cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pek I Kai Pang (Perkumpulan Pengemis Baju Putih).
Meskipun hari sudah melewati tengah hari, namun Cin Hai tetap memutuskan untuk secepat nya keluar dari perguruan Kim Tiauw itu, karena kekecewaan nya setelah mendapat sambutan tidak menyenangkan dari perguruan itu.
Cin Hai berjalan mengikuti jalan besar yang terdapat di tepi sungai yang cukup besar itu.
Setelah tiga hari perjalanan, akhirnya pada suatu siang, selepas tengah hari, dia sudah memasuki gerbang kota Sian Tao.
Untung bagi nya, dulu nenek Mou Ni dengan sangat tekun mengajari nya membaca dan menulis, sehingga sekarang, tidak kesulitan bagi nya untuk membaca petunjuk di jalan.
Meskipun kota Sian Tao ini cuma sebuah kota kecil, tetapi karena dia baru pertama kali nya kekota. Dia tetap tercengang melihat banyak nya orang di jalan jalan, serta bangunan yang banyak berdiri di sepanjang kiri dan kanan jalanan.
Meskipun kota ini cuma kota kecil, tetapi karena berdiri di perlintasan dua kota yang cukup besar, yaitu kota Ciang di Utara, dan kota Tao di selatan, sehingga membuat kota ini cukup ramai di kunjungi para pelintas.
Di pinggiran jalan, terlihat beberapa orang pengemis, sedang duduk sambil menadahkan mangkok mereka. Dan rata rata para pengemis ini berbaju putih yang penuh tambalan nya. mengingatkan Cin Hai pada almarhum guru nya Sin Kai Sian.
Beberapa orang Piaw Su (pengawal ekspedisi) yang bertugas mengawal perjalanan dari berbagai Piaw Kiok (perusahaan ekspedisi) perusahaan penyedia layanan pengawalan perjalanan jauh. Nampak berlalu lalang mengawal para cukong atau saudagar yang mengadakan perjalanan jauh, baik urusan bisnis, maupun urusan biasa. Dan untuk setiap pengawalan, tergantung dari kebutuhan dan kesanggupan dari penyewa itu sendiri. Ada yang sampai satu regu, namun ada juga yang cuma beberapa orang saja. Umum nya, yang mereka kawal adalah para pedagang antar kota.
Tujuan utama Cin Hai adalah kota Tao, sebuah kota menengah, tidak terlalu jauh dari Sian Tao ini. Untuk bertemu dengan Yi Feng dan Ma Qiau, dua orang sahabat nya dulu.
Cin Hai duduk di bawah sebatang pohon yang tumbuh mengelilingi sebuah alun alun kota yang tidak terlalu besar.
Seorang pengemis muda berbaju putih yang penuh dengan tambalan, datang mendekati, lalu duduk didekat nya, sambil mengarahkan mangkuk tempurung kelapa milik nya.
Cin Hai segera mengeluarkan satu keping tail emas, dan meletakan kedalam mangkok pengemis muda itu.
"Kong Cu kelihatan nya bukan penduduk kota ini, benarkah dugaan saya ini Kong Cu?" tanya pengemis muda tadi .
"Kau benar, aku orang baru di kota ini" jawab Cin Hai kembali menyandarkan tubuh nya di batang pohon yang besar itu.
"Memang mau kekota ini, atau sekedar lewat saja?" tanya pengemis itu lagi.
"Aku cuma sekedar lewat saja, tujuan ku adalah kota Tao, aku mau mencari dua orang teman ku di kota itu" jawab Cin Hai.
"Oooh, mencari seseorang dikota sebesar kota Tao itu cukup sulit Kong Cu, kecuali Kong Cu tahu alamat mereka" ujar pengemis muda itu menjelaskan.
Ya!, kini Cin Hai baru menyadari, betapa sulit nya mencari seseorang ditempat sebesar dan seramai ini. Sungguh diluar perkiraan nya sedari awal. Dia mengira, semudah mencari alamat sebuah perguruan saja. Ternyata sulit luar biasa.
"Ya. Kau benar, ini diluar dugaan ku sama sekali, di kota seramai ini. Bagaimana aku menemukan mereka, tidak mungkin aku menyusuri jalan kota satu ini persatu" jawab Cin Hai bingung.
"Ini masih belum apa apa Kong Cu, kota Tao itu empat kali lebih besar dan lebih ramai dari tempat ini, tetapi jangan khawatir Kong Cu, ambil ini, dan bawa ke kota Tao, perlihatkan kepada pengemis di sana, mereka tahu jika Kong Cu teman saya, mintalah bantuan mereka. Mereka pasti bisa mencari alamat yang Kong Cu cari itu" ujar pengemis muda itu sambil menyerahkan sebuah batu berwarna hitam mengkilap berukir se ekor Singa.
