Lintang Ayu Sasmita merasa terguncang saat dokter mengatakan bahwa kandungannya kering dan akan sulit memiliki anak. Kejadian sepuluh tahun silam kembali menghantui, menghukum dan menghakimi. Sampai hati retak, hancur tak berbentuk, dan bahkan berserak.
Lintang kembali didekap erat oleh keputusasaan. Luka lama yang dipendam, detik itu meledak ibarat gunung yang memuntahkan lavanya.
Mulut-mulut keji lagi-lagi mencaci. Hanya sang suami, Pandu Bimantara, yang setia menjadi pendengar tanpa tapi. Namun, Lintang justru memilih pergi. Sebingkai kisah indah ia semat rapi dalam bilik hati, sampai mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Albi dan Rayana
Berbeda dengan Pandu yang otaknya dipenuhi segudang pikiran, Ningrum justru merasakan kedamaian dan ketenangan. Pasalnya, hari itu Albi datang bersama anak istri—Rayen dan Rayana.
Selama ini, Albi tinggal di tempat Rayana, Kota Sidoarjo, yang dulunya juga merupakan tempat tinggal Ningrum sekeluarga. Sebelum pindah ke Kota Malang sepuluh tahun yang lalu.
Di mata Ningrum, Albi adalah anak yang berbakti, sama seperti Utari. Dua anaknya itu tak pernah lupa membelikan hadiah untuknya secara berkala. Selain itu, tutur sapa mereka juga lembut. Penurut, tidak banyak membantah seperti Lintang. Bahkan, setiap nasihat yang Ningrum ucapkan, selalu didengar dan diterapkan. Tidak seperti Lintang, yang seringnya membangkang dan sulit diatur.
Lihat saja, kini Albi dan Rayana tidak datang dengan tangan kosong. Selain membawakan pia kacang kesukaannya, Rayana juga membawakan teh herbal yang sangat berguna untuk kesehatan. Tak lupa pula membelikan tas keluaran terbaru dari brand lokal yang cukup mahal.
"Ibu benar-benar terima kasih loh, Rayana, Albi. Setiap kali ke sini, kalian selalu membawa sesuatu untuk Ibu. Padahal, dengan kalian datang saja Ibu sudah seneng. Nggak perlu membawa apa-apa."
Mendengar ucapan Ningrum, Rayana tersenyum manis.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku senang bisa memberi sesuatu untuk Ibu. Dan ... maaf ya, Bu, kami tinggalnya jauh. Terkadang tidak bisa rutin menjenguk Ibu."
Ningrum juga tersenyum. Tangannya dengan lembut menggenggam tangan Rayana, yang saat itu duduk di sampingnya.
"Nggak apa-apa, Nak. Kan memang rumah kalian di sana. Lagi pula, sudah ada Utari dan Benny di sini. Ada si kecil Nada juga," sahut Ningrum dengan senyum yang sangat sempurna. Ia menatap Nada yang sedang diasuh babby sitter, dan Rayen ikut menunggui di dekatnya. Rayen tampak begitu sayang pada Nada. Sebuah hal yang membuat Ningrum luar biasa senang.
Di sela obrolan Ningrum dengan Rayana, Albi ikut menyela. Ia menanyakan sesuatu dengan hati-hati.
"Ibu sudah ke rumah Lintang?"
Pertanyaan Albi sedikit mengubah suasana hati Ningrum. Senyum yang tadi lebar, kini pudar seketika. Embusan napas panjang pun keluar dari bibirnya.
"Sudah, kemarin. Kebetulan Utari masuk kerjanya siang, jadi pas paginya Ibu ajak ke sana. Tapi ... ya gitu."
"Gitu gimana, Bu?" tanya Albi.
"Ya seperti biasa, Al, adikmu yang satu itu sangat sulit diatur. Ibu tanya baik-baik kenapa belum hamil, apa rahimnya bermasalah apa gimana. Tapi, dia malah diam. Eh, sekali ngomong malah ngelantur. Akhirnya Ibu dan Utari ya pergi, percuma ngomong panjang lebar di sana. Diarahkan kayak apa juga Lintang tetap bebal."
