*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Memanjakan Weny
Sepeninggal Yudah dari kamar, Vira hanya bisa menghembuskan napasnya jengah. Wanita itu tidak habis pikir dengan suaminya, kenapa dia sampai bisa berpikir seburuk itu tentang dirinya dan Raka. Padahal selama ini Vira bersikap profesional dan tidak pernah terpikirkan untuk dekat dengan Raka.
Vira melepaskan blezer yang ia kenakan, kemudian dia duduk di tepi ranjang, menghadap ke jendela. Wanita itu menatap lurus ke depan, dia tidak menyangka kalau kehidupan rumah tangganya akan berakhir seperti ini. Di sisi lain, dia juga masih sayang kepada Yudha, itu sebabnya dia masih bertahan.
Akan tetapi kecurigaan Yudha terhadap dirinya sedikit membuat hatinya terluka. Andai saja tadi dia diberikan kesempatan untuk membela diri lebih lagi, mungkin Vira bisa mengatakan hal yang selama ini dia pendam dalam hatinya. Menerima seorang madu dalam kehidupannya itu sangatlah menyakitkan, tapi dia bisa menahan semua itu. Jika Vira tidak pernah cemburu itu tidak mungkin, selama ini dia selalu iri dengan Weny yang selalu saja jadi prioritas.
Namun, apa tadi yang dikatakan Yudha? Dia mencurigai Vira? Mungkin itu adalah rasa cemburu Yudha, tapi apakah dia pernah berpikir kalau selama ini dia juga cemburu dengan Weny?
Memikirkan hal itu membuat Vira pusing, pekerjaan di kantor sudah membuatnya sangat lelah. Tapi sampai di rumah dia malah dituduh seperti itu oleh suaminya sendiri. Tidak mau memikirkan hal itu terus menerus, Vira memutuskan untuk mandi agar badannya lebih segar.
* * *
Di sisi lain, Desy sedang memasak di dapur. Wanita paruh baya itu tengah menyiapkan masakan untuk makan malam nanti, terlihat juga Weny yang sedang duduk di meja sambil memainkan ponselnya.
Desy memang sengaja melarang Weny untuk melakukan pekerjaan rumah, wanita itu selalu memanjakan menantu barunya. Dia sama sekali tidak marah bahkan jika Weny hanya bermain ponsel seharian, berbeda saat dengan Vira dulu. Desy selalu memarahi wanita itu jika ada pekerjaan rumah yang tidak benar, padahal itu hanya kesalahan kecil biasa.
"Ibu yakin nggak mau dibantuin?" tanya Weny berbasa-basi. Dalam hati sebenarnya wanita itu sangat senang karena hanya duduk manis saja di rumah, tidak perlu melakukan apa pun.
"Enggak. Kamu santai aja, biar Ibu semua yang kerjain," jawab Desy dengan lemah lembut. Padahal sudah sangat terlihat jelas kalau wajah wanita paruh baya itu terlihat sangat kelelahan, bagaimana tidak, sejak pagi pekerjaan rumah semua dia yang kerjakan. Semua itu agar menantu barunya tidak perlu bekerja, dia hanya ingin Weny santai agar tidak kecapekan.
Diam-diam Weny tersenyum, senyuman yang sulit untuk diartikan. Kemdian dia kembali melanjutkan bermain ponsel, benar-benar seperti anak kecil yang tidak mempunyai inisiatif untuk membantu. Dia juga sama sekali tidak peka dengan wajah Desy yang terlihat kelelahan.
Tidak lama setelah itu, Vira turun ke bawah. Dia melihat kalau mertuanya sedang memasak di dapur dan Weny sedang bersantai, dia sedang terheran-heran kenapa madunya itu sama sekali tidak membantu.
Vira kemudian juga menatap kesekitar, terlihat kalau hari ini rumah sedikit kotor. Bisa terlihat dari lantainya yang kurang kinclong, sepertinya belum dipel. Tapi, sekarang hal itu bukan urusannya lagi. Sejak Yudha memutuskan untuk menikah dengan Weny, Vira sudah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam hal pekerjaan rumah tangga. Tanggung jawabnya hanya menata kamarnya sendiri, cukup itu saja.
Kemudian Vira kembali melangkah, dia ingin mengambil salad buah yang kemarin dia simpan di kulkas, sekarang dia ingin memakannya. Dia melewati Weny dengan santai dan tidak berniat untuk menyapa ataupun sekedar tersenyum denga wanita itu, Vira juga tidak perduli dengan apa yang sedang dimasak oleh mama mertuanya. Saat dia membuka kulkas dan mencari salad buah, ternyata itu tidak ada. Spontan Vira langsung bertanya, "Siapa yang mengambil salad buahku?"
