Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Sontak saja ucapan Aluna membuat Revano tertawa. Bisa-bisanya wanita itu masih mengingat dosa setelah menjebak seorang pria sampai tak sadarkan diri.
"Diam kau!" Aluna melempar bantal pada Revano setelah membenarkan kembali pakaian atasnya.
Berjalan menghampiri sang supir untuk melihat foto-foto yang sudah diambil oleh pria itu. Foto-foto yang akan digunakan Aluna untuk membuat Erik tak berkutik jika pria itu meragukan apa yang sudah terjadi diantara mereka nanti.
"Good job, No. Sekarang kerjakan yang berikutnya!" Aluna memerintah dengan dagu yang tertuju pada Erik.
"Nona saja, aku geli." Untuk kali ini Revano merasa tidak bisa menjalankan tugasnya.
Bukan apa-apa, hanya saja perintah Nona Aluna kali ini tidak masuk diakal olehnya. Bagaimana bisa wanita itu memerintahkannya untuk membuat kiss mark ditubuh pria itu. Oh ayolah, Revano masih menyukai seorang wanita jadi tidak mungkin melakukan hal tersebut.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya."
"Apa? Tidak mungkin Anda—"
"Cepatlah, No!" Potong Aluna dengan tegas.
"Tapi Nona...."
"Cepat!" Aluna menatap tajam pada supirnya.
Hingga membuat Revano mau tidak mau melakukan perintah Aluna. Pria itu memilih mencubit dibeberapa tubuh pria yang tak dikenalnya itu untuk meninggalkan jejak kemerahan, bukankah yang terpenting membuat merah meskipun hasilnya bukan seperti sebuah kecupan.
Aw...
Aluna reflek mendesis setiap Revano mencubit tubuh Erik.
"Cukup-cukup!" Ia tidak tega melihat tubuh pria yang sangat dicintainya itu disakiti lebih banyak lagi.
"Tugasku sudah selesai, Nona." Revano berjalan menghampiri Aluna.
"Bagus, aku akan memberikan bonus untukmu."
Kedua mata Revano berbinar saat mendengar kata bonus, membayangkan lembaran uang yang sangat banyak masuk kedalam dompetnya.
"Tapi Anda tidak akan mengambilnya lagi, bukan?" ia trauma, karena yang sudah-sudah nona Aluna selalu mengambil kembali uang yang sudah diberikan untuknya.
"Tidak akan," Aluna kembali naik keatas ranjang, duduk tepat di samping Erik yang tertidur dengan pulas. "Asalkan kau tidak membuat kesalahan." ucapnya lagi sembari menatap sang supir dengan tatapan mengintimidasi.
"Siap Nona." Untuk kali ini Revano akan memastikan tidak akan membuat kesalahan lagi, terlebih kelepasan berbicara yang tidak-tidak. "Tapi ngomong-ngomong apa Anda tidak perlu bantuan ku?"
"Bantuan apa?" Karena Aluna merasa semuanya sudah beres tak ada yang terlewat.
"Membuat kiss mark di tubuh Anda," jawab Revano dengan tersenyum simpul, karena jika iya maka dirinya tidak keberatan.
"Revano...!" teriak Aluna dengan penuh emosi, sampai membuat supirnya itu lari terbirit-birit keluar dari kamar. "Ya ampun, untung dia sudah aku anggap adik. Kalau tidak..."
Aluna yang kesal menarik napas dan mengeluarkannya dengan perlahan. Ia kembali menatap Erik terutama dibagian tubuh pria itu yang terlihat memerah akibat perbuatan Revano.
"Ah, aku sudah tidak sabar melihat kau terkejut. Pasti sangat lucu dan tampan."
Sambil menunggu Erik terbangun dari tidurnya, Aluna memilih bersiap dengan membuka semua pakaian, setelah ia mengunci pintu kamar hotel. Langkah berikutnya Aluna masuk ke dalam satu selimut yang sama dengan Erik lalu membaringkan tubuhnya.
Aluna terus menunggu sampai akhirnya ikut tertidur karena terlalu lelah. Entah berapa lama Aluna tertidur, yang pasti ia terbangun saat merasakan pundaknya ditepuk oleh seseorang dengan suara yang terdengar marah menyebut namanya.
"Aluna bangun!"
Erik yang bingung dengan apa yang sudah terjadi, dan kenapa bisa ia berada di dalam kamar juga disatu ranjang yang sama dengan Aluna, membangunkan wanita yang tertidur disampingnya itu dengan penuh emosi. Perlu digaris bawahi tertidur disampingnya dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun, sama seperti keadaannya saat ini.
Aluna yang terbangun dari tidurnya mengerjapkan ke-dua mata dengan perlahan, dan di detik berikutnya ia berteriak saat melihat sosok pria bertelanjang dada duduk disampingnya.
"Kau? Apa yang sudah kau lakukan?" Sungguh Aluna benar-benar terkejut, karena lupa jika yang terjadi saat ini adalah jebakan yang dibuatnya untuk Erik.