Albi mangut-mangut. Lantas, ikut menarik napas panjang, seolah hatinya juga ikut menyayangkan sikap Lintang.
"Terus Bu Wenda gimana, Bu? Beliau sudah lama kan menginginkan cucu dari Pandu?"
"Nah, itu dia yang Ibu pikirkan. Ibu ini sungkan dengan Jeng Wenda. Dia sudah totalitas jadi mertua, tapi menantunya malah macam Lintang. Ibu sudah capek, Al, bingung mau ngomong dengan cara apa lagi biar Lintang itu mau dengerin nasihat Ibu," keluh Ningrum sambil memijit pelipis.
"Ya sudah, Bu, jangan terlalu pikirkan. Nanti biar aku coba bicara pelan-pelan dengan Pandu. Mungkin kalau Pandu yang ngomong, Lintang mau ngerti.
Ningrum berdecak. "Apanya? Pandu sekarang juga sulit diajak ngomong. Sepertinya dia sudah terpengaruh omongannya Lintang."
Albi menarik napas panjang lagi. Lalu kembali bicara setelah diam sejenak.
"Jangan-jangan benar apa kata Tari, Bu. Selama ini kita terlalu memanjakan Lintang, makanya dia tumbuh menjadi anak yang pembangkang."
"Ibu juga sempat mikir gitu. Tapi, mau menyesal juga sudah telanjur. Sekarang dia sudah menikah. Suaminya yang lebih berkuasa. Ibu bisa apa?"
Dalam beberapa saat, mereka kembali diam. Rayana juga tak memberikan tanggapan apa pun. Dalam hatinya sedikit menyayangkan sikap Lintang, mengapa dari dulu tidak pernah menurut. Padahal, Ningrum adalah sebaik-baiknya seorang ibu, dari sudut pandang Rayana.
Satu yang sangat Rayana sesalkan adalah kegilaan Lintang sepuluh tahun silam. Bisa-bisanya gadis remaja seliar itu, sampai-sampai Ningrum sekeluarga menahan malu dan akhirnya pindah kota.
"Bu!" Suara Albi memecah keheningan yang sempat tercipta.
Kemudian Ningrum menoleh ke arah Albi, pun dengan Rayana.
"Lintang nggak hamil-hamil ... jangan-jangan, ini adalah karma dari apa yang dia lakukan dulu, Bu," ujar Albi.
"Entahlah, Al. Ibu nggak mau mengingat-ingat itu lagi. Sangat memalukan. Bisa-bisanya Ibu punya anak kayak Lintang. Padahal, dari kecil Ibu dan bapakmu sudah membimbingnya dengan benar. Tapi ... ya begitulah. Ahh, kenapa ya, Lintang nggak bisa kayak kamu atau Utari. Bisa membuat Ibu bangga."
"Jangan bilang gitu, Bu," bantah Albi.
Namun, langsung disahut cepat oleh Ningrum. "Kenyataannya memang begiu, Al! Lintang nggak pernah membuat Ibu bangga, nggak bisa kayak kamu atau Utari. Padahal, Ibu nggak menuntut dia untuk berprestasi kayak kalian. Kalaupun nggak bisa dibanggakan, minimal jangan membuat malu. Itu saja."
Melihat sang mertua makin menyudutkan Lintang, Rayana pun ikut menyela.
"Ya sudahlah, Bu, jangan terlalu dipikirkan. Kita serahkan saja semuanya pada Pandu. Dia sudah dewasa, pasti tahu apa yang terbaik untuk pernikahannya."
Sambil bicara, tak lupa Rayana mengulum senyum manis. Dia ingin menenangkan mertuanya yang mulai dilanda emosi.
Di depan Rayana dan Ningrum, Albi juga mengulum senyum. Sekilas seperti senyum biasa. Namun, siapa yang tahu maksud di balik senyuman itu.
Bersambung...
semoga aja ada orang yang merekam dan melaporkan ke pihak kepolisian dan mengusut tuntas kebenaran nya itu dan orang2 yang terlibat ditangkap serta dihukum
Konspirasi apa lg tuh antara Alby dan Utari , Rayana sekarang kamu tahu siapa suami dan bapak mu