Detik itu juga Weny dan Desy lasngsung menoleh. Tampak wajah mereka tidak senang melihat Vira.
"Dari pada kamu mencari salad buahmu itu, lebih baik kamu bantu kerjain pekerjaan rumah." Desy bukannya menjawab, tapi malah menyindir Vira. Sebenarnya dia tahu kalau Weny yang sudah memakan salad buah itu, tapi dia tidak ingin mengatakan agar menantu barunya itu tidak terlihat seperti pencuri.
"Ibu bilang apa? Melakukan pekerjaan rumah? Kenapa, kenapa harus aku? Kenapa tidak menantu baru Ibu itu?" sahut Vira tidak terima. "Lagipula aku tidak membahas masalah pekerjaan rumah. Aku bertanya siapa yang mengambil salad buahku, Bu?" tanya Vira sekali lagi.
Kemudian dia melirik ke arah Weny yang terlihat santai, tapi Vira tahu dari sorot matanya kalau Weny sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, dia tidak ingin mengatakan apa pun, dia ingin kalau Weny mengaku sendiri.
"Perkara salad buah saja kamu marah. Kan tinggal beli aja lagi, katanya uang gaji kamu besar," sindir Desy.
"Ini bukan masalah gaji, Bu. Tapi setidaknya kalau mau memakan salad buah di kulkas tanya dulu, salad itu punya orang apa tidak. Bukannya langsung makan aja, itu nggak sopan, kan?" Vira mengatakan dengan suara yang sedikit ditekan, dia tidak ingin membentak orang yang lebih tua darinya. Walaupun dalam hati dia sangat ingin menjerit, karena keberadaannya di dalam rumah ini sama sekali tidak diperdulikan.
"Ibu yang makan, kenapa? Kamu mau marah? Kamu mau dibelikan salad buah itu sekarang juga, hah?" bentak Ibu Desy.
Vira sudah menebak kalau Desy akan menutupi kesalahan menantunya itu, Weny sangat beruntung bisa sangat disayang oleh Ibu mertuanya. Berbeda dengan dirinya yang selalu saja dibenci. Pada akhirnya Vira hanya bisa membuang napas jengah, kemudian melangkah pergi begitu saja. Dia sama sekali tidak ingin berdebat lagi dengan siapa pun.
"Mau ke mana kamu? Kamu pel dulu lantai rumah," perintah Desy tiba-tiba.
Mendengar hal itu Vira langsung balik badan, dia menatap Desy dengan alis yang bertaut. "Ibu nyuruh aku? Kenapa nggak menantu baru Ibu saja?"
"Ibu nyuruhnya kamu, kenapa bawa-bawa Weny. Saharian dia telah membersihkan rumah. Sudah jangan banyak bicara, cepat pel lantainya." Ibu Desy lagi-lagi berbohong.
"Maaf, Bu. Tapi aku tidak mau," jawab Vira penuh penekanan.
"Berani kamu mel---"
"Maaf aku memotong penbicaraan, tapi aku tidak ingin melakukannya. Ibu terlalu memanjakan menantu Ibu itu, seharusnya dia ada inisiatif untuk membantu. Seharian ini dia ngapain aja? Menyuruhnya mengepel rumah tidak akan membuatnya mati. Capek itu hal wajar dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Bu. Seharusnya Weny juga sadar dengan tanggung jawabnya sendiri, apa dia nggak kasihan lihat Ibu kecapekan sendiri di dapur dan pekerjaan lain juga masih belum selesai? Tapi dia malah enak-enakan saja main ponsel. Seperti itukah menantu idaman, Ibu?" sela Vira dengan panjang lebar.
Dia terlalu lelah, ingin mengeluarkan semua kesal dalam hatinya. "Kenapa Ibu membedakanku? Aku juga capek seharian di kantor. Tidak bisakah wanita itu saja yang melakukan pekerjaan rumah? Apa dia punya alergi melakukan pekerjaan rumah tangga?"
"Cukup Vira!!" bentak Yudha yang tiba-tiba datang. Semua orang yang ada di sana langsung menoleh.
"Hentikan semua itu. Kamu sudah kelewatan."
"Kelewatan apanya, Mas? Aku mengatakan yang sebenarnya."
"Kamu itu sama sekali ti--"
"Cukup. Jika pada akhirnya aku yang akan tersudut di sini, lebih baik kamu tidak perlu melanjutkan ucapan kamu, Mas," sela Vira dengan cepat. Kemudian dia berlari pergi dari sana dengan air mata yang menetes. Dia tidak ingin yang lain melihat air matanya.
...****************...
Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini. Terima kasih.