Seno adalah seorang anak petani yang berkuliah di Kota. Ketika sudah di semester akhir, ia menerima kabar buruk. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus.
Sebagai satu-satunya laki-laki di keluarganya, Seno lebih memilih menghentikan pendidikannya untuk mencari nafkah. Ia masih memiliki dua orang adik yang bersekolah dan membutuhkan biaya banyak.
Karena dirinya tidak memiliki ijasah, Seno tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Mengandalkan ijasah SMA-nya pun tidak jauh berbeda. Maka dari itu, Seno lebih memilih mengelola lahan yang ditinggalkan mendiang kedua orang tuanya.
Ketika Seno mulai menggarap ladang mereka, sebuah kejutan menantinya.
----
“Apa ini satu buah wortel dihargai tujuh puluh ribu.” Ucap seorang warganet.
“Mahal sekali, melon saja harga lima puluh ribu per gramnya. Ini bukan niat jualan namanya tapi merampok.” Ucap warganet yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 23 Miko dan Fahmi (Revisi)
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Itu berarti, sudah lima jam Seno berjualan bersama di bazaar ini. Penjualan Seno selama di sini cukup baik memang. Saat ini perkedel kentang miliknya sudah terjual sebanyak seratus tujuh puluh lima buah.
Itu berarti pendapatan yang Seno terima dari berjualan ini adalah delapan ratus tujuh puluh lima ribu. Memang bisa dibilang penjualan ini cukup baik. Tetapi, target Seno adalah menjual lima ratus buah perkedel kentang. Kentang yang sudah ia jual masih jauh dari targetnya.
Tetepi Seno tidak berkecil hati. Masih ada besok untuk menjual kentang-kentang itu. Lalu, jika nanti dirinya tidak mencapai target setelah berjualan selama dua hari di bazaar ini, Seno berencana membagikan kentang-kentang miliknya kepada orang yang mmebutuhkan.
Mungkin dirinya akan membaginya ke panti asuhan atau kepada keluarga kurang mampu. Masih ada cara lain selain berjualan seperti ini untuk memenuhi target konsumsi kentang miliknya.
Untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya agar berminat mengunjungi booth miliknya, Seno mengeluarkan X banner kedua yang sebelumnya ia persiapkan. Di dalam X banner itu, terdapat gambar wortel khusus miliknya.
Seno berencana menjual wortel khusus itu di sini. Mungkin saja dirinya bisa menemukan pelanggan baru untuk wortel-wortel itu.
Apa yang Seno lakuan ini berhasil menarik perhatian orang-orang di bazaar tersebut. Seno memasang harga tujuh puluh ribu rupiah untuk satu buah wortel pada X banner. Beberapa kritikan Seno dengar dari orang-orang di sekitarnya tetapi ia tidak peduli.
Kemudian, seorang laki-laki yang terlihat cukup antusias tiba-tiba mendatangi booth milik Seno. Ia menatap ke arah gambar wortel yang terpampang di X banner milik Seno.
“Ini gambar yang sama ternyata.” Ucap laki-laki itu sembari memandang layar ponsel dan X banner milik Seno secara bergantian.
“Bos beneran harga wortel ini cuma tujuh puluh ribu satu buahnya?” tanya laki-laki itu kepada Seno.
Seno sedikit heran mengapa laki-laki di depannya terlihat biasa saja ketika mengetahui harga dari wortel tersebut. Bahkan, Seno bisa melihat rasa senang di wajah laki-laki itu. Cukup aneh menurutnya.
“Hem… ya tujuh puluh ribu per buahnya.” Jawab Seno.
“Lalu, apakah hubunganmu dengan pemilik akun Petani Hebat pada aplikasi The Auction? Apakah ini wortel yang sama dengan wortel yang dijual oleh Petani Hebat di The Auction?”
Perkataan laki-laki itu membuat Seno jadi memikirkan aplikasi The Auction tempats ia melelang wortel miliknya. Waktu itu kehebohan yang dibuat oleh wortelnya cukup hebat. Banyak yang ikut melihat jalannya lelang itu.
