Bosku Pembalap Posesif

Acara pernikahan itu berakhir ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam lebih beberapa menit.

Para tamu yang terdiri dari kerabat dan teman dekat itu juga mulai pamit dan undur diri dari tempat itu.

"Mbak Laras nginep aja di rumah kami mbak." Letta masih mencoba membujuk Laras yang bersikeras untuk pulang ke rumahnya.

Padahal di sana dia akan sendirian, Rere hari ini akan melaksanakan bulan madu meski hanya ke salah satu hotel milik keluarga Letta.

"Saya pulang aja jeng, harus dibiasain, kan Rere juga mulai hari ini akan tinggal sama Kanaka."

Karena sang besan yang keukeuh tetap tak mau tinggal, terpaksa Letta melepas kepergian Laras dan meminta supirnya mengantar sampai kediaman Laras.

Setelah Rere dan Kanaka melepas pakaian yang tadi mereka kenakan untuk acara tersebut, kini giliran Kanaka dan Rere berangkat menuju ke hotel peninggalan sang opa.

Sepanjang jalan Kanaka menggenggam lembut tangan Rere seakan tak ingin ia lepaskan lagi.

Pak Nanang yang duduk di depan hanya bisa menyaksikan kedua sejoli yang sudah berstatus suami istri itu sambil mengulum senyum.

Percayalah saat ini jantung Kanaka dan Rere berdetak lebih cepat dari biasanya, mereka sering salah tingkah dan bibirnya mendadak kelu.

Tentu saja ada sesuatu yang membuat mereka seperti itu, bayangan itu menghantui mereka, meski mereka juga penasaran akan rasanya tetapi tetap saja mereka kan belum punya pengalaman sedikit pun selain ciuman.

Dan tak terasa mobil yang dikemudikan pak Nanang telah sampai di depan lobby sebuah hotel bintang lima milik Letta dan Vetsa.

Pak Nanang menurunkan koper dari bagasi mobil, mengangguk hormat dan meninggalkan pasutri tersebut.

Dengan tetap bergandengan tangan Kanaka dan Rere menuju ke meja resepsionis untuk meminta kunci kamar mereka.

"Selamat malam Pak, bisa saya bantu?" tanya karyawan yang bertugas di balik meja tinggi itu.

"Nama saya Kanaka Harvey... "

Mendengar nama yang diucapkan oleh Kanaka, sontak karyawan tersebut langsung mengangguk sopan, pasalnya Kanaka adalah tamu dari presiden direktur dan pemilik dari hotel ini.

"Baik pak Kanaka, boleh saya meminjam kartu tanda pengenal bapak." Tentu saja meski Kanaka tamu VVIP dari bossnya tetap saja prosedur harus dijalankan.

Kanaka menyerahkan kartu tanda penduduk, lalu karyawan tersebut menscan KTP milik Kanaka dan menyerahkan kunci kamar tipe presiden suites yang akan di tempati oleh mereka.

Dengan sigap bell boy mengambil alih koper di tangan Kanaka dan mengantarkan mereka ke kamarnya.

Sampai di kamarnya, bell boy masuk dan meletakkan koper Kanaka di sudut ruangan, tak lupa Kanaka memberikan tip dan bell boy itu mengucapkan terima kasih lalu meninggalkan kamar itu.

Percaya tidak kalau Rere semakin kikuk, pasalnya ini pertama kalinya mereka berada di dalam kamar dan hanya berduaan saja, tak ada orang sama sekali.

Untuk menghilangkan kecanggungan, Rere memilih berkeliling melihat bentukan kamar tipe presiden suite yang akan mereka tempati selama dua hari ke depan.

Tanpa Rere duga, tiba-tiba tangan Kanaka melingkar di perut tipis Rere, menempelkan hidungnya di ceruk leher Rere, menghidu aroma yang segar dan manis yang menguar dari kulit sang istri.

Rere membeku mendapat perlakuan seperti ini, teringat jelas saat mereka nyaris kebablasan di rumah mereka.

"Aku mandi dulu ya sayang," ucap Kanaka mesra lalu mencium pipi itu sekilas, membuat bulu kuduk Rere berdiri.