"Terimakasih saudara, siapakah nama saudara?" tanya Cin Hai menatap kearah pengemis muda itu. sebenarnya, pengemis muda itu cukup tampan dan kulit nya bersih untuk ukuran seorang pengemis.
"Panggil saja saya Yu Ming Can, saya bagian dari pek I Kai Pang wilayah kota Sian Tao ini, berhati hati lah tuan, di era kekacauan ini, segala macam kejahatan, tumbuh seperti tumbuh nya cendawan di musim hujan" ujar pemuda pengemis yang bernama Yu Ming Can, anggota Pek I Kai Pang (perkumpulan pengemis baju putih).
Cin Hai menatap kearah pengemis muda tadi dengan segala ketidak mengertiannya.
"Apa yang saudara maksud kan, aku tidak mengerti, era kekacauan bagai mana?" tanya nya.
"Kenapa Kong Cu tidak mengerti situasi sekarang ini Kong Cu, dari manakah Kong Cu berasal?" tanya pengemis muda bernama Yu Ming Can itu balik bertanya.
Seperti baru tersadar, Cin Hai segera memperkenalkan diri nya pada pengemis muda itu, "oh iya saudara Yu Ming Can, kenalkan dulu namaku Cin Hai, dengan she Fu, aku berasal dari lembah Dewa Maut" Cin Hai sengaja tidak menyebutkan perguruan silat Sin Houw lagi, takut kejadian beberapa hari yang lalu di perguruan silat Kim Tiauw terulang kembali.
Pemuda Yu Ming Can mengangguk anggukan kepala nya, dia baru mengerti, kenapa anak muda di depan nya itu tidak mengerti apa apa. Rupanya, dia berasal dari sebuah tempat yang sangat terpencil sekali.
"Begini Kong Cu, kejadian ini konon sudah berlangsung puluhan tahun lama nya. Semenjak Istana Negeri Alexia lenyap di telan pralaya, tenggelam kedalam danau, negeri ini tanpa pemimpin lagi, setiap wilayah, berdiri sendiri sendiri, perebutan kekuasaan hampir terjadi setiap tahun nya, yang paling kuat akan berkuasa, kemudian digantikan lagi dengan yang lebih kuat lagi, begitu terus menerus, bahkan setiap kota, berdiri sendiri sendiri, para manusia serakah saling berebutan untuk menjadi pemimpin, akhirnya, keamanan tidak lagi terjaga, kejahatan dimana mana, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, sekarang, nyawa manusia sudah tidak ada harga nya lagi, cuma karena sepotong roti saja, nyawa bisa melayang sia sia, betapa menyedihkan nya negeri ini sekarang, negeri seperti kena kutukan saja" kata Yu Ming Can dengan raut wajah sedih.
Cin Hai untuk beberapa lama terdiam membisu, betapa miris nya, negeri yang subur dan kaya raya ini harus mengalami musibah seperti ini, tenggelam dalam kecamuk yang tak berkesudahan.
"Apakah tidak ada seorang pendekar kultivator pun yang mencoba mengatasi masalah ini saudara Ming Can?" tanya Cin Hai lagi.
"Ada!, bahkan banyak, tetapi yang jujur selalu hancur, dan yang culas akan berjaya, para klan klan besar, akan berupaya dengan segala cara, untuk memperkuat kedudukan mereka di suatu tempat, Semakin besar satu klan, semakin kaya mereka, mereka akan mengenakan pajak yang tinggi untuk masyarakat lemah dan tidak berdaya, siapa yang sanggup melawan mereka?, karena mereka mampu menyewa pendekar kultivator nomor satu untuk memuluskan upaya mereka, disetiap sudut Bumi ini, akan selalu ada seorang berkepandaian tinggi yang mau menghamba kepada tail tail emas" ujar Yu Ming Can lagi.
Kini Cin Hai mulai mengerti, pantas saja dimana mana perusahaan Piaw Kiok tumbuh menjamur dengan subur nya. Rupanya semua karena rasa aman itu sudah lenyap.
Cin Hai bangkit berdiri, "terimakasih saudara ku, maukah kau temani aku makan?" tanya nya.
"Kau tidak malu dengan keadaan ku ini Kong Cu?" tanya Ming Can.
"Kenapa aku mesti malu saudara ku, kau juga manusia, sama kucing saja saya tidak malu makan bersama, ayolah, aku yang akan membayar nya" ujar Cin Hai mengajak Ming Can makan bersama .
"Baiklah Kong Cu, kita makan di rumah makan sederhana saja ya, saya takut mendatangkan masalah buat Kong Cu, Kong Cu manusia yang sangat baik hati, kasihan bila mendapat masalah gara gara saya" ujar Yu Ming Can si pengemis muda itu.
Cin Hai dan Yu Ming Can berjalan kearah sebuah rumah makan yang tidak mewah, bahkan nyaris sederhana, bahkan banyak orang orang berpenampilan sederhana, keluar masuk di tempat itu.
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/