Seno yakin laki-laki di depannya ini adalah salah satu orang yang mengikuti jalannya lelang tersebut. Jika tidak, maka mungkin laki-laki ini menanyakan hubungan antara wortel yang Seno jual ini dengan wortel yang di lelang di The Auction.
“Aku pemilik akun itu, jadi tentu saja ini adalah wortel yang sama dengan wortel yang aku lelang di The Auction.” Jawab Seno.
“Sungguh? Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan pemilik wortel belasan juta ini. Lalu, apa Kamu tidak salah dalam menentukan harga ini?” Tanya laki-laki itu sembari menunjuk harga yang tertera di X banner milik Seno.
“Itu harga promoku.” Jawab Seno.
Setelah Seno pikir lebih matang, lebih baik ia mengatakan demikian. Perbedaan harga yang ia pasang di sini dengan harga jual yang Seno dapatkan dari lelang berbeda cukup jauh. Itu lebih dari sepuluh kali lipat. Jadi, lebih baik ia mengatakan tujuh puluh ribu adalah harga promo.
Lalu, pandangan Seno tertuju pada perkedel miliknya. Sebuah ide lain tiba-tiba muncul di benaknya.
“Tetapi, setiap orang hanya boleh membeli tiga buah saja. Dalam promo ini, hanya ada tiga ratus buah wortel yang aku jual. Jadi jika wortelnya sudah habis maka aku tidak akan menjualnya lagi di sini. Lalu, Kamu juga perlu membeli satu perkedelku untuk bisa mendapatkan promo itu.” Tambah Seno dengan sedikit terburu-buru.
Dengan dirinya mengatakan demikian, mereka yang berminat membeli wortel itu pasti akan membeli kentang miliknya. Jadi, itu akan membantunya dalam penjualan kentangnya.
Seno Sengaja membatasi penjualan menjadi maksimal tiga buah wortel per orangnya, dan hanya menyediakan tiga ratus wortel untuk promo ini. Itu karena ia ingin membuat kesan bahwa wortel ini cukup langka, meskipun pada kenyataannya ia memiliki cukup banyak stok sekarang.
Dengan begitu, jika suatu hari Seno membutuhkan uang yang cukup besar, ia bisa melelang beberapa sayuran dan mendapatkan harga yang cukup mahal untuk sayuran itu.
Setelah mendengar penjelasan Seno, laki-laki bernama Miko itu terlihat terdiam sesaat. Sebenarnya, Miko berencana membeli wortel milik Seno ini dalam jumlah besar. Lalu, ia nanti akan melelangnya sendiri di The Auction.
Jika Seno bisa menjual wortelnya dengan harga semahal itu, pasti dirinya juga bisa melakukannya. Meski tidak memasang harga tinggi, jika ia menjual kembali dengan harga dua ratus ribu saja ia sudah untung besar.
Miko tidak takut tidak akan mendapatkan pelanggan. Tadi ia mengecek laman lelang milik Seno. Di sana Sultan Baru sudah meninggalkan komentar baru meminta Petani Hebat kembali melelang wortel lagi.
Ada kemungkinan deskripsi dari wortel milik Seno ini memang benar adanya, tetapi ada juga kemungkinan segala kehebohan yang terjadi kemarin itu adalah sebuah rekayasa. Tetapi, Miko lebih memilih mempercayai kemungkinan yang pertama.
Hal ini karena ia sudah pernah mengikuti beberapa lelang berasama dengan Sultan Baru. Dia memang benar-benar orang kaya. Tidak mungkin orang seperti Sultan Baru akan bersikap rendah dengan membuat lelang rekayasa dengan akun Petani Hebat.
Jadi, meskipun nanti wortel-wortel ini tidak bisa ia jual kembali pun, Miko merasa ia tidak akan rugi jika membeli dalam jumlah banyak. Sayangnya Seno membatasi pembeliannya. Jika begini, semua angan-anggannya sirna sudah.
“Ah sayang sekali. Aku kira aku bisa membelinya dalam jumlah banyak. Tetapi tidak masalah jika Kamu memang membatasinya. Sekarang berikan aku tiga buah wortel milikmu dan satu perkedel itu.” Jawab Miko sembari mengeluarkan lima lembar uang lima puluh ribuan dari dompetnya.