Dan tanpa menunggu persetujuan sang istri, Kanaka melepas bajunya dan melemparkannya di sembarang tempat, membuat Rere semakin blingsatan.

Bayangkan saja, tak pernah sekalipun Rere melihat lelaki tanpa baju seperti itu dan di depannya Kanaka malah berbuat seenaknya dengan melepas baju yang melekat di badannya.

Andai Rere punya kekuatan menghilang tentu saja Rere akan menghilang saja dari hadapan Kanaka, malulah, masak tidak malu melihat penampakan seperti itu.

Perut yang awalnya baik-baik saja itu mendadak ikutan mules membayangkan apa yang sebentar lagi bakalan terjadi.

Sepertinya Kanaka sengaja mandi dengan kilat bahkan tak sampai sepuluh menit Kanaka sudah keluar dari kamar mandi hanya berlilitkan handuk yang melingkar di pinggangnya.

Rere meneguk ludah kasar, dada bidang dengan bentuk liat itu seperti meminta dijamah oleh tangannya.

"Air liurnya dilap dulu sayang," tegur Kanaka membuat Rere reflek mengusap sudut bibirnya.

Kanaka tertawa melihat Rere melakukan apa yang ia suruh, padahal tak ada apapun di bibir tipis itu.

Karena malu kepergok sedang mengagumi tubuh Kanaka, Rere langsung menghambur ke kamar mandi dan menghilang di dalam sana.

Lama Rere berada disana, sampai kemudian dia melongokan kepalanya dari balik pintu.

"Ka.... " panggilnya lirih dan malu-malu.

"Hm.... " sahut Kanaka tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Bukan Kanaka tidak sopan, dia hanya ingin meredakan degup jantung yang mulai menggila sejak tadi.

"Tolongin.... um.... aku.... " ucap Rere bingung.

Kanaka mendongak, menatap Rere yang masih setia dengan posisi yang sama.

"Kenapa Yang?" tanya Kanaka lalu mendekat.

"Jangan mendekat, jangan masuk!" teriak Rere panik pasalnya dia malu kedapatan seperti ini.

"Kenapa sih Yang?! Aku ini suamimi lho," ucap Kanaka bingung.

"Um.... bisa beliin aku pembalut nggak? Aku kedatangan tamu hari ini," ucap Rere malu.

"Hah.... maksudnya gimana?" tanya Kanaka tak tahu yang dimaksud Rere.

"Aku um....aku...um," kata Rere bingung.

"Kenapa sih? Dari tadi ngomong nggak jelas banget!" omel Kanaka pelan.

"Aku hai* Ka! Tolong beliin pembalut!" Lalu blam pintu kamar mandi itu tertutup kembali.

Kanaka ternganga, tak percaya bahwa malam pertamanya harus gagal karena Rere kedatangan tamu.

Mau memaki tapi Kanaka takut kualat sama Tuhan, kan Tuhan yang berkehendak itu keluar kapan, alhasil daripada bingung, Kanaka memilih menghubungi customer service hotel tempatnya menginap untuk dicarikan keperluan Rere.

Tak berapa lama bel pintu kamar Kanaka berbunyi, seorang ibu menyodorkan apa yang dibutuhkan oleh Kanaka.

Kanaka lalu memberikan tip dan kembali menutup pintu kamar di depannya, lalu ia melangkah ke toilet dan mengetuk pintu tersebut.

"Yang.... nih udah dateng pesanan kamu!" teriak Kanaka dari luar.

Rere membuka pintu itu sedikit lalu menerima kantong plastik dari Kanaka dan kembali menutup kamar.

Tak lama Rere keluar dari toilet, wajahnya memerah seperti kepiting rebus, malam pertama yang harusnya ia habiskan dengan romantis eh malah harus seperti ini.

"Maaf ya Ka... " bisik Rere lirih.

"Tamu bulanan kamu nggak tahu diri banget sih Yang, datang di saat yang nggak tepat!"

_____

Hai.... maaf banget ya aku updatenya malem banget....

Terima kasih semua yang sudah nungguin. Love banget deh buat kalian.