bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 18
"Om Aidan, boleh Lana tanya" ucap Alana setelah turun dari mobil
"tentu, saya akan menjawab sebisa mungkin" jawab Aidan dengan tersenyum
"apa motif tuan kalian membantuku?" tanya nya, namun Aidan hanya terdiam memikirkan jawaban yang tepat
"dipikir-pikir kayaknya Lana gak pernah bantuin orang, jadi ini tidak mungkin karena ingin berterima kasih, lalu Lana juga bisa jaga diri sendiri, cari uang sendiri Lana gak butuh bantuan siapapun Lana sudah terbiasa mandiri, Lana harap Om Aidan sampaikan pada tuan nya Om untuk berhenti perlakuin Lana kayak gini, bukan apa tapi Lana mudah curiga dan Lana curiga dia punya motif jahat sama Lana" lanjut Alana sebelum Aidan akan menjawab
"Nona Lana tidak perlu khawatir, meski saya tidak bisa menjawab apa motif Tuan G secara langsung yang jelas, Tuan tidak berniat jahat.. satu lagi sebelumnya Tuan G berpesan untuk Nona lebih kuat lagi melawan badai Tuan G akan mendukung dan melindungi Nona Lana dari belakang" ucap Aidan dengan ramah dan lembut, dari tutur bahasanya Alana tidak bisa untuk curiga pada Aidan
"lain kali Lana gak mau di antar lagi, tapi makasih buat pagi ini, Om" ucap Lana yang kemudian masuk meninggalkan Aidan disana
"tentu, Nona" jawab Aidan sedikit membungkuk, Alana tidak dengar dan juga tidak menengok
"Karena Tuan menyuruh saya menyiapkan yang lain" lanjutnya lagi, Aidan masuk ke mobil dan meninggalkan Happy Caffe
"Alana, kamu tepat waktu.. seneng deh kamu bisa dateng sepagi ini, oh ya yang anterin kamu tadi siapa? mobilnya mewah banget, sopir kamu ya? kok kamu mau kerja sih kan udah kaya" sambut Lily sambil sesekali celinguk melihat mobil yang sudah pergi
"bukan, itu... sopirnya temen aku tadi ketemu di jalan, lumayan udah kenal makanya numpang.. " bohong Lana dengan senyum yang di paksa
"owalah.. kirain kamu anak konglomerat" sahut Lily yang percaya
Alana mengawali hari dengan penuh bahagia, bekerja membuatnya melupakan sedikit banyaknya masalah dalam hidupnya. Lily dan Tika juga merasa lebih berwarna setelah mendapat teman baru yang asik, meski hampir sedikit kewalahan dengan banyaknya tamu mereka tidak putus semangat ataupun mengeluh, Happy Caffe menjadi tempat yang cukup viral beberapa bulan terakir ini. Alana harus berterima kasih pada Gilang yang sudah membawanya kesini, Alana bersyukur bisa mendapat teman sebaik Lily dan Tika itupun karena Gilang juga
Jinan dan Nata mampir ke Happy Caffe tempatnya bekerja, selain karena mereka berdua sedang ngedate mereka juga ingin memberi semangat pada Alana, walaupun dalam hati kecil Jinan sebenarnya ingin mengejek Lana juga karena masih jomblo.