Langsung saja Seno memberikan tiga buah wortel dan satu buah perkedel kentang berikut dengan kembalian uang Miko. Ketika Miko berjalan beberapa meter dari booth milik Seno, tiba-tiba saja ada yang menghentikan langkahnya.
Dia adalah Fahmi, seorang atlit panahan yang cukup terkenal di kampus mereka. Miko juga mendengar bahwa Fahmi tengah melakukan persiapan untuk mengikuti seleksi atlit nasional panahan untuk di kirim ke olimpiade di luar negeri.
“Miko, apa itu yang barusan Kamu beli?” Tanya Fahmi.
Fahmi cukup heran Miko membawa sebuah wortel di sini. Bazaar ini bukanlah bazaar pertanian. Jadi, cukup aneh jika ia membawa wortel.
“Wortel ajaib.” Jawab Miko singat.
“Wortel ajaib?” Tanya Fahmi dengan mengerutkan keningnya.
“Ya, wortel ajaib. Kamu ingat bukan Petani Hebat yang belakangan ini cukup heboh itu? Aku membeli wortel ini dari dia. Katanya ini bisa menyembuhkan penyakit mata. Aku mencoba membelinya, mumpung promo. Hanya tujuh puluh ribu per buah.” Jawab Miko.
Mendengar perkataan Miko, Fahmi tertarik untuk membeli wortel tersebut. Ia adalah seorang atlet panahan sejak duduk di bangku SMP hingga sekarang pun masih aktif. Prestasi yang Fahmi peroleh pun cukup banyak. Tetapi, semua itu menurun ketika matanya bermasalah.
Meski berusaha menjaga kesehatan matanya, tetap saja Fahmi mengalami mata minus. Hal itu cukup mengganggu penglihatan Fahmi. Laki-laki itu sudah mencoba berbagai cara untuk membantu menyembuhkan matanya, tetapi tidak membuahkan hasil.
Sebentar lagi, seleksi nasional untuk pemilihan wakil Indonesia dalam lomba panahan tingkat Internasional. Fahmi tidak mau melewatkan kesempatan itu. Jadi, ia mau melakukan cara apa pun untuk menyembuhkan matanya.
Sebenarnya ada cara lain untuk Fahmi sembuh dari minusnya itu. Tetapi, Fahmi terlalu takut melakukannya. Ia perlu melakukan operasi untuk menyebuhkan matanya. Meski itu tidak melewati proses bedah, tetap saja Fahmi takut melakukannya.
Jadi ia masih ingin mencari cara menyembuhkan matanya selain operasi. Jika memang sampai mendekati waktu seleksi matanya belum juga sembuh, maka dengan terpaksa ia akan melakukan operasi itu. Sekarang, karena ada wortel ajaib ini, Fahmi ingin mencobanya terlebih dahulu.
Fahmi juga mengetahui kehebohan yang sebelumnya dihasilkan oleh lelang wortel itu. Sebenarnya ketika lelang itu berlangsung, Fahmi ingin mencoba membeli satu atau dua buah wortel yang katanya bisa menyembuhkan penyakit mata itu.
Sayangnya dua orang kaya itu menaikkan harganya secara besar-besaran. Jadi, Fahmi tidak berani ikut dalam pertarungan harta di antara keduanya.
Sekarang, ia memiliki kesempatan untuk mencoba wortel itu. Apalagi dengan harga tujuh puluh ribu per buah. Tentu saja itu sangat pas untuk kantong Fahmi.
“Dimana penjualnya?” Tanya Fahmi dengan penuh keantusiasan.
“Itu dia.” Jawab Mikos sembari menunjuk ke arah booth milik Seno.
“Terima kasih.”
Fahmi langsung saja mendatangi booth milik Seno. Di sana ia langsung membeli wortel ajaib itu. Sama seperti Miko, Fahmi cukup menyayangkan pebatasan yang diberikan oleh Seno itu. Ia ingin membeli dalam jumlah banyak juga.
Jika itu memang manjur, akan lebih bagus lagi bukan jika Fahmi memiliki banyak wortel seperti itu? Bagi seorang Fahmi yang merupakan seorang atlit panahan, matanya adalah aset miliknya yang cukup berharga.