennya pergi, Reyhan semakin tersenyum bahagia melihat lembar kontraknya.
"Alhamdulillah," gumamnya
Dia memanggil pelayan lalu membayar minuman mereka.
Di dalam mobil
"Istri sholeha memang membawa rezeki," gumamnya mengingat wajah istrinya
Dia melaju pulang karena tidak sabar bertemu orang di rumah.
Dia melihat jam tangannya, "Masih sempat untuk makan siang bersama keluarga," gumamnya
Annisa dan Syifa buru-buru membuka pintu rumah setelah mendengar suara mobil terhenti di depan rumah, dan saat mereka membuka pintu, wajah bahagia Reyhan terlihat jelas saat dia turun dari mobil.
"Assalamu 'alaikum," ucap Reyhan
"Wa'alaikumusalam Abi," jawab keduanya yang langsung mencium tangannya.
Reyhan merangkul Annisa dan memegang Syifa saat masuk ke rumah.
"Abi ingin makan siang bareng kalian makanya pulang cepat," ucap Reyhan bahagia.
Annisa menoleh, wajah bahagia suaminya terpancar jelas.
"Apa ada kabar baik hingga Abi terlihat sangat bahagia?" tanya Annisa masih sedikit canggung.
"Ya ada kabar baik, urusan kantor berjalan sangat baik hari ini gak seperti kemaren-kemaren," jawab Reyhan tersenyum bahagia.
"Oh. Alhamdulillah," ucap Annisa yang ikut bahagia saat suaminya bahagia tanpa bertanya lebih lanjut.
Annisa membuka cadarnya lalu menyimpannya di meja. Dia mencuci tangan Syifa lalu mereka semua duduk di meja makan.
Annisa mengambilkan keduanya makanan seperti biasa, lalu mengambilkan Syifa ikan.
Sebelum makan seperti biasa mereka baca doa dulu.
"Kok makannya pakai tangan?" tanya Reyhan saat melihat Annisa dan Syifa mulai makan.
Keduanya berhenti lalu mengangkat wajah menatap kearah Reyhan.
"Ikannya banyak tulangnya, jadi pakai tangan," jawab Annisa
Reyhan bingung tapi dia langsung bangkit dari duduknya, dia ikutan mencuci tangan di keran cuci piring.
Annisa dan Syifa tersenyum melihatnya.
Reyhan kembali duduk dan ikut makan menggunakan tangan.
Annisa melihat ke arah suaminya yang tidak terbiasa makan seperti itu, bagaimanapun Reyhan terlahir di keluarga kaya berbeda dari dirinya sendiri yang memang dibesarkan di keluarga sederhana.
"Pakai sendok saja Bi kalau gak bisa," ucap Annisa pelan
"Bisa kok, dulu pernah nyoba sewaktu di pesantren," kata Reyhan sambil tersenyum. Makanannya hampir tumpah saat dia mulai.
"Terus dulu saat nyoba, bisa gak?" tanya Annisa
Reyhan menggeleng sambil tersenyum mengingat kenangan dulu saat makanannya lebih banyak di meja/lantai daripada yang disuapnya.
Sebenarnya Annisa tau itu, karena dulu dia sering melihat Reyhan dan teman-temannya makan, hanya Reyhan yang memakai sendok.
Reyhan menatap kearah istrinya yang tersenyum manis di depannya.
Annisa salah tingkah saat Reyhan menatapnya hingga akhirnya kembali menyuap makanannya lagi tanpa melihat ke arah Reyhan yang masih menatapnya.
Reyhan tersenyum lagi dan juga kembali menyuap makanannya dengan pelan.
*
Beberapa jam berlalu, Reyhan sudah berganti pakaian santai. Dia duduk sendiri di teras rumahnya.
Kenapa aku gak ingat sedikitpun tentangnya sewaktu di pesantren dulu, waktu itu dia pasti masih kecil batinnya
Dia masih melamun sehingga tidak sadar saat Annisa membawakannya minuman dan sudah duduk di sampingnya.
Annisa memegang lengannya baru dia tersadar. Dia menatap ke arah Annisa dengan lembut sambil melengkungkang sedikit bibir.
"Karena sudah terlanjur pulang, ayo kita jalan-jalan," ajaknya
Annisa mengangguk
"Di minum dulu," ucap Annisa sambil memberikan minuman.
Reyhan mengambil minumannya dan tersenyum menatap Annisa sambil menggenggam erat tangan Annisa, begitupun Annisa yang ikut menatapnya.
Penyesalan terbesar dalam hidupku adalah saat aku menolakmu tanpa mau mengenalmu batin Reyhan saat menatap lekat istrinya
"Apa Ummi masih ingat pertemuan pertama kita saat kita sudah dewasa?" tanya Reyhan
Annisa mengangguk, dia selalu ingat itu, walau saat itu mereka tidak saling mengenal.
"Pertama kali kita bertemu di bandara saat Ummi pulang dari Kairo, tapi Ummi gak tau kalau Abi adalah Reyhan yang dulu di pesantren karena wajah Abi berubah banget," ucap Annisa
Reyhan tersenyum, ternyata Annisa mengingat itu, berarti saat di Mall dia juga ingat.
Reyhan memegang bawah mata Annisa, mata inilah yang sejak pertama tidak bisa dia lupakan.