saat memasuki waktu dzuhur, pelanggan mulai sedikit dan itu kesempatan untuk mereka makan, Lana juga belum sarapan jadi acara makan siangnya sekalian untuk sarapan juga, Alana dan dua orang itu membawa bekal masing-masing mereka kemarin berjanji untuk saling mencicipi makanan hasil mereka masak, makan siang yang sangat menyenangkan bagi mereka, walau telur mata sapi milik Tika sedikit gosong karena di tinggalnya untuk make-up pagi tadi
"teledor, lagi masak malah di tinggal dandan" toyor Lily
"ya namanya juga lupa, habis aku ceplokin telornya, aku cuci tangan terus aku lupa dan ninggalin kekamar, pas lagi pakai lipstik baru ingat tuh tadi aku ceplokin telor, pas udah sampai dapur telornya udah gosong, gak ada waktu buat bikin yang baru jadi bawa yang gosong ini aja deh" cerita Tika, Lily dan Lana malah cekikikan
"kok muda-muda udah jompo aja" celetuk Lana sambil tertawa
waktu berlalu semakin cepat, sore itu Lana keluar membuang sampah. Alana melihat Aidan mendatanginya dengan terburu-buru, Alana membuang nafasnya kasar, Alana tidak ingin berhutang budi pada siapapun tapi Aidan yang atas perintah dari Tuan G itu tak berhenti menemuinya, kemarin Black Card, pagi ini ingin memberikannya bodyguard pribadi, dan sekarang apa lagi? Alana tidak tau siapa Tuan G dan tidak ingat pernah mengenal orang baik itu di mana
"sore, Nona Alana" sapa Aidan sedikit membungkukkan badan
"apalagi sih Om? udah ya, Lana gak mau nerima apapun lagi Black Card nya di tas Lana, Lana mau balikin" ucap Alana yang ingin masuk, tapi Aidan melarangnya
"tunggu Nona" Aidan menghalangi langkah Lana dari depan
"maaf, Tuan G akan marah pada kami jika Nona terus menolak" ucap Aidan tanpa meninggalkan rasa hormatnya, baginya sekarang Alana adalah Tuan-nya meski berada di bawah perintah Tuan G
"Tuan G mengantar sesuatu untuk anda, saya harap anda mau ikut dengan saya untuk melihatnya" Aidan mencoba untuk membawa Alana kesuatu tempat, meski ingin menolak Alana tetap mengikuti kemana Aidan akan membawanya
"sepeda??"
Alana heran dan kaget dengan sepeda yang di berikan Aidan padanya, Alana bingung entah apa maksut Aidan membawa sepeda itu dan memberikannya pada dirinya
"tapi kenapa Om?" tanya Lana heran
"Tuan G bilang anda belum bisa membawa motor atau mobil jadi memberikan anda sepeda, agar memudahkan anda untuk pergi kemanapun" Aidan menjawab keheranan Lana yang masih mengerutkan dahi
"Om, Lana gak mau berhutang budi, Om bawa balik aja Lana bisa beli sendiri kok" ucap Alana menolaknya
"Anda tidak bisa menolaknya, karena jika anda menolak kami akan kehilangan pekerjaan, saya harap Nona Lana mau bersimpati pada kami" Aidan memohon, Alana tidak tega tapi tidak juga ingin menerima
"beri Lana satu jawaban mengapa Lana harus menerima semua yang Tuan G itu berikan! Lana gak kenal sama dia, dan.. dia kayak tau hidup Lana" Alana tidak ingin menerima pemberian mereka, Alana tidak suka di kasihani
"anda pantas menerima nya" jawab Aidan
"Nona Lana, Tuan G benar-benar ingin memberikan yang terbaik untuk anda, Tuan G tidak berniat jahat dia hanya ingin anda hidup dengan baik" lanjut Aidan sedikit terbelit-belit
"anda harus menerimanya, jika anda tidak menerima sepeda ini maka anda harus menerima saya untuk selalu ada disisi anda, sebagai bodyguard pribadi anda" lanjut Aidan dengan tatapan serius tidak lagi memelas
"kartunya juga harus anda pakai, kartu itu diatas namakan nama anda saya harap anda tidak hanya menyimpannya hanya karena was-was" Aidan masih terus bicara
"Lana Terima sepedanya, tapi Lana akan mencari tau sendiri siapa Tuan G kalian dan apa motifnya, Lana harap kalian tidak melarang ataupun mencoba menghentikan Lana" Alana pasrah, tapi juga ingin mengambil kesempatan untuk mencari tau siapa Tuan G yang bersembunyi di balik layar itu
"kami menghargai keputusan Nona Lana, kami tidak akan menghalangi anda" ucap Aidan tersenyum yang kemudian pergi setelah mengantarkan sepeda untuk Alana
sepeda itu berwarna hitam dan bermotif coklat, warna favorit Alana. Alana mengernyitkan dahi selain Tuan G misterius itu tau dirinya mempunyai masalah hidup dan tidak bisa membawa motor, orang itu juga tau warna favorit nya
"siapa kandidat yang cocok berperan sebagai Tuan G di balik layar ini?" gumam Alana menatap tanpa henti sepeda didepannya